Saturday 20 June 2020

Presiden Burundi Diracun dan Presiden Bellarussia Dikudeta karena Tolak Konspirasi WHO?

Indonesian Free Press -- Presiden Burundi Pierre Nkurunziza meninggal dunia mendadak tidak lama setelah mengusir perwakilan WHO dari negerinya karena dianggap telah memberi informasi palsu seputar wabah Corona. Spekulasi pun merebak bahwa ia mati diracun yang mengakibatkannya mengalami gagal jantung padahal tidak memiliki riwayat penyakit tersebut.

"Namun kontroversi bermunculan di negara Afrika itu setelah sejumlah media lokal menyebutkan bahwa kematian itu akibat racun," tulis Joaquin Flores di situs independen Fort Russ, 8 Juni lalu. Nkurunziza sendiri baru berusia 55 tahun ketika nyawanya meninggalkan jasadnya.


Kurang sebulan sebelumnya pemerintah Burundi memerintahkan para pejabat World Organization of Health (WHO) untuk meninggalkan negari tersebut karena dianggap telah memberikan nasihat menyesatkan perihal pandemik COVID-19. Pemerintah menyatakan para pejabat tersebut sebagai ‘persona non grata’ alias tidak diterima di negara itu.

Sekedar informasi, meski Burundi menolak rekomendasi WHO angka kematian akibat Covid 19 di negara itu hanya 1 orang. Bandingkan dengan negara-negara yang mengikuti rekomendasi WHO seperti Perancis yang angka kematiannya mencapai 30.000 orang.

Kematian Nkurunziza ini, sebut Floris, mengingatkan tentang kematian Presiden Polandia Lech Kaczynski akibat kecelakaan pesawat tahun 2009, setelah menolak rekomendasi WHO atas wabah flu burung.

Sementara itu Presiden Belarus Alexander Lukashenko tengah menghadapi kudeta melalui revolusi sosial berjudul 'revolusi sepatu' setelah menolak mentah-mentah rekomendasi WHO soal pandemik Covid-19. Ia bahkan secara terang-terangan menuduh pandemi Covid 19 sebagai upaya elit global untuk 'mengubah dunia menjadi seperti yang mereka inginkan'. Ia menolak lockdown atau PSBB dan menyarankan rakyat mengkonsumsi 'vodka' untuk melawan corona. 

Dan dengan semua tingkat kematian akibat corona di Belarus relatif rendah.

Seperti skenario elit global lain, revolusi di suatu negara mendapat sebutan dengan nama warna, tumbuh-tumbuhan dan alam. Ada revolusi hijau, revolusi oranye, revolusi pohon cedar, revolusi musim semi dlsb. Namun untuk revolulisi di Belarusia kali ini media-media dan pejabat Amerika/Uni Eropa menyebutnya sebagai 'revolusi sepatu'.(ca)

No comments: