Sunday 31 March 2013

PENGALAMANKU DENGAN DUNIA GAIB

Berita-berita tentang Eyang Subur dan isu RUU Santet akhir-akhir ini telah menarik saya untuk menuliskan postingan ini. Tujuan saya hanya satu, yaitu berbagai informasi yang bermanfaat tentang masalah "dunia kegaiban" yang tidak banyak difahami orang. Namun tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai sesuatu yang sifatnya benar secara mutlak karena saya sendiri masih merasa terlalu lemah untuk memahami "dunia kegaiban" secara keseluruhan.

Bagi mereka yang merasa "rasional" dan kemudian berpendapat bahwa "alam kegaiban" sebagai omong kosong, perlu membaca teori fisika quantum (ilmu fisika yang dianggap paling tinggi tingkatannya), yaitu bahwa semua materi atau benda memiliki anti-materinya yang secara fisika memiliki sifat berkebalikan dengan materi, seperti tidak memiliki massa atau berat bahkan bermassa negatif. Anti-materi inilah yang mengikat materi sehingga tidak "meledak" dan berubah menjadi energi. Salah satu bentuk anti-materi adalah gravitasi yang menarik semua benda ke satu titik singuler. Saya (blogger) menganggap "sebagian" dari anti-materi ini adalah "dunia kegaiban".

Pengalamanku tentang "alam ghaib" telah berlangsung sejak kecil. Tinggal di lingkungan yang kurang ideal secara rokhani membuat saya telah mengenal berbagai "penampakan ghaib" ketika kecil. Di kampung saya semacam kecil terdapat tiang listrik peninggalan jaman Belanda yang hampir tiap malam berbunyi sendiri dan menjadi sesuatu yang tidak aneh lagi bagi orang-orang sekampung saya. Saya sudah membuktikannya berkali-kali dengan berdiri di dekat tiang itu saat berbunyi sendiri, dan kemudian berlari ketakutan karenanya.

Setelah kuliah dan saya mulai mengenal berbagai teori dasar psikologi tulisan Sigmund Freud, Carl Jung, Nitzche, hingga dasar-dasar fisika kuantumnya Stephan Hawking, saya mencoba mengganti rasa takut tersebut dengan rasionalitas. Pada satu titik saya percaya bahwa manusia mampu mengendalikan segalanya, menjadi manusia super seperti teorinya Nitsche.

Akibat persepsi tentang alam ghaib yang telah tertumpuk dalam memori saya sejak kecil, sampai saat itu hal yang paling saya takuti adalah bertemu dengan hantu bermata merah. Pada satu malam saya bermimpi dengan mahluk tersebut, namun saat itu telah muncul keberanian untuk melawannya dan saya berhasil mengalahkannya. Sejak saat itu bayangan itu tidak pernah lagi hadir dalam mimpi saya, dan setiap saya bermimpi bertemu hantu dalam bentuk lain, saya selalu bisa mengalahkannya.


Keberhasilan saya mengusir hantu dalam mimpi membuat saya penasaran untuk mencoba melakukannya dalam keadaan sadar, artinya berhadapan dengan alam ghaib dalam keadaan sadar. Kesempatan tersebut datang beberapa kali. Kesempatan pertama saya dapat ketika saya diajak seorang teman se-asrama mahasiswa untuk mengikuti "pengajian" yang rutin diikutinya sebagai seorang penganut satu mazhab "sufi". Pengajian tersebut berupa dzikir merapalkan do'a-do'a tertentu secara berulang-ulang  dalam satu lingkaran hingga tercapai kondisi trans (setengah sadar, kondisi kejiwaan paling lemah). Oleh teman saya dan teman-temannya yang lain, kondisi tersebut dijadikan media untuk bertemu dengan mahluk-mahluk ghaib. Menurut penuturan mereka, biasanya pada puncak kondisi trans, akan muncul mahluk ghaib di tengah-tengah lingkaran. Namun berkali-kali saya mengikuti pengajian mereka (saya menahan diri untuk tidak sampai terperosok dalam kondisi trans), mahluk ghaib yang dicari-cari tidak pernah muncul, melainkan beberapa peserta dzikir mengalami kesurupan.

Pada kesempatan lain saya pernah mengikuti teman-teman se-asrama lainnya mengadakan ritual pemanggilan jailangkung di tengah-tengah kuburan pada malam Jum'at kliwon. Dengan dipimpin oleh seorang teman yang terbiasa melakukan hal-hal ghaib dan dikenal sebagai dukun asrama, saya menawarkan diri menjadi pemegang jailangkung yang bakal menjadi media masuknya mahluk ghaib. Sebagimana pengalaman pertama, saya mencoba bertahan untuk tidak terpengaruh oleh do'a-doa dan rapalan-rapalan yang dilakukan sang dukun. Yang saya rasakan adalah ada penambahan beban yang cukup berat. Saya sadar bahwa kalau saya takut, maka mahluk ghaib bakal menginternalisasi saya dan jailangkung pun akan benar-benar hidup. Maka saya melawan ketakutan tersebut, meski bumi kemudian saya rasakan seperti bergoyang-goyang. Dan akhirnya setelah lebih dari satu jam lamanya sang dukun berkomat-kamit mulutnya, jailangkung itu tidak "jadi". Sang dukun mencoba memberi alasan tentang ketidak berhasilannya memanggil setan, namun saya tahu, sayalah yang telah menggagalkannya, meski untuk tidak mengecewakan sang dukun saya diam saja.

Namun pada pengalaman yang ketiga sang dukun mengetahui bahwa saya tidak bisa diinternalisasi oleh doa-doa, dzikir dan sugesti yang dibangun sang dukun. Ceritanya pada satu saat saya diajak kakak ipar saya bersilaturrahmi ke tempat seorang kerabat yang telah dikenal sebagai seorang paranormal. Saudara ipar saya yang berasal dari kalangan "priyayi bangsawan" memang dekat dengan hal-hal seperti itu, sementara motivasi saya hanya untuk coba-coba. Singkat kata, setelah sang dukun yang berada dalam kondisi trans memberikan nasihat-nasihatnya pada beberapa orang pasiannye, ketika giliran saya tiba, sang dukun justru menjadi seorang pesakitan. Bukannya memberi nasihat-nasihat, ia justru membela diri karena merasa saya telah menuduhnya telah bertindak syirik. Ia menyebutkan bahwa dirinya hanya perantara dengan Tuhan dan apa yang dilakukannya tetap dalam "kerangka" syariat.

Ketika sang dukun sadar dari kondisi trans-nya, saya melihat wajahnya marah kepada saya namun tidak diungkapkan secara terbuka. Saya tidak tahu bagaimana saat ini nasibnya. Namun saya bersyukur bahwa kakak ipar saya telah berubah pandangan hidupnya menjadi lebih religius. Ia yang tadinya hanya sholat Ju'at dan Idhul Fitri, beberapa tahun sebelum meninggal tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu. Ia juga rajin melakukan sholat dan puasa sunnah. Saya berharap bahwa salah satu penyebabnya adalah peristiwa perdukunan di atas.

Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa perdukunan adalah suatu permainan tipuan dengan menggunakan perantara mahluk ghaib. Sebagaimana kerabat saya yang dukun itu, Eyang Subur juga banyak mengumpulkan benda-benda berharga yang fungsi sebenarnya adalah sebagai alat untuk menginternalisasi pasiennya. Di negara yang sebagian besar rakyatnya miskin-miskin, benda-benda berharga seperti kristal, batu mulia dan logam mulia bisa menjadi alat ampuh untuk membuat pasien merasa "inferior" di hadapan sang dukun. Selanjutnya tinggal membuat pasien benar-benar tunduk dan terinternalisasi oleh doktrin-doktrin sang dukun melalui jampi-jampi dan rapalan-rapalan disertai bau wewangian yang memabukkan. Dalam kondisi seperti ini sang pasien akan melakukan apapun yang diminta oleh sang dukun, dan biasanya adalah harta benda milik sang pasien. Dalam tahap selanjutnya seringkali permintaan lebih kurang ajar lagi, tubuh sang pasien, terutama mereka yang berwajah cantik.

Salah satu "jualan" para dukun biasanya adalah ramalan-ramalan. Terkadang ramalan tersebut memang tepat, namun sebenarnya lebih banyak lagi ramalan mereka luput. Kemudian dengan berbagai dalih, sang dukun memberi alasan luputnya ramalan tersebut, dan bagi pasien yang telah terinternalisasi oleh "kekuatan" dukun, semua alasan sang dukun tampak realistis.

Sama dengan dukun ramal, dukun santet juga memerlukan kondisi pasien atau obyek sasaran yang terinternalisasi. Mereka yang percaya dengan kakuatan jin dan setan adalah sasaran paling empuk. Itulah sebabnya para dukun santet seperti Gendheng Pamungkas atau Ki Joko Bodho selalu mengkampanyekan kekuatan ilmu hitamnya, termasuk dengan menakut-nakuti, dengan tujuan masyarakat percaya dengan mereka dan gampang menjadi sasaran mereka. Namun bagi orang yang berani atau berfikir rasional, ilmu mereka tidak akan efektif.

Dalam acara talk show "Indonesia Lawyers Club" di TVOne yang membahas fenomena santet baru-baru ini, terucap pertanyaan menarik dari host Karni Ilyas: kalau santet benar-benar ada, mengapa Indonesia bisa dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun?

Orang Belanda bukannya tidak percaya pada santet. Dalam peperangan-peperangan yang mereka lakukan di Indonesia, seringkali mereka mendapatkan perlawanan berupa santet. Dalam perang di Bali yang pernah saya baca, misalnya, mereka mendapatkan serangan berupa benda-benda tajam seperti tombak atau bambu runcing yang melayang-layang sendiri. Namun mereka juga menyadari bahwa untuk membuat benda-benda itu melayang-layang, dibutuhkan energi yang jauh lebih besar dari ayunan pedang dan tarikan busur panah. Sang dukun yang membuat satu batang tombak melayang, memerlukan waktu berhari-hari untuk bermeditasi. Setelah beberapa waktu, keampuhan sang dukun "habis" juga. Seratus dukun tidak bisa menandingi seorang prajurit yang professional. Inilah yang menjadi alasan mengapa beberapa ratus prajurit Belanda bisa mengalahkan ratusan ribu prajurit Mataram dalam Perang Batavia. Padahal dalam "Babad Tanah Jawi" disebutkan para jendral Mataram adalah orang-orang yang sakti mandraguna. Ini juga menjelaskan mengapa prajurit-prajurit Spanyol dan Portugal yang hanya berjumlah beberapa ratus orang bisa mengalahkan ratusan ribu hingga jutaan prajurit-dukun Indian Inca dan Maya.

Selain dengan "setan", "jin" dan sejenisnya, saya juga punya pengalaman ghaib yang lainnya lagi sebagaimana difirmankan Tuhan dalam Al Qur'an: "Jika seseorang yang berkata "Tiada Tuhan Selain Allah" dan kemudian bertawakkal, maka malaikat akan turun kepadanya ...". Namun cerita selengkapnya biarlah menjadi rahasia saya saja.


10 comments:

Tips Milea said...

Al-Quran srah apa dan ayat berapa itu mas?

Unknown said...

Menarik...

cahyono adi said...

to zion-funy.
silakan lihat sendiri pada QS. Fushilat : 30-32

Kecurigaan Anda berlebihan atau memang Anda orang yang benar-benar awam, meski dari komentar-komentarnya di blog ini seperti seorang ustad wahabi. Masa saya mau berbohong tentang Al Qur'an.

Tips Milea said...

gak ada kata tawakal pak dalam ayat itu? ente pakek quran terbitan Iran jangan2.

Unknown said...

Lalu yg di tulis di situ apa dong klu boleh tau ustad nahdiyin..?

Tips Milea said...


ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوا۟
mereka mengatakan
رَبُّنَا
Tuhan kami
ٱللَّهُ
Allah
ثُمَّ
kemudian
ٱسْتَقَٰمُوا۟
mereka meneguhkan pendirian
تَتَنَزَّلُ
akan turun
عَلَيْهِمُ
atas mereka
ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ
malaikat
أَلَّا
janganlah
تَخَافُوا۟
kamu takut
وَلَا
dan janganlah
تَحْزَنُوا۟
kamu merasa bersedih
وَأَبْشِرُوا۟
dan gembirakanlah mereka
بِٱلْجَنَّةِ
dengan surga
ٱلَّتِى
yang
كُنتُمْ
adalah kamu
تُوعَدُونَ
kamu dijanjikan

cahyono adi said...

Sy mau tanya, meneguhkan pendirian itu apa artinya?

Anda hanya mencari kesalahan yg tidak perlu sementara intisarinya anda lupakan. itu menandakana kedengkian di hati anda.

cahyono adi said...

Terima kasih atas sarannya. Ini rumah saya. Mau menulis apa saja terserah saya. Kalau anda tidak senang saya persilakan anda pergi.

Unknown said...

Santai aja pak Adi...orang seperti ini maunya numpang promo..he.he.he..dia bukan siapa2 koq..anjing menggongong khafilah berlalu..he.he.he..dia menilai pake klasifikasi segala..ha.ha.hae..kasihan banget..obsesi menjadi pemilik lalu ceritanya nyaring calon pegawe ni ye...ha.ha.ha..sadar bang sadar.."..ha.ha.ha..dengan bertawakal maka ALLAH akan meneguhkan pendirian...begitu bro klu mau latihan jadi guru agama di sekolah dasar....bisakah teguh pendirian tampah bertawakal...

Unknown said...

menarik .... salam kenal mas :)