Saturday 18 May 2013

CHRISTIADA, SEJARAH BESAR MEXICO YANG TERLUPAKAN (2)



Indonesian Free Press -- Pada tahun 1928 keadaan menjadi sangat mengerikan. Tentara mendapat perintah untuk memindah paksakan penduduk desa ke kamp-kamp konsentrasi dimana kelaparan dan wabah penyakit siap menyambut mereka. Pada saat yang sama tentara merampas hasil-hasil pertanian dan membakar ladang-ladang petani dan rumah-rumah petani. Namun pemberontak tetap gigih melawan.

Pada tahun 1929 pemerintahan Calles mempertahankan penindasannya, namun 3/4 wilayah Mexico direbut pemberontak dan kemenangan telah berada di depan mata mereka. Kondisi makin parah bagi pemerintah setelah terjadi perselisihan di antara elit penguasa sendiri, sementara Presiden Amerika Hoover yang bukan anggota mason terpilih. Namun Calles dan para mason penyembah setan masih memiliki senjata pamungkas, yaitu gereja Vatikan.


Melalui perundingan rahasia antara Calles dan Vatican pada tgl 21 Juni gereja katholik tertinggi (episcopat) Mexico mengeluarkan resolusi penghentian pemberontakan dengan point-point yang ditentukan oleh pendeta Jesuit Amerika Fr. Walsh. Kesepakatan tersebut adalah:

1. Gencatan senjata dengan segera.
2. Diijinkannya kembali ibadah terbuka mulai tgl 22 Juni 1929.

Hanya itu. Peraturan-peraturan pemerintah lainnya yang menindas para penganut Katholik, termasuk registrasi para pendeta, tetap berlaku. "Kesepakatan" juga menyatakan para pemberontak sebagai "kaum ekstremis yang dipimpin oleh beberapa orang pendeta", dan aksi mereka dianggap sebagai "kesalahan" dan "dosa" sehingga mereka harus mendapatkan hukuman pengasingan (ekskomunikasi) yang berarti juga hukuman mati berdasarkan perintah agama.

Enrique Gorostieta Velarde, komandan pemberontak pun mengeluarkan pidatonya yang terkenal, yang mengecam gereja Vatikan namun sekaligus mentaatinya berdasar keyakinan agamanya:

"Paduka Paus, dengan perantaraan Yang Mulia Apostolic Nuncio, telah memutuskan, berdasarkan alasan-alasan yang tidak pernah bisa kita fahami, namun berdasar keyakinan kita harus diterima, bahwa doa bersama diijinkan kembali mulai besok namun dengan hukum yang tidak berubah. Kesepakatan ini telah merengutkan dari diri kita hal yang paling mulia dan paling suci, pada saat Gereja telah menyatakan diri mundur dari apa yang telah diperolehnya.... Sebagai konsekuensinya National Guard (patriot negara) dianggap bertanggungjawab atas konflik ini... Sedangkan bagi kita, kita telah mendapatkan kepuasan bahwa tidak seorang pun bisa mengambilnya dari diri kita. Patriotisme tidak terkalahkan oleh musuh-musuhnya, namun harus ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menerima hasil dari pengorbanan kita. Jayalah Kristus. Kalian yang akan menerima hukuman, yang mengasingkan diri atau bahkan yang akan meninggal dengan tidak terhormat, salut untuk kalian semua dan sekali lagi, kalian adalah raja di negeri ini."

Pemberontakan pun berakhir tragis. Demi mentaati "perintah agama", sebanyak 6.000 orang pemberontak pun dihukum mati, termasuk para pendeta.

Presiden baru pengganti Calles yang juga penganut mason, Fortes Gil, bertepuk tangan. Dalam satu perjamuan ia menyatakan keheranannya pada aksi penyerahan diri pasukan yang memenangkan perang. Pada saat yang sama ia bertekad untuk melanjutkan pertempuran yang telah dimulai oleh pendahulunya.

"Pertempuran tidak dimulai kemarin. Pertempuran ini akan berlangsung selamanya. Pertempuran telah dimulai 2000 tahun yang lalu," katanya mengisyaratkan para peristiwa persekusi yang dilakukan orang-orang yahudi terhadap Yesus (Isa al Masih).

Rakyat Katholik Mexico yang saleh telah dikhianati oleh gereja Vatikan yang sejak abad akhir abad 19 telah dikuasai oleh para pengikut freemason penyembah setan.

Ketika pemberontakan Christiada kembali berkobar antara tahun 1934 hingga 1937, yaitu ketika regim penyembah setan global telah jauh lebih kuat terutama karena berkembangnya komunisme, Paus Pius XI memerintahkan Gereja Mixico menjatuhkan hukuman mati terhadap para pemberontak. Kemudian setelah pemberontakan berhasil dipadamkan tahun 1937, ia menulis surat kepada gereja Mexico, menunjukkan kemunafikannya:

"Saat muncul pemberontakan terhadap keadilan dan kebenaran ... kita tidak bisa menerima bagaimana seseorang bisa mengutuk rakyat yang bersatu mempertahankan diri dan negaranya melawan kekuatan negara yang keji."

Pius XI menyalahkan komunisme sebagai biang kesalahan di Mexico, namun ia tidak menunjuk freemason yang selama berabad-abad hingga akhir abad 19, dikutuk oleh para Paus sebagai organisasi penyembah setan.


KESIMPULAN

Pemberontakan Christiada di Mexico sekali lagi menunjukkan kaitan kuat antara komunisme, penyembahan setan (freemason) dan bankir yahudi.

Di bawah kepemimpinan Calles, Mexico menjadi negara pertama yang mengakui negara komunis Uni Sovyet, dan kedubes Uni Sovyet di Mexico City menjadi kantor kedubes Uni Sovyet terbesar di dunia sekaligus menjadi markas komando gerakan komunisme di benua Amerika. Namun bahkan sebelum Calles menjadi presiden, komunisme telah menancapkan pengaruhnya di Mexico. Bahkan pada tahun 1919, atau hanya setahun setelah Revolusi komunis Bolshevik di Rusia, pemimpin Uni Soviet Lenin mengirim orang kepercayaannya Mikhail Borodin ke Mexico untuk memimpin gerakan komunis di negeri yang mayoritas rakyatnya adalah penganut Katholik yang soleh itu.



REF:
"20th Century Mexico's Catholic Uprising"; Olivier Lelibre; henrymakow.com; 15 Mei 2013

1 comment:

Unknown said...

Makasih sob udah share , blog ini sangat membantu sekali .............




bisnistiket.co.id