Wednesday 22 February 2012

AROGAN, AMERIKA JADI PECUNDANG DI MESIR DAN PAKISTAN


Gambar: sebagian aktivis yang ditahan pemerintah Mesir.



"ALLAH adalah konspirator terbaik". Begitu kira-kira firman Allah alam Al Qur'an. Namun tentu saja Amerika tidak pernah mengerti hal itu.

Belum pernah dalam sejarah, Amerika begitu agresif memaksakan aspirasi politik luar negerinya selain pemerintahan dua presiden terakhir, George Bush, Jr. dan Barack Obama. Dengan kucuran dana dan todongan senjata kesana kemari Amerika berusaha memaksa semua negara di dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah, untuk mengikuti keinginannya yaitu menjadi pengabdi negara Israel. Namun pada saat yang sama kita justru menyaksikan pengaruh Amerika begitu rapuhnya. Mungkin saja Amerika masih menjadi sekutu kuat negara-negara Arab badui seperti Saudi Wahabiah dan negara-negara Teluk yang eksistensinya memang tergantung pada perlindungan Amerika, tapi tidak bagi negara-negara Arab dan muslim non-Arab lainnya.

Di saat konfrontasi dengan Iran tengah memanas, Amerika justru kehilangan satu sekutu kuatnya, Pakistan, yang dengan tegas menyatakan menentang rencana penyerangan Amerika atas Iran. Sementara hubungan dengan sekutu paling terpercayanya di antara negara-negara ARab, yaitu Mesir, kini berada di ujung tanduk.

Amerika marah besar dengan tindakan Mesir yang telah menangkapi agen-agen Amerika yang aktif dalam berbagai LSM "kemanusiaan" dan "demokrasi" di Mesir. Bahkan seakan tidak peduli dengan kemarahan Amerika, Mesir tetap kukuh akan menyidangkan kasus pelanggaran para aktifis LSM tersebut hari Minggu ini (26/2). Di antara 43 aktifis yang akan disidang tersebut terdapat 19 warga negara Amerika. Lainnya berkebangsaan Serbia, Norwegia, Jerman, Palestina, Yordania dan tentu saja warga Mesir sendiri. Mereka semua dituduh menerima dana ilegal dari luar negeri yang mengancam kepentingan nasional Mesir.

Menlu Mesir beberapa waktu lalu menuduh Amerika berupaya "mengendalikan arah revolusi Mesir" demi kepentingan Amerika dan Israel dengan menggunakan tangan-tangan aktifis LSM.

Tidak semua tersangka akan mengikuti sidang tersebut secara langsung karena beberapa tersangka warga Amerika telah meminta perlindungan kepada kedubes Amerika di Mesir. Diperkirakan kasus ini akan berlangsung lama karena menyangkut aspek politik kedua negara. Amerika telah mengancam akan menghentikan bantuan dana kepada Mesir jika kasus ini diteruskan. Namun ancaman ini justru membuat marah Persaudaraan Muslim yang menjadi pemenang pemilu legislatif Mesir beberapa waktu lalu. Persaudaraan Muslim balik mengancam akan membatalkan perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979 yang disponsori Amerika. Dalam perjanjian tersebut disepakati Amerika akan memberikan bantuan kepada Mesir dengan jumlah yang sangat signifikan.


PAKISTAN BELA IRAN JIKA DISERANG AMERIKA


Sementara itu Pakistan menyatakan akan mendukung Iran jika diserang oleh Amerika. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Presiden Pakistan Asif Ali Zardari kepada para pemimpin Iran dan Afghanistan dalam pertemuan puncak tiga negara "Pakistan-Iran-Afghanistan" di Islamabad, hari Jum'at (17/2).

Pernyataan tersebut menjadi puncak dari memburuknya hubungan Amerika-Pakistan yang memburuk setelah terjadinya "insiden-insiden" yang dilakukan Amerika di Pakistan seperti penyerangan terhadap Osama bin Ladin yang tanpa koordinasi dengan Pakistan dan semakin memuncak setelah Amerika membom pos militer Pakistan di perbatasan Pakistan-Afghanistan hingga menewaskan 24 tentara Pakistan.

Belum lama ini Pakistan bahkan menolak kedatangan utusan khusus Amerika untuk Pakistan dengan alasan akan semakin "memicu sentiman anti-Amerika" di Pakistan.

No comments: