Saturday 31 October 2015

Rusia Gagalkan Rencana Serangan Gabungan Saudi-Yordania ke Damaskus

Indonesian Free Press -- Rusia berhasil menggagalkan rencana serangan gabungan Saudi-Yordania-Kelompok Jeish al-Islam terhadap ibukota Suriah Damaskus. Demikian kantor berita Lebanon Al Akhbar, Rabu (28 Oktober) lalu.

Menurut laporan itu, Saudi merancang serangan gabungan terhadap Damaskus setelah proposalnya kepada Rusia ditolak Presiden Vladimir Putin. Disebutkan dalam laporan itu, Deputi Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Saudi Mohammed bin Salman pada tanggal 19 Juni lalu menyerahkan proposal kepada Putin untuk menghentikan dukungan Rusia kepada Suriah, dengan sejumlah imbalan menarik dan Saudi pun akan menghentikan serangan ke Yaman. Namun tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Putin.

Atas penolakan itu Saudi diketahui merancang operasi militer bersama Yordania dan kelompok pemberontak Suriah untuk menduduki Damaskus, melalui provinsi Daraa dan Quneitra yang berada di selatan Suriah. Rencana itu juga melibatkan kelompok pemberontak yang berbasis di Ghouta timur di dekat Damaskus.

Rencana itu diketahui Rusia. Dan setelah mendapat konfirmasi dari kelompok Hizbollah, Rusia pun melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kelompok pemberontak Jobar dan Ghouta terutama kawasan Marj al-Sultan dan Deir al-Asafir. Serangan itu menghancurkan pusat-pusat komando pemberontak dan menggagalkan rencana tersebut.

Tidak ada konfirmasi dari pihak Rusia, Suriah ataupun Saudi atas laporan itu. Namun hampir bersamaan dengan laporan itu media-media Rusia merilis gambar video pertempuran di Jobar dan Ghouta, dimana pesawat-pesawat tempur Rusia melancarkan serangan udara, disusul dengan serangan tank-tank pasukan Suriah.

Pada bulan Juli 2012 lalu pemberontak juga melancarkan serangan besar-besaran terhadap Damaskus yang diawali dengan serangan bom terhadap pusat komando militer Suriah yang menewaskan sejumlah jendral senior Suriah. Namun serangan ini berhasil dipukul mundur oleh pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al Assad.

Pada hari Selasa (27 Oktober) pesawat-pesawat tempur Rusia mengempur posisi pemberontak di dekat Dataran Golan yang diduduki Israel. Ini adalah serangan kedua Rusia di wilayah dimana pemberontak mendapatkan perlindungan Israel. Ini juga menjadi serangan udara Rusia yang paling dekat dengan wilayah Palestina yang diduduki Israel, sejak Rusia melancarkan aksi militer di Suriah akhir September lalu.

Juga pada hari Senin (26 Oktober) pesawat-pesawat tempur Rusia menggempur pemberontak di Provinsi Daraa. Pesawat-pesawat tempur Rusia membombardir posisi pemberontak di perbukitan Tal al-Harra dan Tal Antar dekat Deir al-Adas yang strategis. Serangan ini disusul oleh serangan pasukan Suriah terhadap perbukitan Tal al-Alaqiya di Daraa, sekaligus menghancurkan posisi pemberontak di wilayah itu.

Para analis politik memperkirakan serangan Rusia di dekat wilayah pendudukan Israel menjadi peringatan bagi Israel untuk mematuhi kesepakatan dengan Israel untuk tidak mengganggu wilayah Suriah yang kini menjadi wilayah 'perlindungan' atau protektorat Rusia.

Pesawat-pesawat Rusia juga menghantam sejumlah posisi pemberontak di Provinsi Aleppo, Senin (26 Oktober). Pesawat-pesawat tempur Rusia membombardir posisi kelompok al-Nusra Front dan ISIL di dekat jalan rakya Khanasser-Ithriyah di selatan Aleppo. Laporan menyebutkan pertempuran sengit kini tengah berlangsung di jalan raya Khanasser-Ithriyah antara pasukan Suriah dengan pemberonak.

Pesawat-pesawat Rusia juga menggempur kelompok pemberontak Jabhat al-Shamiyya di al-Sheikh Saeed dan al-Sheikh Issa di Selatan Aleppo.(ca)

No comments: