Sunday 21 September 2008

MUSTAFA KEMAL “ATTATURK”



Pada waktu saya duduk di bangku SMP dan mulai menaruh perhatian kepada pelajaran sejarah dunia, Mustafa Kemal adalah salah satu figur pemimpin dunia yang penulis kagumi sebagaimana nama-nama lain seperti Ratu Elizabeth I dari Inggris, George Washington dari Amerika, ataupun Peter the Great dari Rusia. Buku-buku sejarah yang penulis baca semuanya secara seragam menulis Mustafa Kemal sebagai “Bapak Turki” yang berhasil mengubah negara Turki dari negara terbelakang menjadi negara modern. Dalam hal ini aku tidak berlebihan karena bahkan Presiden Soekarno secara terbuka menyatakan kekagumannya pada Attaturk ini.

Namun seiring pertumbuhan nalar dan rasio saya plus semakin banyaknya iinformasi yang bisa didapat, pendapat tersebut telah saya buang jauh-jauh. Istilah “Bapak Turki” atau “Ataturk” yang dialamatkan kepada Mustafa Kemal saya anggap justru menjadi aib dalam sejarah manusia yang dibuat oleh sejarahwan kotor dan dilemparkan ke wajah rakyat Turki. Alasan penulis sederhana saja: seorang yang telah merubah bangsa dan negaranya yang kuat dan dihormati menjadi bangsa dan negara kelas dua, maka orang tersebut adalah pengkhianat yang layak dihukum gantung. Dan itu ada pada diri Mustafa Kemal.

Sebelum menjadi negara “modern” Turki adalah negara superpower. Luas negaranya tak tertandingi, tentaranya ditakuti dan disegani negara lain, ilmu pengetahuannya sangat tinggi, dan rakyatnya makmur. Ini semua adalah fakta yang tidak bisa dibantah siapapun. Namun setelah menjadi negara “modern” di bawah kepemimpinan Kemal, Turki turun kelas menjadi “negara dunia ketiga”, alias negara yang baru berkembang. Di mata sesama negara Eropa pun sampai saat ini Turki dianggap sebagai “negara kelas dua”, sehingga upayanya untuk bisa diterima menjadi anggota Uni Eropa pun terkatung-katung.

Namun bukannya dihukum gantung, Kemal justru mendapat penghormatan yang luar biasa yang tidak diterima oleh siapapun dan dimanapun hingga di setiap kota di Turki tidak ada satupun yang tidak ditemukan patung orang ini. Ajarannya tentang sekularisme dianggap para pendukungnya sebagai dogma yang tidak bisa ditawar-tawar lagi hingga ketika seorang muslim muncul sebagai pimpinan setelah melalui proses pemilu yang demokratis, mereka tidak malu untuk melakukan kudeta.

Mustafa Kemal adalah figur yang kontroversial. Tidak hanya karena tindakan politiknya yang menghancurkan Islam sebagai sendi-sendi dan tulang punggung bangsa Turki selama seribu tahun lebih, namun juga karena asal-usulnya yang diduga kuat sebagai Yahudi. Para penulis sejarah seperti sengaja menyembunyikan fakta siapa sebenarnya Kemal. Namun sebuah ensiklopedi Israel, Israeli Entsiklopedya ha-Ivrit, sedikit menguak sisi gelap Kemal. Menurut ensiklopedi tersebut Kemal adalah:

Seorang jendral dan negarawan dan pendiri negara Turki modern. Lahir dari keluarga pegawai rendahan bea cukai Salonika (sebuah kota di Turki yang terletak di benua Eropa) dan ditinggalkan bapaknya saat ia berusia sangat muda. Ada kepercayaan di antara sebagian orang Yahudi dan Muslim di Turki bahwa keluarganya berasal dari pengikut sekte Doenme.

Sekte Doenme adalah sebuah sekte rahasia etnis Sabbetaian, yaitu etnis Yahudi Turki yang menggunakan nama muslim dan melakukan ritual-ritual Islam, namun diam-diam percaya pada Sabbetai Zevi, seorang nabi palsu Yahudi abad 17, dan melakukan ritual-ritual sesat yang ditetapkan Sabbetai seperti pesta seks (orgie) pada hari-hari tertentu. Anak yang lahir dari upacara itu dianggap sebagai anak suci.

Lord Kinross yang buku biografinya "Ataturk" diterbitkan tahun 1964 hanya mengungkapkan sedikit latar belakang keluarga Attaturk yang misterius. Di antaranya disebutkan Attaturk lahir di Selonika, Semenanjung Balkan yang berbatasan dengan Albania. Wilayah ini merupakan pusat komunitas Yahudi Turki.

Namun rahasia terbesar diungkapkan oleh penulis dan jurnalis terkenal Itamar Ben-Avi, anak laki-laki Eliezer Ben-Yehuda, tokoh Yahudi Palestina abad 19. Ben Avi bercerita suatu hari di tahun 1911 bertemu dengan Attaturk di Kamenitz Hotel, Jerussalem. Saat itu, papar Ben Ali, Attaturk yang merupakan seorang perwira muda Turki, tengah menenggak arak. Dalam pertemuan tersebut Kemal mengaku sebagai keturunan Sabbetai, seorang nabi palsu yang kenabiannya ditolak oleh sebagian besar orang Yahudi.

Attaturk wajar saja menyembunyikan latar belakang keluarganya karena kontroversi sekte Doenme yang oleh orang Yahudi kebanyakan saja dimusuhi, apalagi oleh orang Islam yang merupakan penduduk mayoritas Turki.
Menjelang Perang Dunia I komunitas ini berjumlah sekitar 15.000 di Selonika. Mereka hanya menikah dengan sesama anggota sekte. Menurut Yitzchak Ben-Zvi, presiden kedua Israel, dalam bukunya tentang sekte-sekte Yahudi yang terasing “The Exiled and the Redeemed” bab “Keturunan Suci” mengungkapkan:

Setahun sekali dalam hari suci Sheep holiday , lilin-lilin dinyalakan dan upacara orgie dimulai. Upacara itu dilaksanakan pada malam ulang tahun kelahiran Sabbetai Zevi. Dipercaya anak-anak yang lahir dari upacara itu dianggap sebagai anak suci.

Ben Zvi percaya upacara seperti itu sampai sekarang masih dilakukan sembunyi-sembunyi oleh komunitas Deonme di Turki. Komunitas ini berbondong-bondong meninggalkan Selonika semasa Perang Turki-Yunani tahun 1920-1921, dan keturunannya, sebagian menjadi pengusaha besar, politisi dan jendral Turki. Mereka-lah pengusung paham sekularisme yang saat ini tengah bergulat melawan Perdana Menteri Reccep Erdogan yang hendak mengembalikan daulah Islam di Turki.

2 comments:

woodybudi said...

Menyedihkan...hancur & ironis...kita merindukan pusat Islam yang disegani..damai makmur dan bermartabat lagi..kapan?

Moz5lima said...

Daulah Islam kembali tegak, adalah janji Allah, tinggal bagaimana perjuangan kita untuk mewujudkannya, karena bagi Allah sangat mudah untuk merubah sejarah manusia....