Monday, 18 April 2011

KONSTALASI POLITIK AKHIR JAMAN


Beberapa hari terakhir pikiran saya "sangat bergairah" untuk menganalisa fenomena global yang akhir-akhir ini terjadi: revolusi dan kerusuhan-kerusuhan di Timur Tengah, perang kata-kata para pemimpin dunia, dan berbagai langkah politik strategis negara-negara besar dan negara-negara stategis di Timur Tengah. Kegairahan saya bertambah besar setelah membaca beberapa artikel di beberapa blog dan situs independen, tentang "persiapan Iran menghadapi kedatangan Imam Mahdi", invasi Libya oleh sekutu sebagai tanda-tanda akhir jaman, reaksi Cina atas fenomena revolusi Timur Tengah, dan terakhir adalah artikel tentang pertentangan antara presiden Rusia Dimitri Medvedev dengan perdana menteri Vladimir Putin atas konflik yang terjadi di Libya.

Dalam kasus terakhir Israel Shamir, seorang yahudi Kristen warga Israel yang aktif menentang zionisme dalam blog-nya yang terkenal tgl 13 April lalu menuliskan artikel berjudul "Foreboding of Storm - Medvedev vs Putin", berisi tentang pertikaian terbuka antara Dimitri Medvedev dan Vladimir Putin atas krisis Libya. Disebutkan perseteruan terbuka tersebut dimulai setelah Medvedev menolak rencana kedatangan Moammar Ghadafi yang hendak pergi ke Rusia atas ijin Putin. Kemungkinan Ghadafi hendak meminta suaka atau sekedar meminta dukungan Rusia dalam masalah yang dihadapi negerinya. Selain itu Medvedev juga memerintahkan wakil Rusia di PBB untuk tidak menolak resolusi penerapan zona larangan terbang atas Libya.

Karena sikap Medvedev tersebut Putin meradang dan mengecam pedas Medvedev dan juga para pemimpin barat atas kebijakan keras mereka terhadap Libya. Ia menyebut intervensi barat sebagai "perang salib baru" dan meminta para pemimpin barat, termasuk Medvedev, untuk "bertobat" dan "meminta ampun kepada Tuhan" atas pertumpahan darah di Libya. Medvedev yang selama ini dianggap hanya sebagai "anak buah yang patuh"-nya Putin, membalas kecaman itu. "Berani-beraninya mengatakan perang salib," komentarnya atas kecaman Putin sebelumnya.

Yang menarik dari perseteruan Medvedev dengan Putin adalah bahwa fenomena revolusi di Timur Tengah telah memicu terjadinya polarisasi yang tajam di kalangan polisisi Rusia. Sebagian, dipimpin oleh Putin, melihat Amerika cs, yang tidak lain adalah ZOGs (zionist occupied goverments alias pemerintahan-pemerintahan yang dikendalikan oleh semangat zionisme yahudi) berada di balik fenomena tersebut dan tengah berupaya memperkuat posisinya atas dominasi global sekaligus mengancam kekuatan yang dianggap menjadi pesaingnya seperti Cina dan Rusia serta negara-negara independen lainnya seperti Iran. Sebagian lainnya, termasuk Medvedev, adalah fihak yang menjadi bagian dari zionisme. Fakta bahwa Medvedev telah berani secara terbuka melawan Putin menunjukkan bahwa zionisme telah melakukan konsolidasi di Rusia.

Sejak runtuhnya regim Uni Sovyet, Rusia dikuasai oleh regim ZOG dan negeri Rusia jatuh terpuruk secara ekonomi karena kekayaan negara dikuasai para "oligarch" dan "mafiya" yahudi. Putin yang sangat nasionalis berhasil mengembalikan kejayaan negara setelah menggusur kekuasaan para "oligarch" dan "mafiya". Sebagian dari mereka melarikan diri, sebagian lainnya ditangkap dan dipenjara. Namun kaum zionis dan ZOGs (zionist occupied goverments) selalu mengintai untuk kembali menancapkan pengaruhnya di Rusia atau pun merongrong kekuatan Rusia, namun Putin tetap teguh. Di antara upaya merongrong kekuatan Rusia adalah dengan menggunakan tameng gerilyawan Chechnya serta regim ZOG Georgia yang dua tahun lalu menyerang wilayah protektorat Rusia, Ossetia Selatan. Namun Putin tetap teguh.

Perlu dicatat di sini bahwa zionisme adalah bukan lagi sekedar faham yang memperjuangkan kembalinya bangsa yahudi ke Palestina, melainkan telah berkembang menjadi faham yang ingin menjadikan yahudi sebagai penguasa dunia yang milestonenya, setelah pendirian negara Israel tahun 1948 adalah pembentukan negara Israel Raya yang terbentang antara Mesir hingga Irak serta dibangunnya kembali Haikal Sulaiman. Namun berbeda dengan Haikal Sulaiman sebagaimana jaman Nabi Sulaiman yang digunakan sebagai tempat memuja Tuhan yang Esa, Haikal Sulaiman yang bakal dibangun nantinya adalah tempat memuja setan.

Sejak ditinggalkan Sulaiman ajaran, kaum yahudi memang telah banyak berubah dan didominasi oleh ajaran penyembahan berhala dan simbol-simbol materialisme lainnya. Beberapa nabi yang diturunkan Tuhan, termasuk Zakharia, Yahya (John) dan Isa (Yesus) gagal mengembalikan yahudi ke ajaran monotheisme yang murni.



KEWASPADAAN CINA

Mungkin saja Revolusi Arab yang dipicu oleh peristiwa pembakaran diri seorang pemuda di Tunisia akhir tahun lalu adalah sebuah gerakan spontan. Tapi penyebarannya hingga saat ini tidak bisa dinafikan peran inteligen ZOGs. Ketika kerusuhan baru mulai merembet ke Libya misalnya, para zionis neocon dan media massa Amerika sudah memprovokasi pemerintah Amerika untuk melakukan tindakan militer atas Libya. Seorang tokoh yahudi Perancis, Bernard-Henri Levy bahkan secara terbuka telah melakukan tekanan kepada Presiden Nicholas Sarkozy untuk melakukan aksi militer di Libya, mendorong Perancis menjadi negara pertama yang menerjunkan militernya di Libya dan negara pertama yang mengakui pemerintahan pemberontak di Benghazi.

Sikap pilih kasih juga menjadi tanda keterlibatan ZOGs. Mereka mengecam Iran dan Syria bahkan melakukan aksi militer di Pantai Gading dan Libya, namun diam seribu bahasa saat rejim Sunni Bahrain dengan bantuan militer Saudi Wahabiyah, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar membantai rakyatnya yang mayoritas Shiah. Hingga saat ini bahkan pelanggaran berat HAM masih terus berlangsung di Bahrain yang dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya. Misalnya saja Abdul Kareem al-Fakhrawi, pengusaha terkenal Bahrain, pada hari Selasa (12/4) tewas dalam ruang interogasi polisi. Namun salah satu pelanggaran yang paling menyayat perasaan adalah saat tentara regim Bahrain dan negara-negara pendukungnya menyerbu rumah sakit tempat para korban kerusuhan dirawat, menyeret para korban dari ranjang perawatan dan menembaki mereka di depan rumah sakit.

Sebagaimana Putin, pemerintah Cina juga telah lama melihat zionisme sebagai ancaman serius. Dari peristiwa Tragedi Tiannanmen hingga kerusuhan antar etnis di Provinsi Uighur unsur-unsur keterlibatan zionisme sangat kentara. Begitu juga dalam gerakan revolusi yang tengah melanda Timur Tengah dan Afrika.

Cina telah berulangkali menuduh negara-negara barat telah melakukan campur tangan di berbagai penjuru dunia, termasuk di Cina, dengan menggunakan isu HAM, berdasarkan laporan yang dibuat oleh organisasi dan lembaga-lembaga yang dibiayai mereka. Cina juga telah melihat bagaimana organisasi-organisasi dan LSM binaan barat telah dilengkapi dengan berbagai perlengkapan modern untuk melakukan gerakan-gerakan subversif di negara-negara sasaran.

Koran Washington Post bulan Maret lalu menurunkan laporan tentang keterlibatan departemen luar negeri Amerika membiayai perusahaan-perusahaan berbasis teknologi untuk melakukan aksi-aksi inteligen di negara Libya, Tunisia, Mesir hingga China. Disusul kemudian baru-baru ini kantor berita AFP melaporkan bahwa departemen luar negeri Amerika telah melatih ribuan pemberontak yang kemudian dikirim kembali ke negara-negara asalnya untuk melakukan aksi-aksi massa di negara-negara sasaran termasuk Tunisia, Mesir, Syria, Iran, dan China.

Beberapa aktifis "demokrasi" yang baru-baru ini menghadapi masalah hukum di Cina mendapatkan bantuan hukum dari LSM “Freedom Now” yang didirikan dan dibiayai oleh Council on Foreign Relations (CFR), LSM zionis Amerika yang sangat berpengaruh yang anggota-anggotanya termasuk para birokrat tinggi Amerika termasuk para menteri dan presiden.

Pada bulan Maret lalu blog Ugly Truth menuliskan laporan investigatif menarik berjudul “Target China” yang diantaranya menulis:

"Para kapitalis internasional yang menjalankan media massa barat akhir-akhir ini berteriak-teriak atas penahanan "aktifis HAM" Liu Xiaobo, seorang agen penting yang digunakan untuk mengakhiri pemerintahan Cina yang kuat dan aktif secara militer untuk digantikan dengan pemerintahan model barat yang lemah dijalankan oleh regim yang korup yang mudah dikendalikan. Dukungan terhadap Liu Xiaobo bahkan lebih besar dari yang dilaporkan media massa, termasuk bantuan hukum melalui “Freedom Now” binaan Council on Foreign Relations (CFR). Harus dicatat bahwa “Freedom Now” juga berperan aktif mendukung oposisi Syria yang tengah menggoyang pemerintahan Bashar Assad."

"Freedom Now", menurut Ugly Truth, juga berperan sebagai penasihat hukum aktifis HAM Cina lainnya yang ditahan, Gao Zhisheng. Gao yang keluarganya kini hidup nyaman di Amerika, telah menulis surat kepada parlemen Amerika (Congress) berisi laporan pelanggaran HAM di Cina. Para politisi Jerome Cohen, Irwin Cotler, dan David Kilgour adalah orang-orang yang aktif memimpin kampanye dukungan bagi Liu Ziaobo dan Gao Zhisheng. Ketiganya juga aktif mengkampanyekan gerakan HAM di seluruh dunia yang tujuan sebenarnya adalah menggoyang pemerintahan-pemerintahan yang ingin diganti dengan pemerintahan baru yang lebih akomodatif."

Meski tampak terhormat: menjadi "pejuang HAM dan demokrasi", namun orang-orang seperti Cohen, Cotler, Kilgour, Liu Ziaobo dan Gao Zhisheng serta orang-orang "Freedom Now" dan para patronnya di CFR yang pada akhirnya berpatron pada para kapitalis internasional yahudi adalah orang-orang paling jahat dalam sejarah kejahatan umat manusia.

Baru-bari ini kantor berita Inggris Reuters melaporkan bahwa, “Penangkapan-penangkapan yang dilakukan Cina dilandasi oleh kekhawatiran adanya konspirasi asing. ... Para pemimpin Cina percaya bahwa para pembangkang dalam negeri dan para pendukungnya di luar negeri tengah berupaya melemahkan dan pada akhirnya menumbangkan pemerintahan komunis Cina. Beberapa pernyataan terakhir dari para pejabat Cina mengumandangkan peringatan tentang konspirasi yang didukung oleh pemerintahan barat yang anti-Cina."

Menurut Reuters pemerintah Cina melihat bahwa "revolusi-revolusi warna" yang selama beberapa tahun terakhir (Revolusi Mawar, Revolusi Orange, Revolusi Cedar, Revolusi Hijau, Revolusi Kaus Merah dll) adalah hasil dari operasi inteligen barat. Revolusi yang kini melanda Timur Tengah juga tidak bisa dilepaskan dari peranan barat.

Tentu saja pemerintah Cina bukan sekedar paranoid atas suatu "teori konspirasi", pernyataan Reuters menunjukkan fakta bahwa Cina mengetahui dengan pasti apa saja di balik peristiwa-peristiwa yang terjadi di negerinya, tapi juga siapa di balik peristiwa-peristiwa tersebut.



BELARUS-SYRIA-IRAN

Baru-baru ini terjadi sebuah "serangan teroris" berupa ledakan bom di kereta api bawah tanah di kota Minsk, Belarusia. Atas peristiwa itu Presiden Belarusia, President Alexander Lukashenko, tanpa ragu menyebutnya sebagai suatu "hadiah dari luar negeri".

Lukashenko bukan tanpa dasar menyebut serangan tersebut merupakan konspirasi asing untuk mendestabilisasikan negerinya. Dengan kebijakan-kebijakan politik dan ekonominya yang anti-asing dan pro-kepentingan nasional, Lukashenko telah menjadi musuh pemerintahan-pemerintahan ZOGs serta media massa barat serta para kompradornya yang berkedok pejuang HAM dan demokrasi. Mereka semua gencar menuduh pemerintahan Lukashenko sebagai "tidak sah" setelah gagal menggantinya dengan pemerintahan yang pro-zionis barat.

Bersama Lukashenko, Putin, dan pemerintah Cina, adalah pemerintah Syria dan Iran yang mengecam konspirasi barat dalam gerakan-gerakan politik anti-pemerintah yang melanda negeri mereka. Iran, dengan pengalaman pahitnya diperintah oleh regim ZOG Shah Pahlevi, tegar menghadapi konspirasi "Revolusi Hijau" yang melanda negeri itu tahun 2009 dan baru-baru ini gagal dihidupkan kembali menyusul terjadinya revolusi Tunisia dan Mesir. Syria-pun tampaknya akan bisa mengatasi gerakan anti-pemerintahan yang akhir-akhir ini menghantam negerinya, kecuali ada intervensi langsung dari barat. Setidaknya Syria masih mendapatkan dukungan kuat tetangga-tetangganya, yaitu pemerintah Lebanon, Iran, HAMAS dan Hizbollah yang sama-sama sedang menghadapi musuh yang sama: zionis Israel. Turki yang sejak insiden Mavi Marmara menjauh dari Israel dan mendekat ke kubu Iran-Syria --- bersama Iran, Syria dan Irak, Turki baru saja menerbitkan visa bersama, membuat Amerika akan berfikir 10 x untuk menyerang Syria dengan dalih "melindungi rakyat Syria dari regim otoriter Bashar al Assad".


PENUTUP

Nabi Muhammad S.A.W meramalkan: sebelum datangnya kiamat umat Islam akan memerangi umat yahudi dan mengalahkan mereka. Pada saat itu orang-orang yahudi akan diburu seperti binatang dan harus bersembunyi di balik batu-batu dan pepohonan. Namun kala itu bahkan batu dan pepohonan akan berpihak kepada umat Islam.

Awalnya saya bingung menganalisis ramalan tersebut dengan kondisi umat Islam sekarang ini. Bahkan dengan seluruh negara Islam bergabung, tidak akan bisa mengalahkan Amerika secara militer. Kini saya tahu, dengan dukungan Cina dan Rusia umat Islam bisa mengalahkan zionis Amerika-Israel dan sekutu-sekutunya.

Dan bila saatnya pertempuran itu terjadi, umat Kristen Eropa dan Amerika yang sadar dengan kejahatan zionis, akan bangkit dan berpihak pada kaum muslim.

No comments: