Friday 9 December 2011

SYRIA: MUSUH KAMI YANG MENGENDALIKAN ARAB


Menyadari bahaya besar yang telah menanti di depan mata karena konspirasi zionisme terhadap Syria, dukungan rakyat Lebanon kepada regim Bashar al Assad di Syria terus berdatangan. Kali ini adalah delegasi "Dewan Ulama Lebanon" yang baru-baru ini mengunjungi Bashar dan menyatakan dukungannya.

Kepada delegasi yang diketuai oleh Sheikh Ahmad Al-Zein itu Bashar mengungkapkan bahwa kaum “Islamists” (merujuk pada gerakan Salafi-Wahabi yang mengklaim diri sebagai yang paling Islami, dan kini aktif bersama gerakan zionis berusaha menjungkalkan regim Bashar) telah terpecah belah karena tidak memiliki prioritas dan tujuan jelas.

Bashar menekankan bahwa sikap pemerintah Syria terhadap Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin) di Syria berbeda dengan sikapnya terhadap gerakan Hamas di Palestina. Menurut Bashar, Syria mendukung sepenuhnya setiap gerakan perlawanan terhadap Israel, terlepas dari konflik yang kini melanda Syria.

"Hamas memiliki peran besar dalam perjuangan Palestina melawan Israel, dan Syria berhubungan dengan mereka berdasar prinsip itu," kata Bashar.

Menurut Bashar di Syria tidak pernah terjadi konflik sektarian karena pemerintah menjaga ketat masalah ini. Namun ia mengakui, dalam krisis politik yang terjadi di Syria akhir-akhir ini ada faktor eksternal yang berusaha menciptakan konflik semacam ini, terutama di kota Homs.

Terkait dengan dukungan Rusia kepada Syria, Bashar menyatakan dukungan tersebut adalah suatu sikap strategis Rusia yang tidak akan pernah berubah. "Apa yang dilakukan Rusia adalah sikap strategis mereka. Sikap itu tidak akan berubah, dan saat ini mereka berdiri di belakang kami dalam perang yang tengah kami hadapi."

Adapun terhadap negara-negara Arab yang kini "memusuhi" Syria, Assad mengatakan bahwa musuhnya bukan negara Arab dan karenanya ia tidak begitu peduli dengan apa yang dilakukan beberapa negara Arab kepada Syria. Menurut Bashar, meski Liga Arab telah memutuskan keanggotaan Syria, beberapa negara Arab tetap menyatakan komitmen dukungan kepada Syria.

"Beberapa negara Arab tidak yakin dengan sikap Liga Arab terhadap Syria dan kami telah menerima beberapa telepon dari negara-negara Arab yang meyakinkan hubungan bilateral dengan Syria tidak berubah, dan pada suatu saat nanti para pemimpin Arab akan datang ke Damaskus dan meminta ma'af atas sikap mereka kepada Syria," kata Bashar.

Ia mengaku bahwa sanksi ekonomi Liga Arab terhadap Syria akan berpengaruh, namun tidak akan sampai pada tahap membahayakan karena Syria telah mempersiapkan langkah antisipasi.

Menurut Bashar, rakyat Syria terprovokasi oleh sikap Liga Arab yang mengenakan sanksi ekonomi pada Syria. Itulah sebabnya mereka melakukan aksi-aksi demonstrasi menentang Liga Arab, terlepas dari sikap politik mereka pada pemerintah.

Lebih jauh Bashar menyatakan, "Perang saya bukan melawan negara-negara Arab, melainkan dengan kekuatan yang mengendalikan Arab saat ini."

Dan pada akhirnya Bashar mengungkapkan alasan di balik gerakan oposisi menentang pemerintahannya:

"Rencana Amerika adalah memecah belah Irak, namun mereka menyadari hal itu tidak mungkin selama masih ada Syria di sebelah Irak. Maka mereka memutuskan untuk memecah belah Syria agar Irak bisa dipecah belah. Kini politik luar negeri Amerika telah berada di titik terlemah. Semua yang mereka inginkan adalah menciptakan instabilitas di Syria untuk menutupi kekalahan mereka di Irak --- Amerika gagal mendapatkan penguasa Irak yang bersedia menjadi bonekanya paska penarikan pasukan Amerika yang direncanakan akhir tahun ini. Penguasa Irak sekarang, Nour Maliki, bahkan lebih memilih berkoalisi dengan musuh bebuyutan Amerika di Irak, ulama muda Shiah yang kharismatik Sayyed Moqtada Sadr. Setelah 10 tahun berperang hingga kehilangan 5.000 lebih prajurit dan triliunan dolar uang pajak rakyatnya, Amerika tidak mendapat apapun di Irak. Inilah kekalahan paling menyakitkan yang pernah dialami Amerika; blogger---. Mereka juga berupaya mengganti regim Syria dengan regim boneka mereka, namun mereka pasti gagal,"



Ref:
"Al-Assad: Our Problem not with Arabs"; almanar.com.lb; 2 Desember 2011

No comments: