Wednesday 4 December 2013

BARAT KEJAR KONTRAK-KONTRAK BISNIS BARU DENGAN IRAN

"Jika pertolongan dan kemenangan telah datang dari Allah, kemudian engkau menyaksikan manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah" (QS-An Nasr 1-3).


Itu adalah satu ayat dalam Al Qur'an yang diturunkan setelah kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum musrik Quraisy yang telah menindas mereka selama belasan tahun. Keadaan yang sama kini terjadi dengan Iran setelah berhasil "mengalahkan" Amerika dan negara-negara barat yang telah menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran selama belasan tahun, yang ditandai dengan perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani di Genewa beberapa waktu lalu.

Minggu lalu hotel-hotel di kota Teheran, Iran, penuh dengan tamu-tamu dari mancanegara yang mengikuti efen Economic Cooperation Organization (ECO).

"Di antara negara-negara yang ingin mendapatkan tempat di Iran usai dicabutkan sanksi-sanksi ekonomi adalah Turki, Pakistan, India, Azerbaijan, Afrika Selatan dan negara-negara Amerika Latin," demikian tulis media Israel Haaretz minggu lalu.

Laporan itu juga menyebutkan wakil dari perusahaan-perusahaan barat yang ingin mempelajari kemungkinan investasi baru di Iran. Di antaranya adalah perusahaan minyak raksasa Perancis "Total" yang eksekutifnya mengatakan bahwa perusahaannya akan memperbaharui kontrak-kontrak bisnisnya di Iran. Masih menurut Haaretz, perusahaan Perancis lainnya yang sangat bergairah untuk memulihkan bisnisnya dengan Iran adalah perusahaan otomotif "Peugeot" dan "Citroen".

Menlu Perancis Laurent Fabius baru-baru ini mengumumkan bahwa negaranya akan mencabut sanksi bisnis otomotif terhadap Iran pada pertengahan Desember ini.

"Sejalan dengan perkiraan bahwa penjualan mobil-mobil Perancis ke Iran akan melonjak hingga 500 juta dollar dalam 6 bulan, perusahaan-perusahaan Jerman juga akan berpartisipasi dalam investasi-investasi mendatang. Iran juga akan mengekspor kendaraan-kendaraan buatan domestiknya ke Eropa dan Rusia," tulis Haaretz lagi.

Media Israel itu juga memperkirakan perusahaan raksasa Jerman "Siemens", yang gagal mendapatkan kontrak pembuatan reaktor nuklir Busher di Iran, akan kembali mencari peluang kontrak pembangunan reaktor nuklir lainnya di Iran. Sementara tentang Turki Haaretz mengingatkan pernyataan menlu Turki Ahmet Davutoglu minggu lalu yang mengatakan, "Iran adalah sahabat kami. Hubungan kami dengan Iran saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya."

Davutoglu juga menyebutkan bahwa Turki berniat untuk meningkatkan perdagangan dengan Iran hingga mencapai $30 miliar pada tahun 2015 dan $100 miliar pada tahun 2020. Turki juga berharap ekspor emas ke Iran akan kembali mengalami kenaikan signifikan setelah mengalami kemerosotan tajam dari $6,5 miliar tahun lalu menjadi $1.6 miliar tahun ini. Turki juga berharap untuk meningkatkan impor minyaknya dari Iran
dari 35.000 barret per-hari menjadi 140.000 barrel per-hari. Davutoglu juga menyebut proyek jalan kereta api yang menghubungkan Pakistan, Iran dan Turki.

Menurut laporan selanjutnya perusahaan-perusahaan penerbangan Amerika dan Kanada juga termasuk dalam daftar perusahaan barat yang sangat bergairah untuk kembali berbisnis dengan Iran. Bulan Januari mendatang diperkirakan penerbangan langsung antara Amerika dan Kanada dengan Iran akan mulai beroperasi. Sementara pesawat-pesawat penumpang Iran yang sebagian besar mengalami masalah kekurangan onderdil akibat sanksi barat, kembali bisa beroperasi.

Haaretz menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan Amerika merasa khawatir bahwa mereka mendapat bagian yang kecil dari peluang bisnis di Iran dibandingkan perusahaan-perusahaan negara lainnya.

Sebagaimana diberitakan berbagai media massa, menteri perminyakan Iran baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya telah mengadakan kontak dengan perusahaan-perusahaan minyak dari Italia, Belanda dan Norwegia.

Tentang sikap Saudi Arabia menanggapi perkembangan baru ini, Haaretz menulis:

"Pengalaman-pengalaman masa lalu mengindikasikan bahwa Saudi Arabia tidak hanya tahu bagaimana membaca perkembangan politik, namun juga bagaimana merancang kebijaksanaan yang tepat setelah menyadari bahwa situasi yang terjadi tidak membawa kemenangan. Saudi tidak ingin tinggal di dalam satu kelompok kecil bersama Israel yang menentang perjanjian nuklir Iran," tulis Haaretz sebagai kesimpuan laporannya.



REF:
"Haaretz: Western Companies Seeking Contracts Worth Billions of Dollars with Iran"; ALMANAR.COM.LB; 2 Desember 2013

No comments: