Friday 10 February 2012

DRAMA POLITIK DAN KEMANUSIAAN DI SYRIA


"Kelompok-kelompok teroris bersenjata hari Minggu (5/12) menyerang masyarakat sipil dan aparat keamanan di beberapa area di Homs. Aparat keamanan pun memburu mereka dan terlibat pertempuran melawan mereka. Teroris bersenjata meledakkan dua bom di belakang gedung "Technical Services" di kawasan al-Dablan. Teroris juga menembakkan mortir ke beberapa sasaran di Homs sementara sebagian lainnya mendobrak rumah-rumah di kawasan Idleb Governorates. Sejumlah masyarakat sipil berusaha melarikan diri dari serangan ke sebuah masjid di Rastan City, dimana para teroris kemudian membakar masjid tersebut, membunuh dan melukai warga sipil yang berada di dalamnya".

Demikain laporan kantor berita Syria, SANA, tgl 6 Februari lalu. Namun tentu saja yang tertulis di sebagian besar media-media massa di seluruh dunia jauh berbeda. Alih-alih mereka semua menuduh pasukan Syria-lah sebagai terorisnya dan kelompok-kelompok teroris sebagai demonstran sipil tak bersenjata.

Presiden Barack Obama pun, sebagaimana dikutip media-media massa di seluruh dunia termasui Indonesia, mengecam pemerintahan Presiden al Assad di Syria atas peristiwa tersebut. Katanya, "Assad harus menghentikan kampanye pembunuhan massal dan kejahatannya terhadap rakyatnya sendiri. Ia harus menyingkir dan membiarkan transisi demokrasi berjalan dengan segera."

Sebagaimana sebelumnya di Irak dan Libya, Amerika, Inggris dan Perancis berupaya menggoal-kan resolusi PBB untuk melakukan intervensi militer berdasarkan tuduhan pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan regim penguasa. Hanya saja bedanya, kali ini untuk kasus Syria, skenario ini digagalkan oleh Rusia dan Cina yang memveto resolusi PBB tersebut.

Bukan masalah sepele, karena dalam hal ini telah berhadap-hadapan dua kekuatan besar dunia yang berkepentingan terhadap keamanan kawasan Timur Tengah. Seperti biasa, barat, dengan menggunakan pengaruh media massa menampilkan skenario aktor baik melawan aktor jahat. Mereka mencoba mengatakan kepada dunia "di sudut ini kita memiliki para pejuang kemanusiaan yang berupaya menegakkan demokrasi di Syria, dan di sudut sana adalah pemerintahan fundamentalis anti demokrasi yang menindas rakyat". Ini seperti skenario film Hollywood tentang polisi dan penjahat, namun kenyataannya tentu saja jauh berbeda.

Dan Rusia serta Cina memandang kasus Syria dengan jauh lebih adil. Mereka melihat kekerasan di Syria disebabkan oleh banyak sumber. Ada pemerintahan yang sah di satu pihak dan para teroris pemberontak di sisi lainnya. Sama seperti kasus-kasus lainnya di seluruh dunia ketika aparat keamanan berupaya menegakkan keamanan dari sekelompok kecil teroris maupun penjahat. Bedanya adalah para teroris dan penjahat di Syria berjumlah jauh lebih besar, terlatih, bersenjata lengkap, dan didanai oleh negara-negara asing: Amerika, Inggris, Perancis, Turki, dan negara-negara Arab badui. Israel seperti biasa tentu saja tidak pernah mengeluarkan sepersen pun uang meski mereka paling berkepengingan dengan masalah Syria. Mereka hanya mengirimkan agen-agen profesionalnya yang pada akhirnya biaya operasional mereka pun ditagihkan ke sekutu-sekutunya. Amerika dan Eropa biasanya yang menanggung semua biaya. Namun kali ini, karena melibatkan negara-negara Arab gurun, mereka terakhir inilah yang harus menanggung semua biayanya.

Jelas, masalah di Syria jauh lebih kompleks dari skenario film kartun "Tom and Jerry".

Resolusi PBB tentang Syria yang berusaha digoal-kan barat adalah berdasar proposal yang dibuat oleh Liga Arab yang dibuat dengan tergesa-gesa, tanpa membiarkan tim pemantau yang dikirim mereka di Syria menyelesaikan terlebih dahulu tugasnya. Ditambah proposal tersebut ditandatangani oleh Sekjen Liga Arab Nabyl El Araby yang telah lama dipandang sebagai "alat" kepentingan barat. Sama hal-nya dengan ketua IAEA yang baru, Yukiya Amano, yang telah mengeluarkan laporan tidak fair mengenai masalah nuklir Iran dengan mengandalkan "laporan inteligen negara-negara anggota" alias Amerika, Inggris, dan Perancis, yang berarti juga tersisip laporan inteligen Israel.

Apa yang terjadi di Syria saat ini adalah kabar buruk bagi rakyat Syria yang telah menjadi korban terorisme yang disponsori negara-negara barat. Namun di sisi lain terdapat kabar baiknya, yaitu Rusia dan Cina kini tidak bisa lagi mentolerir kejahatan kemanusiaan terjadi di Syria sebagaimana di Irak dan Libya. Tampaklah dengan jelas sudah, kekuatan politik yang mengendalikan negara-negara barat sudah kehilangan akal sehat untuk mencapai tujuannya. Mereka harus dihentikan.



PEMBERONTAKAN AKAN TUMPAS DALAM "BEBERAPA HARI"

Sebuah sumber militer Syria, sebagaimana dikutip kantor berita milik kelompok militan Hizbollah, "Al Manar" hari Rabu (8/2), menyebutkan operasi militer besar-besaran akan dilancarkan untuk menumpas para pemberontak bersenjata di Syria. Menurut sumber tersebut operasi militer akan tuntas dalam beberapa hari sebelum dilangsungkannya konperensi Partai Ba'ath yang berkuasa.

Tentara Syria melancarkan ofensif besar-besaran hanya sehari setelah Rusia dan Cina memveto resolusi DK PBB tentang Syria, Sabtu (4/2). Operasi militer berlangsung serentak di beberapa wilayah seperti Zabadani dan Bloudan. Sumber tersebut menyebutkan pemberontakan di Baba Amro, Madaya, telah berhasil ditumpas setelah pemimpin pemberontakan berhasil dibunuh.

Sumber tersebut menyebutkan operasi militer kali ini akan "lebih dari keras" karena pemerintah Syria telah menerapkan "kebijakan militer konklusif".

Sumber tersebut membantah operasi militer ini baru dilakukan setelah mendapat dukungan Rusia. Menurutnya Rusia sejak 5 bulan lalu telah memberikan dukungan bagi dilakukannya operasi militer untuk menumpas pemberontakan. Namun pemerintah menahan diri untuk menghindari jatuhnya korban.

"Para pejabat Rusia selalu menekankan bahwa tidak ada satu negara pun yang boleh membiarkan kelompok-kelompok bersenjata berada di wilayahnya, atau membiarkan satu wilayahnya lepas dari kekuasaan," kata sumber tersebut.


Ref:
"Showdown in Syria: All roads lead to Tehran"; Adrian Salbuchi – Russia Today February 7, dalam thetruthseeker.co.uk; 8 Februari 2012

"Syria Initiates Military Option, Russia Supportive: Syrian Source"; almanar.com.lb; 8 Februari 2012

2 comments:

Yusa Pranajaya said...
This comment has been removed by the author.
Yusa Pranajaya said...

don't look the world from the american eyes, keep your eyes for the real killer...

Keep posting mas, saya selalu mengikuti blog ini BRAVO