Sunday 23 October 2011
HANYA DI SYRIA
Hanya di Syria, seseorang bisa membeli 1 liter bensin seharga 15 SL (Syrian Lira, 1 SL setara sekitar 2$), sementara harga minyak dunia adalah 40 SL. Hanya di Syria, seseorang berhak mendapat perawatan gratis di rumah sakit, bahkan jika harus menjalani operasi. Hanya di Syria, pajak penghasilan hanya 5% untuk mereka yang berpenghasilan tinggi sementara yang berpenghasilan rendah tidak dikenakan pajak. Hanya di Syria semua anak bisa bersekolah gratis dari SD hingga universitas.
Hanya di Syria, hutang luar negerinya sebesar 0$. Hanya di Syria, yang sistem ekonominya berubah dari sosialis ke sistem pasar bebas dan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang asing relatif konstan dan stabil. Hanya di Syria, terdapat lebih dari 1 juta pengungsi Palestina dengan hak-hak kewarganegaraan yang sama dengan penduduk asli tanpa diskriminasi sedikit pun. Hanya di Syria, terdapat 2 juta pengungsi Irak saat terjadi serangan Amerika, dan tidak satupun dari mereka yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Hanya di Syria, seseorang bisa duduk makan di restoran dan mendapatkan Presiden dan sang istri sedang makan di meja sebelah. Hanya di Syria kita menjumpai seorang penganut Shiah menikah dengan penganut Alawite (satu sekte Islam yang mengagungkan sepupu Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib, namun bukan Shiah. Banyak terdapat di Syria, Lebanon dan Turki) yang ibunya penganut Sunni dengan saudara ipar seorang penganut Kristen dengan saudara sepupu seorang Kurdi atau Druze (satu sekte agama yang mencampurkan kayakinan Islam dengan Kristen, banyak terdapat di Lebanon dan Syria).
Hanya di Syria, yang pemerintahannya telah mengeluarkan undang-undang parpol, undang-undang media massa, undang-undang pemilu, dan undang-undang pemerintahan daerah. Mereka juga telah mengeluarkan amnesti massal dan peraturan-peraturan lainnya demi mengubah negara menjadi lebih demokratis. Dan lucunya pemerintahan negara-negara tetangga meminta sang presiden untuk "mendengarkan tuntutan rakyat" dan bertindak demokratis hingga menuntut dilakukannya pemilihan umum yang dipercepat disertai pengunduran diri sang presiden. Sementara negara-negara tetangga itu tidak pernah melakukan hal-hal yang dituntutnya itu. Mereka menuntut dilakukannya amandemen undang-undang Syria sementara jika ada seorang warga mereka meneriakkan kata "konstitusi", ia akan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan melakukan tindakan "bid'ah".
Hanya di Syria dimana para pelaku aksi-aksi kerusuhan menentang pemerintah mengklaim sebagai gerakan non-sektarian, namun dengan lantang meneriakkan slogan-slogan seperti: "Alawite ke peti mati, Kristen ke Beirut," atau "Muslim dan Kristen menghancurkan Alawite!", atau "kami tidak ingin melihat seorang Alawite pun", atau "O Alawite, O penyembah berhala, kami akan menguburkanmu!.
Hanya di Syria dimana para pelaku aksi-aksi kerusuhan menentang pemerintah mengklaim sebagai gerakan nasional tanpa campur tangan asing. Namun lucunya banyak di antara mereka berteriak-teriak: "O Israel, kami akan korbankan jiwa dan ragaku untukmu!", atau "Bandar (seorang pangeran kerajaan saudi salafiyun wahabiah), Hariri (mantan PM Lebanon, pengkhianat rakyat yang kini tinggal di pengasingan di Perancis), kami ingin Al-Jazeera (televisi Qatar)," atau slogan-slogan lainnya seperti "Tidak untuk Iran atau Hezbollah, kami menginginkan orang yang takut kepada Allah!" Belum lagi mereka yang berteriak-teriak meminta Amerika dan Eropa untuk turut campur dalam gerakan mereka.
Bodohnya mereka mengklaim sebagai gerakan damai, namun para syeikh mereka menyerukan "jihad" melawan aparat pemerintah dan siapa pun yang tidak sepemikiran dengan mereka. Mereka yang menyerukan gerakan damai itu telah membantai tentara dan penduduk sipil beserta keluarga mereka, menggantung dan memutilasi korban-korbannya sesuai dengan kebencian sekterian mereka. Mereka pula yang telah menembaki polisi dan penduduk sipil dari puncak menara masjid dengan menggunakan senjata Amerika.
Para syeikh wahabi-salafi itu mengambil makna "Ifta'" (kewajiban berdasar fatwa dan menggunakannya untuk membakar kesombongan sektarian, namun tidak pernah melakukan reformasi apapun atau menjaga kepentingan masyarakat sebagaimana klaim mereka. Betapa munafiknya mereka! Tinta fatwa mereka belum kering terkait dengan kutukan mereka terhadap berbagai bentuk demonstrasi dan revolusi di Mesir, Tunisia dan negara-negara lain! Bagaimana bisa mereka membanggakan diri telah mencetak jutaan kopi fatwa tentang larangan berdemonstrasi di Saudi Arabia, Qatar, dan Bahrain.
Bagaimana mereka bisa berpidato dengan penuh kefanatikan menyerukan pembantaian terhadap semua penganut Alawite, pengusiran orang Kristen dari Syria, menyingkirkan semua penganut Ismaelis, Druze dan Sufisme. Dan inilah fatwa dari "syeikh" Saleh Al-Luhaidan tentang kewajiban melenyapkan 1/3 penduduk Syria untuk menyelamatkan 2/3 lainnya, sementara ia mengutuk aksi demonstrasi di Saudi Arabia dan negara-negara lainnya sebagai dosa besar karena menyebabkan kekacauan dan kehancuran.
Fatwa menentang aksi demonstrasi di Saudi Arabia, Bahrain, Tunisia, Mesir adalah sebuah bentuk dukungan bagi para penguasa moderan yang memilih untuk menyerah terhadap Israel. Itu adalah tindakan politik "melayani Israel" yang tidak ada dasarnya dengan agama. Jika tidak, bagaimana penjelasannya mengapa dalam hal Syria dan hanya Syria, fatwa-fatwa itu menjadi bertolak belakang?
Mengapa kerusuhan di Syria menjadi sebuah "revolution" sementara di tempat lain dicap sebagai "pelanggaran hukum"? Kebohongan-kebohongan itu berakhir dengan sendirinya setelah mereka membongkar sendiri kejahatan konspirasi mereka terhdaap Syria, membuat rakyat Syria sadar dan melawan dengan sekuat tenaga.
Sangat menggelikan, pimpinan Al Qaida Ayman Al-Zawahri dalam pidatonya menyambut ulang tahun kesepuluh Tragedi WTC menuduh pemerintah Syria melakukan "kejahatan yang buruk" terhadap rakyatnya sendiri. Ia juga menyerukan rakyat Syria untuk terus melakukan aksi kerusuhan hingga pemerintah tumbang. Seorang warga Arab mungkin bertanya-tanya: mengapa sikap Al Qaida se-irama dengan Amerika dan sekutunya? Mereka tentu tengah melayani kepentingan Israel sembari membuang jauh-jauh kepentingan Arab (Syria adalah salah satu negara Arab).
Negara-negara Arab tertentu dan televisi-televisi asing melancarkan tuduhan-tuduhan paling buruk yang bisa dibayangkan berdasarkan prinsip "kebohongan dan kebohongan hingga rakyat akhirnya percaya". Berbagai "keajaibatn" muncul dari para awak televisi yang katanya profesional itu. Saksi mata adalah orang yang paling bisa dipercaya, dan orang bisa menemukan seorang analis di sana-sini dan tidak satu pun mereka yang berada di Syria. Tak satu pun dari mereka yang melaporkan korban-korban di pihak pemerintah, setiap hari mayat-mayat aparat keamanan ditemukan dimana-mana yang gambar-gambarnya hanya dimuat oleh media-media massa Syria.
Para pengamat itu tidak memiliki informasi apapun tentang pembantaian aparat keamanan oleh para perusuh, dan jika pun mereka menyebutkan peristiwa itu mereka membalikkan faktanya: "aparat keamanan pemerintah membunuh mereka karena menolak perintah untuk menembak para demonstran yang tidak bersenjata"
Hanya di Syria, dari sebuah gerakan yang mengklaim diri sebagai "Revolusi nasional Arab" orang mendengar slogan-slogan seperti "O Israel, bisakah aku mengorbankan darahku untukmu?". Dan sebagai tambahan, salah satu tokoh gerakan itu Farid Al-Ghadiri, adalah orang yang telah berkunjung ke Israel tahun 2007, menjadi tamu kehormatan parlemen Israel hingga dikecam olah para anggota parlemen Israel keturunan Arab. Kini ia berpidato: "suatu hari bendera Israel akan berkibar di Damascus, karena negara Syria adalah negara damai, baik, dan membenci kebencian, namun Bashar Al-Assad telah memaksa rakyatnya untuk bersikap sebaliknya."
Pengkhianat yang kini tinggal di Washington itu berkoar bahwa inteligen Lebanon mendukung aksi kerusuhan di Syria karena menganggap tumbangnya Assad merupakan keuntungan nasional Lebanon. Ia juga menyerukan dunia internasional untuk melakukan campur tangan di pihak rakyat Syria. "20 rudal yang menghantam kantor-kantor inteligen Syria cukup untuk membuat regim Assad tumbang". Ia pasti tidak menghitung bahwa "keseimbangan regional" sudah berubah paska kekalahan Israel melawan Hizbollah tahun 2006.
Dari: "Only in Syria ..."; Sadeq Khanafer; almanar.com.lb; 4 Oktober 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment