Tuesday 25 October 2016

Trump dan Hillary Buruk, Tapi Hillary Paling Buruk

Indonesian Free Press -- Kandidat Presiden Amerika dari Republik, Donald Trump, memang buruk. Jauh sebelum kontroversi Trump muncul di media massa dan media sosial akhir-akhir ini terkait pencalonannya sebagai Capres Amerika, blog ini sudah memberitakannya (Silakan lihat di sini). Namun Hillary Clinton adalah yang terburuk di antara kedua capres Amerika saat ini.

Yang pertama adalah, Hillary Clinton telah menunjukkan kapasitasnya yang buruk sebagai pejabat publik Amerika, yang tidak pernah dipegang oleh Donald Trump. Sebagai Menteri Luar Negeri Amerika ia bertanggungjawab atas tragedi yang melanda Libya sejak tahun 2010 hingga saat ini, ketika ia mendukung invasi NATO dan koalisi Arab ke Libya. Ia juga turut bertanggungjawab dengan mendukung pemberontakan di Suriah yang menghancur-leburkan negara ini. Yang paling nyata adalah ketika Hillary, sebagai Menlu Amerika, mengabaikan rekomendasi Konperensi Internasional untuk Suriah tahun 2012, sehingga perang terus berkobar sampai saat ini.

Ketika diminati komentarnya atas kematian pemimpin Libya Moammar Khadafi, dengan tertawa ia mengatakan, "Kita datang, kita melihat, dan ia (Khadafi) pun mati!" Padahal apa yang terjadi atas Khadafi adalah sebuah tragedi dalam peradaban modern yang seharusnya lebih maju. Ia ditangkap dan disiksa beramai-ramai dengan keji sebelum ditembak kepalanya. Semuanya dilakukan di depan publik, tanpa proses pengadilan.

Ia juga mengaku terlibat dalam konspirasi membentuk kelompok teroris ISIS. Namun, yang paling membahayakan adalah dukungannya secara terbuka untuk menyerang Rusia dan Iran dengan nuklir, ketika dalam sebuah wawancara televisi akhir tahun lalu, ia mengatakan bahwa pilihan menyerang Rusia dan Iran dengan senjata nuklir tidak boleh dikesampingkan. Pernyataan ini bahkan membuat hadirin yang menyaksikan wawancara, terkejut. Bagaimana mungkin, ada orang yang secara terbuka mengancam untuk meluncurkan bom nuklir dan tanpa penyesalan sedikitpun.

Dan kini orang inilah yang menjadi kandidat terkuat presiden Amerika mendatang. Meski Trump secara mengejutkan berhasil meraih simpati luas publik Amerika yang sudah bosan dengan 'kemapanan yang menghancurkan' Amerika selama ini, penguasa di balik layar, yaitu para pemilik modal yahudi, berusaha sekuat tenagan untuk menjegal Trump. Dimulai dengan membeli semua media-media, mulai dari media-media massa mapan hingga media-media 'independent' seperti Counterpunch, Democracy Now, hingga Veterans Today.
Ya, bahkan Veterans Today yang selama ini dikenal anti-kemapanan, nasionalis, secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Hillary dan memusuhi Trump, dengan mengabaikan kaidah-kaidah jurnalisme yang independen. Tapi itu semua tidak bisa menyembunyikan keburukan-keburukan Hillary yang terlalu banyak dan vulgar, sehingga Veterans Today pun akhirnya Senin kemarin (24 Oktober) memuat artikel anti-Hillary berjudul 'Clinton Crime Family – Two systems of justice'. Terlalu vulgar membela Hillary tentu akan menghancurkan reputasi Veterans Today sendiri, dan ini tentu menjadi pertimbangan para editornya.

Hillary juga tidak memiliki kualifikasi moral untuk menjadi seorang pejabat, apalagi sebagai Presiden Amerika mendatang. Ia diketahui luas terlibat dalam skandal kriminal yang melibatkan firma hukum yang didirikannya di negara bagian Arkansas, ketika ia masih tinggal di sana bersama suaminya, Bill Clinton. Ia terlibat dalam skandal penggunaan e-mail resmi Departemen Luar Negeri untuk urusan pribadi, sehingga terjadi kebocoran-kebocoran informasi rahasia negara ke publik.

Hillary dikenal memiliki kebiasaan mengucapkan umpatan-umpatan kasar seperti 'fuck', 'dick', 'cocksucker', 'goddamned', sehingga mantan Dubes Inggris untuk Amerika Sir Christoper Meyer berkata:

"Jika rakyat Amerika berhenti membenci Hillary, maka kita semua dalam bahaya."

Dalam buku 'Inside the White House', Ronald Kessler menulis beberapa perkataan kotor Hillary:

"Ayolah Bill (Clinton), bawalah kemaluanmu pergi! Kamu tidak boleh menidurinya di sini!", ketika ia melihat suaminya tengah bercanda dengan seorang wanita muda di kantornya.

“Di manakah bendera sialan itu? Saya ingin ada bendera sialan setiap pagi sialan, pada saat fajar sialan menyingsing!"

Pada sisi lain, Trump secara terbuka memuji Presiden Rusia Vladimir Putin, juga membela Bashar al Assad serta Iran yang telah memerangi ISIS.

"Saya sama sekali tidak suka Assad, namun Assad membunuh ISIS. Rusia dan Iran juga memerangi ISIS," kata Trump dalam debat capres kedua beberapa waktu lalu.

Dengan kepemimpinan Amerika di tangan Trump, tentu dunia masih bisa berharap terjadinya perdamaian di Suriah dan tereliminirnya kelompok-kelompok teroris wahabi ISIS, Al Qaida, Al Nusra, Boko Haram dan sebagainya.(ca)

2 comments:

Kasamago said...

Pilihan dilematis bgi Rakyat Amerika

Unknown said...

Apabila TRump menjadi presiden Amerika perang dunia ketiga pecah
dan apabila hillary menjadi presiden perang dunia ketiga juga akan pecah