Monday 16 September 2019

Israel Lakukan Serangan Terhadap Kilang Minyak Aramco Saudi

Indonesian Free Press -- Israel diduga kuat sebagai pelaku serangan terhadap kilang minyak Aramco di Saudi Arabia pada hari Sabtu (14 September). Hal ini dilakukan untuk mendorong Amerika untuk menyerang Iran setelah upaya Israel membujuk Rusia untuk membiarkan Israel menyerang Iran di Suriah mengalami kegagalan.

"Kami mengetahui bahwa Israel telah mengirim pesawat-pesawat F-35 ke Saudi Arabia, membom komplek kilang minyak besar Aramco," tulis Veterans Today, Minggu (15 September).

Menurut laporan ini, Saudi Arabia sudah menduga bahwa suatu saat akan diserang oleh Israel untuk kemudian ditimpakan tuduhan ke Iran dan memberi alasan Amerika menyerang Iran.\ Namun Saudi tidak memiliki bukti atau terlalu takut terlibat konflik dengan Israel terkait insiden hari Sabtu.


"Kami tahu bahwa Saudi Arabia telah meminta Russia, beberapa bulan lalu, untuk memberikan sebuah sistem rudal S-400. Kami tahu hal ini karena Saudi Arabia percaya bahwa Israel akan menyerang fasilitas minyaknya menggunakan pesawat-pesawat yang tidak terlihat oleh Saudi Arabia, untuk kemudian menyalahkan Iran," tulis Veterans Today.

Laporan ini juga membongkar pembicaraan Donald Trump dengan PM Israel Nethanyahu, sehari sebelum serangan, tentang pakta pertahanan bersama setelah kegagalan Netanyahu membujuk Presiden Rusia untuk membiarkan Israel bertindak sesukanya di Suriah. Seperti dilaporkan The Independent, Jumat (13 September) bahwa Rusia telah tiga kali menggagalkan serangan udara Israel di Suriah selama bulan September ini. Sebelumnya pada bulan Agustus Rusia juga menggagalkan serangan udara Israel ke wilayah Qasioun, Suriah.

"Rusia mengancam akan menembak jatuh pesawat Israel dengan pesawat Rusia atau dengan rudal S-400-nya," tulis laporan itu.

Al Jazeera, media milik Qatar yang tengah berseteru dengan Saudi Arabia dan berdamai dengan Iran secara lugas menyebut aksi hari Sabtu tersebut sebagai upaya untuk menggagalkan langkah diplomasi antara Iran dan Amerika yang tengah mengalami ketegangan setelah mundurnya Amerika dari perjanjian nuklir dengan Iran.

"The escalation is likely to scupper chances of diplomacy and negotiations between Washington and Tehran over a crumbling nuclear deal signed in 2015 between Iran and world powers," tulis Al Jazeera.

Pelaku serangan hari Sabtu sendiri masih belum jelas hingga sekarang sehingga memperkuat laporan Veterans Today tentang kelakuan Israel. Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammad bin Salman hanya menyebut aksi tersebut sebagai 'agresi teroris' tanpa menunjuk hidung. Sedang Amerika menuduh Iran sebagai penanggungjawab, tuduhan yang langsung dibantah Iran.

Namun media-media massa utama internasional ramai-ramai menuduh kelompok HOuthi sebagai penanggungjawab serangan. Hal ini semata-mata berdasar laporan media Lebanon Al Masirah TV yang menyebut jubir kelompok Houthi telah mengklaim sebagai penanggungjawab serangan, tanpa menyebut kapan dan dimana klaim itu berasal. Padahal jika benar, kelompok ini pasti akan menggelar konperensi pers yang dihadiri semua media internasional di ibukota Sana'a.

Veterans Today menyebut Israel menggunakan pesawat siluman buatan Amerika F-35 yang tidak terjejak radar Saudi. Israel sebelumnya diduga pernah menggunakan pesawat ini dalam operasi militer di Suriah dan Sudan. Israel tercatat sebagai negara pertama yang menggunakan pesawat siluman generasi 5 dalam operasi militer.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Tukang rusuh yang selalu gagal.. Israel