Tuesday, 5 April 2011
Penemuan Terbesar setelah "Gulungan-gulungan Laut Mati"
Sebuah penemuan mungkin memiliki makna atau harga yang tak ternilai. "Gulungan-gulungan Laut Mati" misalnya, dokumen yang ditemukan tahun 1947 di Yordania ini telah menjelaskan sejarah awal agama Kristen termasuk kehidupan Yesus Kristus yang sebagian besar darinya bertentangan dengan keyakinan lama umat Kristiani. "Gulungan-gulungan Laut Mati" juga berisi kitab-kitab kuno Perjanjian Lama. Kini penemuan yang sama telah terjadi lagi meski masih harus dikonfirmasi lebih lanjut tentang ke-otentikannya. Namun dokumen-dokumen tersebut juga menjadi sebuah misteri politik yang menarik setelah disebut-sebut dokumen tersebut telah dicuri oleh dinas inteligen Israel dan kini disembunyikan di negeri tersebut.
70 kitab tipis, sebagian terbalut kawat ketat dan tersegel kuat, membuat sebagian ahli berharap dokumen-dokumen itu akan senilai "Gulungan-gulungan Laut Mati". Sebagian lainnya bahkan berharap dokumen-dokumen itu adalah bagian dari kitab-kitab yang hilang yang disebutkan dalam Kitab Wahyu dalam Injil.
Dalam satu kitab yang halaman-halamannya tidak lebih besar dari kartu kredit terlukis gambar-gambar dan simbol-simbol serta kalimat-kalimat yang tampak seperti sabda Yesus Kristus, terutama terkait dengan peristiwa penyaliban dan kebangkitan kembali sang Kristus.
Sebenarnya kitab-kitab tersebut telah ditemukan 5 tahun lalu di satu sudut wilayah Yordania, tempat dimana diyakini umat Kristen awal telah melarikan diri setelah jatuhnya Jerussalem ke tangan Romawi dan disusul dengan penghancuran total atas kota tersebut tahun 70 masehi. Beberapa dokumen penting pada masa yang sama ditemukan tidak jauh dari tempat penemuan tersebut, termasuk "Gulungan-gulungan Laut Mati".
Penelitian metalurgi awal atas dokumen-dokumen tersebut mengindikasikan bahwa benda-benda itu berasal dari abad pertama masehi, atau periode yang sama dengan masa awal ke-Kristenan. Para ahli percaya karat yang menempel pada dokumen-dokumen tersebut tidak mungkin berasal dari buatan manusia.
Jika penelitian akhir nantinya menyatakan dokumen tersebut asli, maka dokumen tersebut akan menjadi salah satu dokumen paling kuno, lebih awal dari tulisan-tulisan Paulus yang termuat dalam Injil Perjanjian Baru. Hal itu tentu saja membuat para ahli sangat antusias terhadap keaslian dokumen tersebut, meski mereka pernah beberapa kali tertipu oleh dokumen-dokumen kuno yang ternyata palsu.
David Elkington, seorang ahli sejarah dan arkeolog Inggris yang pernah meneliti dokumen tersebut mengatakan penemuan tersebut akan menjadi "penemuan besar dalam sejarah Kristen".
"Membuat jantung berdegub keras jika kita berfikir bahwa dokumen-dokumen itu mungkin saja pernah dimiliki oleh orang-orang suci di masa-masa awal ke-kristenan," katanya.
Namun yang membuat dokumen itu lebih menarik adalah keberadaan dokumen-dokumen tersebut saat ini. Setelah ditemukan oleh seorang badui Yordania, dokumen tersebut selanjutnya dimiliki oleh seorang badui warga Israel yang kemudian menyelundupkannya ke negeri tersebut. Kini dokumen-dokumen tersebut berada di Israel.
Pemerintah Yordania kini tengah melakukan upaya diplomatik dan inteligen tingkat tinggi untuk mengembalikan dokumen tersebut ke Yordania.
Philip Davies, profesor emeritus dalam studi Injil di Sheffield University mengatakan, ada bukti-bukti sangat kuat bahwa dokumen tersebut otentik, berbentuk buku terbuat dari lempengan-lempengan logam tipis, dan besertanya terdapat peta kuno kota Jerussalem.
"Segera setelah melihat dokumen itu, saya terkejut melihat gambar-gambar ke-Kristenan yang sangat jelas. Ada gambar salib di bagian depan, dan di belakangnya gambar makam (Yesus), sebuah bangunan kecil yang terbuka, dan di belakang semuanya adalah dinding kota (Jerussalem)," kata Davies.
"Ada gambar-gambar dinding lainnya di beberapa halaman kitab-kitab itu dan itu semua hampir pasti adalah dinding kota Jerussalem. Adalah peristiwa penyaliban yang dilakukan di luar dinding kota Jerussalem," tambahnya.
Tim peneliti Inggris yang pernah memimpin penelitian dokumen-dokumen tersebut mengungkapkan kekhawatirannya bahwa keberadaan dokumen-dokumen tersebut di Israel menjadikan benda-benda tak ternilai harganya itu bakal raib karena dijual di pasar gelap, atau bahkan dihancurkan. Kekhawatiran tersebut sangat-sangat masuk akal berdasarkan fakta-fakta sosial dan sejarah bahwa orang-orang yahudi adalah orang yang paling kuat orientasi materialismenya.
Warga Israel yang kini memegang dokumen-dokumen tersebut menolak semua klaim tersebut di atas dengan mengatakan bahwa benda-benda tersebut telah berada di tengah keluarganya selama 100 tahun.
Dr Margaret Barker, mantan ketua Society for Old Testament Study mengatakan, "Kitab Wahyu menyebutkan adanya kitab suci yang hanya dibuka oleh Yesus. Beberapa teks menyebutkan adanya kitab-kitab tersegel yang diserahkan Yesus kepada murid-murid terdekatnya. Inilah konteks dari penemuan tersebut."
Professor Davies menambahkan bahwa gambar-gambar dalam dokumen tersebut menunjukkan permulaan munculnya agama Kristen-yahudi dan jika benar maka akan "memberikan pemahaman baru yang sangat signifikan atas masa-masa sejarah yang hanya sedikit dimengerti."
David Elkington, yang bersama satu tim ahli dari Inggris turut mengupayakan kitab-kitab kuno itu bisa dikembalikan ke Yordania menambahkan, "Adalah sangat penting bahwa dokumen-dokumen itu bisa ditemukan kembali secara utuh, untuk dua kebaikan sekaligus, yaitu bagi para pemiliknya dan juga bagi masyarakat dunia."
Ref:
"Could this be the biggest find since the Dead Sea Scrolls?; Fiona Macrea; Daily Mail ; 30 Maret 2011 dalam truthseeker.co.uk, 4 April 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment