Wednesday 1 August 2012

DI BALIK TIRAI "OPOSISI" SYRIA (4)

Keputusan untuk memerangi Syria dibuat oleh Presiden George W. Bush dalam rapat di Camp David tgl 15 September 2001, 4 hari setelah serangan WTC 11 September 2001. Serangan terhadap Libya juga diputuskan saat itu juga sekaligus untuk menguji kekuatan Amerika melakukan perang di 2 medan sekaligus. Hal itu semua dikemukakan Jendral Wesley Clark, mantan panglima NATO yang menentang rencana itu.

Pada tahun 2003, menjelang kejatuhan Baghdad ke tangan pasukan multinasional Congress Amerika mensahkan 2 undang-undang yang memerintahkan Presiden Bush untuk mempersiapkan perang terhadap Libya dan Syria (Syria Accountability Act).

Pada tahun 2004, Amerika menuduh Syria menyembunyikan senjata pemusnah massal Irak yang tidak ditemukan. Tuduhan ini terbukti bohong belaka setelah kemudian terbukti tidak ada senjata yang dituduhkan itu di Irak dan tuduhan itu hanya sebagai dalih yang dibuat-buat untuk menyerang Irak.

Pada tahun 2005, setelah terjadi pembunuhan terhadap mantan PM Rafik Hariri yang oleh Israel dan Amerika dituduhkan sebagai aksi yang dilakukan Syria, Amerika merencanakan untuk menyerang Syria. Namun rencana itu batal setelah Syria menarik pasukannya dari Lebanon. Amerika dan Israel selanjutnya melakukan konspirasi untuk mengadili Syria di pengadilan internasional, namun juga gagal setelah tidak ditemukan bukti-bukti yang cukup kuat.

Pada tahun 2006 Amerika mulai merencanakan sebuah "revolusi" di Syria dengan membuat program "Syria Democracy Program". Idenya adalah menciptakan dan membiayai kelompok-kelompok oposisi yang pro-barat, di antaranya Movement for Justice and Development yang bermarkas di Inggris. Pendanaan kelompok-kelompok itu disediakan deplu Amerika dan disalurkan melalui LSM bentukan CIA yang bermarkas di California, yaitu Democracy Council.

Juga pada tahun 2006, Amerika mendukung invasi Israel terhadap Lebanon yang salah satu tujuannya, selain menghancurkan Hizbollah dan kelompok perlawanan anti-Israel Lebanon, adalah memancing Syria terlibat dalam konflik bersenjata dengan Israel sehingga memberi alasan Amerika untuk menyerangnya. Namun kemenangan gemilang Hizbollah atas Israel lagi-lagi menghalangi rencana Amerika.

Pada tahun 2007 Israel memancing Syria dengan membom sebuah instalasi militer Syria yang dituduh Israel sebagai instalasi nuklir, namun Syria tidak terpancing. Penelitian yang dilakukan badan atom internasional kemudian membuktikan tuduhan Israel sebagai tidak berdasar.

Pada tahun 2008, dalam pertemuan Bilderberg Group, direktur Arab Reform Initiative (LSM bentukan Amerika), Bassma Kodmani, dan direktur Stiftung Wissenschaft und Politik, Volker Perthes, mempresentasikan makalah tentang "manfaat" dari aksi penyerbuan pasukan aliansi barat terhadap Syria.

Pada tahun 2009, CIA mendirikan alat propaganda anti Syria seperti BaradaTV yang berbasis di London serta OrientTV yang berbasis di Dubai.

Lebih jauh pada bulan Februari 2011, atau hanya sebulan sebelum pecahnya kerusuhan di Deraa yang mengawali terjadinya pemberontakan di Syria, sebuah pertemuan dilakukan di Kairo dihadiri oleh politisi-politisi neo-konservatif Amerika John McCain, Joe Lieberman dan Bernard-Henry Levy, ditambah Mahmoud Jibril Libya (orang nomor 2 pemerintahan transisi Libya) dan tokoh-tokoh oposan Syria Malik al-Abdeh dan Ammar Qurabi. Saat itulah diputuskan dilakukannya operasi inteligen untuk Revolusi Libya (dimulai di Benghazi tgl 15 Februari) dan Syria (dimulai di Damaskus tgl 17 Februari).

Pada bulan Januari 2012 kemenlu dan dephan Amerika membentuk "gugus tugas" bernama "The Day After: Supporting a democratic transition in Syria", yang salah satu tugasnya adalah merancang konstitusi baru baru Syria dan program-program pemerintah baru paska revolusi.

Bulan Mei 2012 NATO dan GCC (Gulf Cooperation Council, kerjasama negara-negara Teluk) membentuk "kelompok kerja" "Economic Recovery and Development of the Friends of the Syrian People", di mana ekonom Inggris berdarah Syria Ossam el-Kadi mempresentasikan rencana pembagian kekayaan Syria untuk negara-negara koalisi setelah NATO dan GCC berhasil menumbangkan pemerintah Syria.


(bersambung)


Sumber:
"The Syrian opposition: who’s doing the talking?"; Charlie Skelton; Guardian.co.uk; 12 Juli 2012

"Who is Fighting in Syria?"; Thierry Meyssan; Information Clearing House; 25 Juli 2012

No comments: