Monday 22 June 2009

NATO YANG KEWALAHAN DI AFGHANISTAN


Beberapa waktu terakhir ini di media-media massa kita sering kali mendengar kabar tentang ovensif pasukan NATO di Afghanistan disertai angka-angka korban di pihak Taliban yang sangat signifikan sehingga mungkin kita berfikir bahwa NATO akan segera memenangkan peperangannya di Afghanistan. Namun fakta sebenarnya ternyata jauh dari yang diberitakan.

Menurut koran The Independent tgl 12 Juni lalu, saat ini pasukan NATO di Afghanistan justru tengah bertahan menghadapi ofensif besar-besaran pasukan Taliban. Dan pasukan Inggris yang berada di medan perang paling intensif harus menderita parah.

Menurut keterangan pejabat NATO yang dikutip The Independent, serangan Taliban telah meningkat 73% dan tingkat kematian pasukan NATO akibat serangan Taliban meningkat 78%. Serangan terhadap personil pemerintah Afghanistan juga meningkat sebanyak 64%. Pada bulan Mei lalu kematian personil militer Inggris mencapai 12 orang, bulan kematian tertinggi kedua selama pendudukan NATO di Afghanistan.

Ofensif Taliban tersebut menjadi perhatian khusus dalam pertemuan para menteri pertahanan NATO di Belanda baru-baru ini. Menhan Amerika Robert Gates mendesak agar NATO melakukan langkah-langkah serius untuk menghentikan ofensif tersebut dan menambahkan bahwa "kesabaran rakyat Amerika sangat tipis' terkait dengan masalah di Afghanistan yang semakin banyak memakan korban.

Jendral David Petraeus, komandan tertinggi Amerika di Timur Tengah mengatakan bahwa kekerasan telah meningkat tingkat tertinggi minggu lalu. Ia juga mengakui bahwa telah terjadi peningkatan intensitas serangan Taliban yang signifikan sejak dua tahun lalu. "Masih ada banyak masa sulit ke depan," kata Jendral David seraya mengingatkan rencana pemilu Afghanistan bulan Agustus mendatang.

Periode bulan Januari-Maret tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu menunjukkan peningkatan serangan bom dan ranjau hingga 87% dengan tingkat kematian meningkat 60%.

Beberapa pejabat militer NATO mengungkapkan bahwa tingginya tingkat serangan Taliban disebabkan Taliban tetap aktif melakukan ofensif meskipun di musim dingin yang biasanya digunakan Taliban untuk beristirahat. Di propinsi Helmand di mana pasukan Inggris ditempatkan, tingkat serangan Taliban mencapai 12 serangan per-hari. Adapun di Kandahar, tempat kelahiran Taliban dan medan perang paling intensif di masa lalu, tingkat serangan Taliban mencapai 4 serangan per-hari.

Propinsi Helmand menjadi medan favorit Taliban karena kondisinya yang bergunung-gunung. Helmand juga menjadi pusat komando Taliban serta penghasil 44% opium Afghanistan yang merupakan produsen opium terbesar di dunia. Meski saat berkuasa Taliban menumpas habis perdagangan opium Afghanistan, di masa perang opium menjadi salah satu sumber keuangan Taliban.

Sebanyak 12.000 dari 30.000 pasukan tambahan Amerika yang dikirim presiden Obama telah ditempatkan di Helmand. Dengan pertimbangan Amerika akan melancarakan ovensif besar-besaran di musim panas mendatang (sekitar bulan Juli), Taliban memutuskan untuk mendahului melakukan ovensif.

Di sisi lain Amerika sebagai pimpinan pasukan koalisi NATO di Afghanistan terus dilanda frustasi. Ini tampak jelas dengan dipecatnya Jenderal David McKiernan selaku komandan pasukan Amerika di Afghanistan, Senin 11 Mei lalu. Padahal kepemimpinan jenderal ini di Afghanistan belum sampai setahun.

Sebenarnya David McKiernan dipandang sebagai orang yang berhasil dalam memegang komando militer AS. Dia berhasil dalam agresi AS di Irak, namun menghadapi medan perang Afghanistan, dia menjadi stress dan frustasi. Ia bahkan pernah mengatakan bahwa AS tidak akan menang dalam perang di Afghanistan. Tentu saja pernyataan ini membuat Washington meradang karena selama ini Amerika terkenal dengan peralatan militernya yang canggih.

Aneh memang mendengar pernyataan seorang jenderal dengan ribuan pasukan dan kecanggihan peralatan militernya mengatakan hal seperti itu. Pernyataan sang jenderal inilah yang diduga menjadi salah satu alasan kenapa ia diturunkan dari jabatannya.

Pentagon pun telah menunjuk penggantinya, yaitu Jenderal Stanley McChrystal. Dia adalah seorang jenderal yang dikagumi Pentagon karena menjadi tokoh kunci dalam agresi ke Irak. Ia adalah mantan kepala pasukan khusus yang berhasil menangkap salah satu buronan yang paling dicari di Irak.

Sampai akhir tahun ini jumlah tentara AS di Afghanistan mencapai 68.000 orang, dua kali lipat dari masa pemerintahan Bush. Walau demikian, jumlah tersebut masih jauh di bawah 130.000 tentara yang masih berada di Irak. McKiernan dan panglima AS lainnya mengatakan sumber daya yang mereka perlukan di Afghanistan masih mengurus Irak.

Latar belakang Stanley yang mempunyai ‘integritas baik’ ini membuat pemerintahan AS mengangkatnya menjadi komandan dengan tujuan memenangkan Perang Afghanistan melawan Taliban secepatnya. Komando baru di bawah McChrystal akan bertanggung jawab atas strategi baru Obama dalam mengatasi serangan milisi yang kian brutal dan kuat. Strateginya, bergantung pada kemampuan pasukan khusus dan taktik mengatasi pemberontakan yang dikuasai McChrystal. Jenderal baru tersebut dikabarkan juga memahami cara-cara pendekatan non-militer menghadapi Taliban.

Dilihat dari kekuatan Taliban-Afghanistan sendiri, sebenarnya peralatan tempur mereka hanya dipersenjatai dengan senjata yang sederhana, sisa peperangan dengan Uni Soviet. Di sisi lain pasukan AS dan sekutunya dilengkapi dengan senjata-senjata canggih ditambah lagi dengan pesawat-pesawat tanpa awak, pengebom, dan senjata pemusnah massal yang dilarang seperti bom fosfor.

Dari Afghanistan sendiri dilaporkan, baru-baru ini tentara sekutu menggunakan senjata fosfor untuk melawan milisi Taliban. Serangan fosfor tersebut terjadi di Bala Buluk, sebuah distrik di sebelah barat Provinsi Farah. Akibat serangan membabibuta ini korban tewas lebih dari 140 warga sipil. Menurut salah satu dokter yang bekerja di Rumah Sakit Internasional Heart, Beberapa warga desa mengalami luka bakar yang tidak biasa.

"Salah satu korban yang dibawa ke sini mengatakan 22 anggota keluarganya mengalami luka bakar. Sebuah bom yang meledak menyebarkan serbuk putih dan orang yang terkena serbuk itu langsung terbakar," kata Dokter Jalali, salah seorang dokter di rumah sakit setempat.

Nader Nadery, seorang pejabat kominsi independen HAM Afghanistan juga mengkhawatirkan senjata kimia tersebut karena kebanyakan target serangannya lebih banyak menimbulkan korban warga sipil.

Alih-alih memerangi apa yang disebut oleh Amerika sebagai “teroris”, rupanya para agresor menghalalkan segala cara walau korban dari pihak sipil telah banyak berjatuhan. Malah dengan sikap acuhnya, AS ingin terus melanjutkan agresinya di Afghanistan. Hal ini diungkapkan oleh Penasehat Keamanan Nasional AS, Jenderal James Jones yang sepertinya ingin terus menjajah Afghanistan.

“Seharusnya Presiden Afghanistan Hamid Karzai paham bahwa AS harus memberikan dukungan penuh pada kekuatan pasukan AS di Afghanistan,” kata Jones.

Walaupun segala cara telah digunakan, tetap saja tentara-tentara AS dan sekutunya hanya akan menggali kubur sendirinya karena para pejuang Taliban Afghanistan tetap eksis.

Seorang pengamat militer AS pernah mengatakan, kekuatan peralatan militer yang canggih belum tentu dapat memenangkan sebuah peperangan, karena kekuatan peralatan bukanlah yang utama. Masih ada kekuatan lain yang bisa mengalahkan kekuatan yang canggih tersebut, yaitu kekuatan semangat dalam diri yang justru dimilki oleh pejuang Taliban.

No comments: