Thursday 6 October 2011

PICU KEKHAWATIRAN, AS KIRIM BOM PENGHANCUR BUNKER KE ISRAEL


Kalangan inteligen dan para pemimpin negara-negara Timur Tengah kini dalam kondisi ketegangan yang meningkat tajam menyusul bocornya berita tentang pengiriman bom penghancur bunker bawah tanah Amerka ke Israel. Pengiriman ini dianggap semakin meningkatkan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran yang dikhawatirkan mengobarkan peperangan lebih luas di kawasan Timur Tengah. Kekhawatiran itu bahkan terjadi di Israel sendiri.

Surat kabar terbesar Israel, Haaretz beberapa hari terakhir menulis laporan mengenai pengiriman bom tersebut dan implikasinya terhadap keamanan Israel.

"Netanyahu mungkin akan menyerang Iran," kata seorang narasumber Haaretz.

"Netanyahu harus dicegah untuk menyerang Iran," kata narasumber lainnya.

Israel sebenarnya telah menerima pengiriman 55 bom penghancur bunker GBU-28 Hard Target Penetrators itu secara rahasia tahun 2009. Namun meski ambisi Netanyahu yang diketahui publik sangat besar untuk menyerang Iran, masih tertahan selama ini, terutama karena adanya penentangan dari publik dan sebagian pejabat militer dan inteligen Israel sendiri. Namun, kemungkinan serangan itu tetap besar.

Meir Dagan, mantan direktur Mossad yang pensiun Januari lalu mengatakan, para komandan militer yang menentang rencana serangan terhadap Iran kini telah dipecat atau pensiun. Dari 18 mantan kepala staff angkatan bersenjata yang masih hidup, 8 di antaranya menyatakan penentangannya terhadap serangan Iran. Di antara mereka adalah Yuval Diskin yang terakhir menjabat sebagai Direktur General Security Service, serta Letjend Gabi Ashkenazi, mantan panglima angkatan bersenjata yang baru saja pensiun tahun ini. Selain itu 6 mantan kepala staff lainnya tidak bersedia menyatakan pendapatnya.

Hanya 2 orang yang mendukung rencana itu, Menhan Ehud Barak (yang juga mantan PM) serta Moshe Yaalon, yang kini menjadi menteri urusan Hubungan Strategis kabinet Netanyahu.

Dagan, yang dikenal keras terhadap lawan-lawan Israel, telah menyampaikan penentangannya secara terbuka terhadap rencana serangan atas Iran dengan menyebutnya sebagai "hal paling bodoh yang pernah saya dengar.” Menurut Dagan dengan serangan itu Netanyahu dan Barak akan memerosokkan Israel ke dalam petualangan militer yang berbahaya yang akan memicu perang besar di kawasan dan bisa mengancam eksistensi Israel sendiri.

"Saya memutuskan untuk berbicara karena saat saya masih aktif, Diskin, Ashkenazi dan saya bisa mencegah setiap petualangan berbahaya. Kini saya takut tidak ada lagi yang bisa mencegah Bibi (Netanyahu) dan Barak,” kata Dagan kepada pers beberapa waktu lalu.

“Netanyahu sangat serius dengan keinginannya itu (untuk menyerang Iran). Dan dalam persiapannya ia telah menyingkirkan berbagai penentangan di kalangan pejabat keamanan. Beberapa pejabat di lingkaran kekuasaan bahkan menyebutkan misi penyerangan itu sebagai tugas suci: menyerang Iran sebelum musim hujan," kata seorang narasumber di Haaretz.

Israel telah mendesak Amerika untuk memberikan rudal-rudal GBU-28 sejak tahun 2005, namun Amerika khawatir Israel akan menjual teknologinya ke Cina. Bahkan presiden Bush telah memberikan sanksi kepada perusahaan penjual teknologi ke Cina itu. Namun Obama menyetujui permintaan Israel itu sejak menjabat sebagai presiden. Meski demikian, baik Bush dan Obama menentang rencana serangan Israel terhadap Iran.

Pada tgl 18 November 2009, sebuah informasi yang bocor menyebutkan adanya pertemuan antara komandan bersenjata Israel-Amerika. "Kedua pihak membicarakan rencana pengiriman GBU-28 ke Israel, menetapkan bahwa pengiriman itu harus dilakukan secara rahasia untuk mencegah kesan pemerintah Amerika membantu Israel menyiapkan serangan atas Iran."

Adalah bukan kebetulan kalau seminggu kemudian Netanyahu membekukan pembangunan pemukiman yahudi selama 10 bulan atas permintaan Obama demi melanjutkan proses perdamaian Palestina-Israel.

Lalu mengapa pengiriman tersebut bocor ke publik? Ada beberapa kemungkinan. Pertama adalah Amerika ingin menyenangkan Israel dengan membuatnya merasa lebih aman. Kedua adalah untuk menggertak Iran agar segera menghentikan program nuklirnya setelah mengetahui Israel memiliki senjata yang bisa menghancurkan fasilitas nuklir mereka. Adapun alasan lainnya lagi adalah agar Obama mendapat dukungan komunitas yahudi dalam kampanye kepresidenan tahun depan.

Yang pasti, meski hubungan diplomatik Israel-Amerika terasa tegang akhir-akhir ini terkait proses perdamaian Israel-Palestina yang selalu dimentahkan Israel, hubungan militer kedua negara justru semakin kuat.

No comments: