Monday 27 June 2011

PM LEBANON TOLAK STL

JARINGAN INTELIGEN AMERIKA TERBONGKAR


PM Lebanon terpilih, Najib Miqati, baru-baru ini menegaskan komitmennya mengenai dua isu penting Lebanon yang telah menjadi perhatian internasional dan menjadi salah satu kunci perdamaian Timur Tengah: pengadilan internasional atas pembunuhan mantan PM Rafiq Hariri (Special Tribunal for Lebanon = STL) dan persenjataan kelompok "Perlawanan" anti-Israel yang dipimpin Hizbollah.

Dalam hal STL, Najib Miqati secara efektif menolak esensi pengadilan tersebut meski secara resmi ia menerima keberadaan lembaga itu. Esensi pengadilan tersebut adalah memojokkan Hizbollah sebagai pelaku pembunuhan Hariri sehingga menjadi pintu masuk bagi penghancuran kelompok "Perlawanan".

"Bagaimana pun juga kita tidak bisa membatalkan pengadilan tersebut karena dibentuk berdasarkan resolusi internasional, dan tanpa diragukan kita menghormati legitimasi internasional," kata Miqati dalam wawancara dengan televisi Al-Arabiyya, Jumat (24/6).

Namun mengenai hasilnya yang diyakini kuat bakal menjatuhkan kesalahan pada Hizbollah, Miqati mengatakan pemerintah hanya akan mengakuinya selama seluruh faksi di Lebanon sepakat untuk menyetujui keputusan pengadilan tersebut. Tentunya hal ini tidak mungkin terjadi karena Hizbollah dan kelompok "Perlawanan", sebagaimana selama ini bersikap, menolak dijadikan "terpidana" dalam kasus pembunuhan Hariri.

Miqati juga menolak perlucutan senjata Hizbollah dengan menyatakan bahwa "Perlawanan" hanya digunakan untuk menghadapi Israel dan telah melakukan upaya kuat untuk membebaskan negeri Lebanon dari pendudukan Israel.

"Perlawanan adalah sebuah kehormatan dan memiliki hak yang kuat, dan kita tidak boleh menyeretnya ke jalanan. Saya percaya bahwa para pemimpin kelompok "Perlawanan" menyadari hal itu dan sanggup bertindak atas keyakinan itu," kata Miqati.

Tentu saja sikap Miqati ini merupakan pukulan kuat ---meski sudah diperkirakan sebelumnya karena ia adalah perdana menteri yang diusung kelompok "Perlawanan", bagi zionis Israel dan pendukung-pendukungnya yang berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan kelompok "Perlawanan" dan menjadikan Lebanon santapan lezat Israel.


HIZBOLLAH TANGKAP MATA-MATA AMERIKA

Sementara itu pada hari yang sama dengan pernyataan sikap politik Miqati, pemimpin tertinggi Hizbollah, Sayyed Hasan Nasrallah mengumumkan penangkapan 3 anggota Hizbollah yang menjadi mata-mata musuh. Dua di antaranya bekerja untuk dinas inteligen Amerika, CIA, seorang lainnya masih dalam penyidikan internal Hizbollah untuk memastikan untuk negara mana ia menjadi mata-mata.

Hal ini mengindikasikan CIA telah meningkatkan aktifitasnya di Lebanon yang selama ini lebih banyak menjadi lahan kegiatan mata-mata dinas inteligen Israel, Mossad. Namun hal ini sekaligus mengkonfirmasi lumpuhnya jaringan inteligen Mossad di Lebanon menyusul serangkaian aksi penangkapan terhadap mata-mata Israel serta pembongkaran berbagai perlengkapan inteligen Israel yang ditempatkan di Lebanon.

"Saat Israel gagal menginfiltrasi Hizbollah, mereka mengalihkannya kepada dinas inteligen terbesar di dunia (CIA)," kata Sayyed Nasrallah.

Nasrallah membantah rumor yang dihembuskan lawan-lawan politik Hizbollah, tentang posisi strategis para mata-mata yang ditangkap tersebut serta keberadaan seorang ulama Hizbollah yang menjadi mata-mata.


AOUN: KITA AKAN POTONG TANGAN AGEN AMERIKA DI LEBANON

Beberapa hari sebelum penangkapan mata-mata CIA oleh Hizbollah, pada hari Jumat (10/6), pemimpin "Perlawanan" dari fraksi Perubahan dan Reformasi (Kristen), Jendral (purn) Michael Aoun, membuat pernyataan mengejutkan.

"Kita akan memotong tangan inteligen Amerika di Lebanon sebagaiman kita telah memotong tangan inteligen Israel," kata Aoun saat berkunjung ke museum "Perlawanan" di Mlita, Lebanon Selatan, didampingi oleh sejumlah anggota parlemen dan pejabat Lebanon.

Dalam kesempatan itu Aoun memperingatkan Amerika untuk tidak turut campur dalam urusan Lebanon. Ia juga menolak kemungkinan terjadinya kembali perang sipil di Lebanon.

“Saat ini kita sangat kuat dan tidak akan terjadi perang sipil atau perang sektarian di Lebanon karena kita mampu mengatasi semua perselisihan politik. Tidak akan ada perang Shiah-Sunni di Lebanon, bahkan jika ada pihak-pihak yang menginginkannya untuk mendapatkan keuntungan," kata Aoun yang juga mantan panglima AB serta sempat menjadi presiden itu.

Aoun mengunjungi museum "Perlawanan" di Mlita yang kini menjadi salah satu obyek wisata menarik di Lebanon. Di museum tersebut dipajang berbagai peninggalan Perang Lebanon 2006 yang dipicu oleh serbuan Israel ke Lebanon, menyusul ditariknya pasukan keamanan Syria dari Lebanon setahun sebelumnya. Di samping persenjataan Hizbollah yang digunakan dalam perang itu, terdapat juga senjata-senjata Israel yang direbut oleh para pejuang, termasuk tank-tank Merkava yang dibanggakan Israel itu. Meski tampak lelah, ia memaksakan diri masuk ke dalam terowongan sedalam 200 meter yang digunakan untuk melawan Israel.

No comments: