Friday 7 August 2009

Kesiapan Perang Hizbollah Melawan Israel


Setelah perang berdarah di Lebanon tahun 2006 antara Israel melawan Hizbollah yang berujung pada kekalahan menyakitkan Israel melawan suatu milisi sipil negara Arab, kekhawatiran perang serupa terjadi lagi semakin menguat saja.

Menurut sumber-sumber Israel dan PBB serta telah dikonfirmasi oleh para pemimpin Hibollah, milisi Hizbollah kini jauh lebih kuat dibandingkan saat perang tahun 2006. Diperkirakan Hizbollah telah menempatkan 40.000 roket di perbatasan yang sebagian di antaranya mampu mencapai Tel Aviv, kota terbesar Israel. Selain itu diyakini juga bahwa Hizbollah telah memiliki sistem pertahanan udara baru yang mampu menandingi dominasi angkatan udara Israel selama ini.

Brigadier-General Alon Friedman, wakil komandan pasukan Israel di perbatasan Lebanon dalam wawancaranya dengan Times baru-baru ini mengatakan bahwa peperangan antara Israel melawan Hizollah dapat terjadi setiap saat.

Analisis jendral Alon adalah berdasarkan pernyataan sekjen Hizbollah Sheikh Hassan Nasrallah bulan lalu bahwa Israel mengebom kawasan selatan Beirut (tempat markas besar Hizbollah), maka Hizbollah akan membalas membom Tel Aviv. Dalam perang tahun 2006 Hizbollah baru memiliki kemampuan meluncurkan roket hingga kawasan pinggiran Tel Aviv dengan dampak yang tidak terlalu besar.

Persenjataan Hizbollah terkait dengan Iran sebagai negara pendukungnya. Dan jika Israel jadi menyerang fasilitas nuklir Iran sebagaimana dikhawatirkan banyak pengamat, maka salah satu balasan Iran yang paling mungkin adalah serangan Hizbollah atas Israel.

Semua fihak sepakat bahwa ancaman Hizbollah bukan cuma pepesan kosong. Buktinya bulan lalu terjadi ledakan hebat di Lebanon dekat perbatasan Israel. Dari gambar-gambar satelit terlihat para pejuang Hizbollah berusaha menyelamatkan roket-roket dan senjata dari pusat ledakan yang diduga kuat merupakan gudang senjata bawah tanah milik Hizbollah. Keberadaan gudang senjata Hibollah di perbatasan tersebut sebenarnya melanggar kesepakatan damai yang diprakarsai PBB tahun 2006.

Hezbollah yang mendapat dukungan senjata dan uang dari Iran telah mengintensifkan kekuatannya sejak tahun 2006. Meski latihan dasar militer dilakukan di Lebanon, latihan lanjutan dilakukan di Iran. Ratusan milisi Hizbollah telah mendapatkan latihan militer di Iran mencakup teknik pembuatan bom, senjata anti-tank, menembak senjata api jarak jauh (sniping), dan menembakkan roket.

"Perang pasti akan terjadi," kata Hussam, pejuang Hizbollah berusia 33 tahun yang telah bergabung dengan Hizbollah sejak tahun 1987. "Israel tidak akan pernah membiarkan kami sendirian." tambahnya kepada Times.

Beberapa sumber yang dekat dengan Hizbollah mengatakan bahwa kelompok milisi ini tengah berupaya keras meningkatkan kemampuan pertahanan udaranya. Sejak tahun 2006 diyakini Hizbollah telah mendapatkan sejumlah besar rudal SA18 yang dapat ditembakkan dari pundak untuk melawan helikopter dan pesawat yang terbang rendah. Selain itu Hizbollah juga diyakini telah mendapatkan sistem pertahanan udara SA8 dari Syria. Senjata ini cukup efektif untuk menembak pesawat hingga ketinggian 11.000 meter.

Dengan sistem persenjataan yang telah berkembang jauh sejak perang tahun 2006, Hizbollah diyakini kini telah memiliki kemampuan untuk meluluh lantakkan Tel Aviv. Apalagi jika Iran jadi memasok rudal Fateh-110 yang memiliki kemampuan membawa hululedak hingga seberat 500 kg. Rudal ini juga memiliki daya jangkau hingga 200 km.

Para pejabat Hizbollah tidak membantah laporan perkembangan kemampuan senjatanya tersebut. Sebaliknya mereka dengan tegas menyatakan kesiapannya menghadapi perang salanjutnya melawan Israel.

Deputi sekjen Hizbollah, Sheikh Naim Qassem, kepada Times baru-baru ini mengatakan, jika Israel berfikir dapat menghancurkan Hizbollah maka Hizbollah pun bisa menghancurkan Isreal.

No comments: