Friday 8 April 2016

Istana Erdogan 4X Lebih Besar dari Versailles dan 30X dari Gedung Putih

Indonesian Free Press -- Raja Louis XVI dan Permaisuri Maria Antoneitte dihukum mati oleh rakyat Perancis dalam Revolusi tahun 1789, karena gaya hidup mereka yang boros dan super mewah. Namun dibandingkan Presiden Turki Tayyep Erdogan, raja dan permaisuri Perancis itu tidak ada apa-apanya.

Seperti dilaporkan Sputnik News hari Jumat (8 April), Erdogan kini tengah membangun kompleks tambahan untuk istananya dengan nilai $230 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Padahal istana Erdogan sendiri sebelum dibangun kompleks tambahan, ukurannya sudah mencapai empat kali istana Versailles tempat tinggal Raja Louis dan Maria Antoneitte dan 30 kali lebih luas dari istana Gedung Putih tempat tinggal Presiden Amerika. Secara keseluruhan istana Erdogan dibangun dengan uang rakyat Turki senilai $7 miliar atau sekitar Rp100 triliun.

Menurut arsitek Turki, Tezcan Karakus Candan, biaya sebenarnya dari pembangunan tersebut lebih besar dari yang dikatakan pemerintah. Sementara pembangunan itu sendiri melanggar undang-undang.

“Biaya untuk kompleks tambahan yang bersebelahan dengan istana presiden akan melampaui 650 juta Lira Turki (hampir $230 juta) seperti yang diumumkan,” kata Candan, Ketua Chamber of Architects Turki kepada Sputnik News.

Istana Erdogan sendiri, yang diberi nama Aksaray, dibangun dengan biaya $750 juta atau sekitar Rp 1 triliun. Ditambah disain interior dan fasilitas-fasilitas terkait lainnya, istana ini menelan biaya sekitar $7 miliar, demikian Sputnik News. Istana ini dibangun di atas Ataturk Forest Farm di kawasan Bestepe, yang merupakan kawasan konservasi dimana dilarang dibangun bangunan.

Menurut Candan bangunan baru yang akan selesai tahun 2019, akan memiliki ukuran luas 322.000 meter persegi, atau hampir seluas kompleks istana yang sudah berdiri.

"Tidak ada kebutuhan untuk bangunan seluas ini. Istana Presiden tidak digunakan penuh. Kami sudah berulangkali mengatakan bahwa bangunan sebesar ini tidak dibenarkan dalam pemerintahan Republik Turki.

Istana baru Erdogan ini, sebut Candan, merupakan bagian dari upaya Erdogan untuk mengubah konstitusi negara Turki menjadi bentuk pemerintahan presidensial, yang masih belum diterima oleh seluruh rakyat Turki.

Istana Erdogan diperkirakan menelan biaya untuk listrik saja mencapai $385.000, atau Rp5 miliar per-bulan. Dengan 1.150 kamar yang ada, istana ini empat kali lebih besar dari Istana Versailles di Paris yang terkenal, atau 30 kali lebih besar dari Gedung Putih.

Kawasan konservasi Ataturk Forest Farm, tempat istana Erdogan dibangun, dibeli oleh pendiri Turki modern, Kemal Ataturk pada tahun 1925 sebelum ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Lokasi ini adalah warisan bangsa Turki dari pendirinya.

“Pembangunan istana ini merupakan pelanggaran terhadap seluruh bangsa Turki," tambah Candan.

Pada tahun 2015, pengadilan Ankara melarang pembangunan di kawasan Forest Farm dan mencabut 'master plant' pemerintah daerah Ankara atas kawasan ini. Sebelumnya pada tahun 2014 pengadilan juga melarang pembangunan istana. Recep Tayyip Erdogan, mengomentari keputusan pengadilan itu berkata,

"Jika mereka (pengadilan) punya kekuatan, silakan saja hancurkan istana ini. Saya akan meresmikannya dan tinggal di dalamnya.”

Candan bersama organisasi yang dipimpinnya bersama-sama dengan asosiasi Turkish Union of Engineers and Architects' Chambers (TMMOB), telah melaporkan masalah ini ke Pengadilan HAM Eropa  (ECtHR). Pada bulan Februari lalu, ECtHR mengukuhkan keputusan pengadilan Turki.


Serba Impor, Bertolak Belakang dengan Klaim Erdogan
Erdogan dan para pendukungnya mengklim Istana Aksaray merupakan simbol nasionalisme Turki. Namun hal itu bertolak belakang dengan fakta bahwa hampir seluruh material bangunan istana itu diimpor dari luar negeri.

“Sitem atapnya diimpor dari Jerman, marmer hijau diimpor dri India. Seluruh material di dalam istana datang dari Perancis, Inggris, dan Italia. Pohon-pohon dan bunganya dibeli di Italia dan Belanda,”

kata Candan. Gaya arsitektur di alam istana, sebut Candan, bahkan meniru stasiun kereta api di Cina.

Masing-masing kamar mandi di dalam istana dilapisi dengan pelapis dinding sutra yang harganya mencapai $3.500 atau sekitar Rp 50 juta per-kamar mandi. Dan meski Erdogan pernah mengakui istananya memiliki 1.150 kamar, Candan memperkirakan jumlahnya mencapai lebih dari 2.000 kamar.(ca)

2 comments:

Unknown said...

Jiiaaaaaaah biarin aja duit2 rakyat dia dn yg nempatin jg presiden berikutnya

Unknown said...

Perang armageddon gmne perang armageddon yg katanye di afganistan......?????