Sunday 7 December 2008

Menguak Dalang Teror Mumbai


Masyarakat dunia baru saja menyaksikan sebuah drama kekerasan politik yang sangat drastis yang hanya dapat dikalahkan oleh peristiwa “serangan WTC 11 September 2001” dan “penyanderaan Olympiade Munich 1972”, yaitu “Teror Mumbai”. Drama teror ini menelan korban jiwa hingga 188 orang dan ratusan korban lainnya menderita luka-luka.
Tragedi ini membawa konsekwensi politik yang sangat serius. Hubungan antara India dan Pakistan, dua negara bertetangga yang memiliki kekuatan nuklir di Asia Selatan, menegang. Perang antar kedua negara yang sudah beberapa kali terjadi, kembali mengancam. Hal ini tidak lain karena tuduhan beberapa pejabat India yang disebar luaskan media massa barat dan digaungkan oleh media massa negara berkembang, bahwa pelaku teror adalah ekstremis Islam asal Pakistan.

Namun fakta sebenarnya (mungkin saja) jauh dari pandangan umum masyarakat global yang terbentuk oleh opini publik yang dikembangkan media massa. Pelaku teror adalah ekstremis Hindu bekerjasama dengan unsur-unsur ultra nasionalis sekuler India dan mendapat dukungan dari dinas inteligen Israel Mossad. Opini altelrnatif ini banyak beredar di dunia internet, media-media massa independen dan sudah pasti media massa Pakistan.

“With a traumatized nation and a paralyzed government, a core group of secular ideologues and Hindu nationalists are executing a ‘soft coup’ in New Delhi to bring to power hawks who want to pursue America’s agenda of grooming India as a regional policeman, sort out Pakistan and confront China”.(www.daily.pk, 30 November 2008). “In fact all the evidence so far point to homegrown Indian terrorists”.(www.truthseeker.com, 1 November 2008).

Program televisi Pakistan “I Differ” yang menampilkan seorang pakar intelegen Pakistan mengatakan bahwa para pelaku berasal dari India, dilihat dari logat bahasa yang berhasil direkam. Koran terbesar Pakistan, The Pakistan Daily Times membantah pengakuan seorang pelaku yang tertangkap yang mengaku berasal dari Pakistan sebagai tidak bisa dijadikan bukti dalam situasi tersebut. Di sisi lain President Pakistan Asif Ali Zardari menuduh aksi teror tersebut sengaja dibuat untuk mengalihkan perhatian dari peperangan yang dilakukan pemerintah Pakistan terhadap teroris. Sedangkan penasihat menteri keamanan Rehman Malik menuduh teror Mumbai dibuat untuk memindahkan konsentrasi pasukan Pakistan dari perbatasan Afghanistan ke India sehingga perbatasan Afghanistan lebih mudah diinfiltrasi.

Terlepas dari berbagai opini yang berkembang, banyak bukti justru menunjukkan keterlibatan internal India sendiri, jauh dari tuduhan ektremis Islam sebagaimana dituduhkan. Misalnya dari gambar rekaman kamera CCTV yang ditemukan dan beredar luas di internet (penulis kirimkan salah satu gambar ke Redaksi) terlihat jelas salah seorang pelaku mengenakan gelang warna merah-kuning yang di lengan kanannya, tanpa sorban dan tanpa selembar jenggot pun. Tanda seperti itu hanya menunjukkan pelaku berasal dari kalangan ekstremis Hindu.

Laporan-laporan saksi lainnya menyatakan beberapa pelaku bahkan bukan berasal dari Asia, melainkan orang-orang kulit putih, minum bir dan menggunakan obat-obatan perangsang yang dilarang dalam Islam. “Seorang polisi yang menyerbu ke perkampungan Yahudi mengatakan kepada Guardian bahwa para penyerang adalah orang-orang kulit putih.”(Guardian). “Penduduk setempat mengatakan pembunuhan massal itu dimulai di sini. Tiga orang berjalan ke dalam kafe, minum bir, membayar bill dan berjalan keluar. Mereka tidak seperti orang India, mereka seperti orang asing. Salah seorang saya kira bahkan berambut pirang. ………," kata Mr Amir.(BBC)

Beberapa media independen menuduh dinas rahasia Israel (Mossad) terlibat dalam aksi tersebut berdasarkan laporan bahwa para penyerang menginap di pemukiman Yahudi di Bombai sejak beberapa hari sebelum aksi penyerangan selain laporan tidak adanya warga Yahudi yang menjadi korban. Namun sangat menarik untuk membaca analisa www.daily.pk tgl 30 November lalu. Menurut analisa tersebut aksi terror tersebut dirancang dan dilakukan oleh kalangan nasionalis sekuler dan ekstremis Hindu India dalam rangka meningkatkan kekuatan politik internal mereka sekaligus memenuhi agenda Amerika untuk menyeret India ke dalam pengaruh Amerika dalam menyaingi Cina. Dengan menempatkan ekstremis Islam sebagai tertuduh, aksi tersebut diharapkan juga akan menyeret India ke dalam agenda “perang melawan Teroris (Islam)” yang digelar Amerika. Aksi tersebut sekaligus juga akan menempatkan Pakistan dalam posisi tersudut untuk lebih keras memerangi militan Islam yang terus meningkat aktivitasnya di perbatasan Pakistan-Afghanistan.

Analisa tersebut berdasarkan pada fakta tewasnya Hemant Karkare, kepala dinas intelegen polisi anti-teror India secara misterius di awal aksi. Karkare diduga sengaja dibunuh untuk menutupi bukti-bukti keterlibatan kelompok nasional sekuler dan Hindu. Karkare telah lama terlibat dalam penyidikan aktivitas kelompok-kelompok tersebut dan diduga kuat ia telah menemukan bukti-bukti kuat untuk menghentikan aktivitas mereka sebelum akhirnya terbunuh dalam sebuah insiden yang teroganisir sangat rapi, Teror Mumbai.

Dalam penyidikannya Karkare telah menahan tiga pejabat intelegen India karena keterlibatan aksi-aksi teroris di India yang kemudian dituduhkan kepada kelompok militan Islam. Salah satu aksi tersebut adalah pengeboman 29 September lalu di Malegaon, kota kecil berpenduduk mayoritas muslim di dekat Mumbai. Pada saat terbunuh Karkare berada pada posisi dimana ia hampir dapat membongkar jaringan teror yang melibatkan unsur-unsur militer dan ekstremis Hindu yang memiliki pusat-pusat pelatihan militer di berbagai tempat di India. Tidaklah mengherankan jika rekaman kamera CCTV menunjukkan seorang pelaku teror di stasiun kereta api menunjukkan identitas sebagai seorang ekstremis Hindu.

Partai militan Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) nampak sekali diuntungkan oleh aksi tersebut. Sehari setelah aksi tersebut BJP membuat iklan besar-besaran di beberapa surat kabar India dengan judul tebal menyolok: “Brutal Terror Strikes At Will!! Fight Terror. Vote B.J.P.”.

Secara terpisah reporter New York Times Somini Sengupta melaporkan tgl 30 November: “Pemerintah PM Singh telah “melabrak” BJP berdasar bukti-bukti bahwa para pendukung BJP terindikasi terlibat dalam serangan-serangan teroris. Sungguh secara mengejutkan, Hemant Karkare yang terbunuh dalam serangan Mumbai, tengah berada di tengah penyidikan tingkat tinggi terhadap unsur-unsur ekstremis Hindu. Karkare telah menjaring beberapa tersangka kasus pengeboman bulan September di daerah mayoritas muslim, Malegaon, sebuah kota kecil dekat Mumbai.”

Kalimat penutup dalam laporan www.daily.pk menyebutkan: “India saat ini berada di jalur yang sama dengan Amerika setelah Serangan WTC 9/11 2001. Namun saat ini para patriot India memiliki keuntungan dari bukti-bukti yang nampak. Rakyat India harus menghentikan orang-orang nasionalis sekuler gila perang dan ekstremis Hindu dari upaya pembajakan terhadap negeri ini. Masa depan wilayah ini (Asia Selatan) tergantung pada mereka.”

No comments: