Sunday 23 August 2009

Jangan Sepelekan Takhayul


Pada suatu pagi, tgl 21 April 1918, Baron von Richthofen, penerbang legendaris Jerman yang memegang rekor sebagai "ace" (penerbang hebat yang telah menembak jatuh banyak pesawat musuh) dengan korban 80 pesawat musuh, berjalan menuju pesawatnya. Saat tiba di pesawatnya, pesawat khusus pemberian pembuat pesawat terbang legendaris Anthony Fokker, anjing kesayangannya melompat ke atas sayap pesawat. Richthofen tersenyum dan memeluk anjing kesayangannya tersebut.

Sorang mekanik menyapa sopan kepadanya, meminta ijin untuk memfoto Richthofen dengan anjingnya. "Mohon ma'af tuan. Bolehkan saya mengambil foto Tuan dengan anjing tuan di samping pesawat? Saya sangat bangga jika bisa memiliki foto seperti itu."

Seorang mekanik lainnya berteriak: "Jangan tuan. Anda tidak boleh berfoto. Itu akan membawa sial!", katanya. Bukan tanpa alasan mekanik ini memberi peringatan. Ia masih ingat betul kejadian yang belum lama berselang. Rekan Richthofen, Oswald Boelcke, yang juga seorang "ace" terkenal dalam Perang Dunia I, tertembak jatuh dalam misinya setelah sebelumnya berfoto di samping pesawatnya.

Sang Baron Merah, julukan yang diberikan kepadanya karena pesawat khususnya yang berwarna merah, tersenyum. "Ah itu hanya takhayul," katanya sembari memberi isyarat kesediaan untuk difoto.

Dan benar kekhawatiran sang mekanik. Sang Baron Merah tertembak jatuh dan meninggal hari itu juga.

Beberapa waktu sebelum presiden Soeharto jatuh dari kursi kekuasaan ada dua kejadian aneh yang bisa disebut takhayul. Pertama adalah peristiwa penandatanganan MOU pemerintah Indonesia dengan IMF yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto dan eksekutif IMF Camdessus. Pada saat Soeharto menunduk untuk menandatangani naskah MOU, Camdessus tiba-tiba saja melipat tangannya di atas dada, layaknya seorang tuan di hadapan pembantunya. Saat itu sebagian besar pemirsa peristiwa bersejarah itu tersentak melihat pemandangan yang sangat aneh seperti itu, Soeharto tampak seperti pembantu.

Adapun peristiwa kedua yang sebenarnya terjadi lebih awal, adalah lepasnya palu yang digunakan oleh ketua MPR Harmoko untuk mengesahkan kepemimpinan Soeharto.

Dan beberapa jam setelah kejadian "Bom JW Marriot II", saya kembali menemukan kejanggalan yang menimbulkan intepretasi tertentu yang bisa dikatakan sebagai takhayul. Entah dengan maksud apa, Presiden SBY tiba-tiba saja mengaitkan peristiwa pemboman dengan hasil pemilu. Selanjutnya SBY bahkan menuding seseorang, meski hanya tersirat, sebagai dalang peristiwa itu.

Peristiwa kedua yang juga dilakukan SBY adalah pidato kemenangannya setelah dinyatakan KPU sebagai pemenang pemilu 2009. Meski konstituennya adalah rakyat Indonesia, entah mengapa SBY memilih mengucapkan pidatonya dalam bahasa Inggris.

Saya melihat peristiwa Bom JW Marriot II dan pidato presiden tentang peristiwa tersebut serta pidato kemenangan presiden SBY dalam bahasa Inggris adalah sebagai bentuk isyarat dari alam bawah sadar bahwa kondisi Indonesia akan semakin memburuk di waktu mendatang. Semua itu mengisyaratkan di masa mendatang pemerintah akan lebih banyak menjalankan agenda asing ketimbang membela kepentingan nasional.

Tanda-tanda itu sudah mulai nampak dari pernyataan Polri untuk mengawasi para ustadz pemberi ceramah khotbah. Tidak lama lagi mungkin akan ada pembubaran beberapa ormas Islam yang dianggap radikal dan penangkapan beberapa tokoh "oposisi". Di sisi lain penguasaan asing atas aset-aset strategis nasional semakin besar, hutang pemerintah yang semakin menumpuk, serta kenaikan harga BBM yang mencekik leher.

Semoga kekhawatiran saya ini salah. Namun jangan pernah menyepelekan takhayul meski juga jangan terlalu percaya kepadanya.

No comments: