Hal ini tidak lepas dari sosok Bill Gates, pendiri dan pemilik perusahaan raksasa komputer Microsoft, yang menjelang merebaknya wabah Covig 19 akhir tahun lalu menggelar acara simulasi penanganan wabah virus corona bersandi Event 201. Juga dengan rencananya memasarkan produk buatannya, vaksin pintar berbentuk chip yang ditanamkan di bawah kulit manusia. Para pengamat independen ramai-ramai menyebut bahwa kelak dengan alasan mencegah wabah virus atau bakteri berdampak luas sebagaimana covig 19, PBB merekomendasikan seluruh negara di dunia untuk melakukan vaksinasi massal dengan vaksin chip buatan Bill Gates kepada semua penduduknya.
Dengan vaksin chip tersebut setiap penduduk bisa mendapatkan semua haknya sebagai warga-negara seperti menikmati fasilitas-fasilitas publik seperti sekolah/universitas dan rumah-sakit. Mereka juga berhak mendapatkan segala fasilitas publik yang disediakan negara seperti subsidi, akses perbankan dan lembaga keuangan, dll. Namun, pada saat yang bersamaan warga negara tersebut harus menyerahkan kemerdekaan hidupnya. Negara bisa melakukan kontrol penuh 24 jam kepada semua warga negara yang terpasang chip di tubuhnya. Bila dikehendaki, negara bisa juga melakukan eliminasi terhadap warganya dengan mudah. Adapun kepada warga yang menolak vaksin, mereka harus hidup sebagai warga-negara kelas dua yang tidak bisa menikmati semua fasilitas publik.
Terkait dengan hal ini Robert F. Kennedy Jr. (keponakan mantan presiden John F. Kennedy dan putra dari mantan Jaksa Agung dan Presiden Terpilih namun tidak sempat dilantik karena dibunuh, Robert F. Kennedy) baru-baru ini mengeluarkan kritikan tajam kepada Bill Gates melalui akun instragram pribadinya.
"Vaksin, bagi Bill Gates, adalah sebuah 'amal strategis' yang mendasari berbagai bisnisnya yang terkait vaksin (termasuk ambisi Microsoft untuk mengontrol vaksin-ID global yang memberikannya kekuatan diktator untuk mengontrol kebijakan kesehatan dunia) memberikannya kekuatan untuk mengontrol kebijakan-kebijakan kesehatan dunia—mata tombak dari neo-imperalisme perusahaan,” tulis Kennedy Jr. dalam cuitannya.
Menurut Kennedy, obsesi Bill Gates dengan vaksinnya itu didorong oleh keyakinannya bahwa ia harus menyelamatkan dunia dengan teknologi serta keinginan menjadi dewa dengan melakukan eksperimen terhadap manusia-manusia lemah. Ia kemudian menyinggung langkah kontroversial Gates di India.
Dengan janji memberikan bantuan senilai $1,2 miliar untuk menangani masalah polio di India, Bill Gates pun didapuk menjadi ketua National Advisory Board (NAB) India. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mewajibkan anak-anak India untuk mendapatkan 50 kali vaksin sampai usia 5 tahun, dari sebelumnya hanya 5 kali. Vaksinnya tentu dari perusahaan yang berafiliasi dengan Bill Gates. Alih-alih menjadi sehat, hampir setengah juta anak-anak India justru terkena polio sehingga, di tengah-tengah kritikan pedas, pemerintah India pun memecat Bill Gates dan kroni-kroninya dari
NAB pada tahun 2017. WHO pun akhirnya mengakui wabah polio di India itu berkaitan dengan vaksin-vaksi Bill Gates.
Namun kerusakan akibat program itu terjadi juga di Congo, Filipina dan Afghanistan. Pada tahun 2018 diperkirakan 3/4 penyakit polio global berasal dari vaksi-vaksin Bill Gates.
Selanjutnya, pada tahun 2014 Bill Gates dengan bekerjasama dengan raksasa farmasi GSK dan Merck melakukan eksperimen vaksi HPV kepada 23.000 gadis-gadis India di wilayah-wilayah terpencil. 1.200 di antara gadis-gadis itu kemudian menderita penyakit yang diakibatkan oleh vaksin tersebut, seperti 'autoimmune' dan kerusakan kesuburan. Tujuh di antaranya kemudian meninggal. Kejaksaan India yang melakukan penyidikan atas kasus ini menemukan sejumlah pelanggaran dalam program itu dan kasus ini kini telah berada di Mahkamah Agung.
Selain itu, sebut Kennedy, pada tahun 2010 Bill Gates membiayai eksperimen vaksin malaria oleh perusahaan GSK, menewaskan 151 anak-anak di Afrika dan melukai 1.000 lebih anak-anak lainnya.(ca)
No comments:
Post a Comment