Sunday, 3 April 2011

OBAMA SERET AMERIKA LEBIH DALAM KE JURANG


Mengusulkan defisit anggaran pemerintah hingga $1,6 triliun yang membawa ekonomi Amerika semakin dalam terperosok dalam hutang serta menyingkirkan konstitusi demi ego pribadi, Barack Obama membawa Amerika semakin dalam ke jurang kahancuran.

Obama telah memerintahkan berbagai serangan udara yang menewaskan ribuan rakyat sipil di Afghanistan, Pakistan, Yaman, Somalia. Dan kini, seperti sudah-sudah, dengan mengabaikan konstitusi yang mewajibkan kebijakan perang yang diambi Presiden harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari parlemen (Congress), Obama membom Libya.

Qadaffi mungkin telah membunuh ratusan rakyatnya sendiri dan karenya pantas mendapatkan hukuman gantung. Tapi Obama telah membunuh rakyat sipil jauh lebih banyak. Qadaffi setidaknya memiliki alasan untuk mempertahankan diri pada kerusuhan yang tengah melanda Libya saat ini. Namun Qadaffi tidak memiliki alasan yang cukup kuat. Setidaknya secara konstitusi Amerika, Obama tidak memiliki sama sekali untuk melakukan aksi militer di Libya, karena tidak adanya ketetapan Congress.

Kini Qadaffi duduk dalam kursi pesakitan, sementara Obama duduk di kursi kekuasaan sembari mendespripsikan dirinya sebagai "penyelamat rakyat Libya", sembari terus membunuhi rakyat sipil di berbagai negara. Pemerintahan Obama bahkan telah melakukan penyiksaan terhadap Bradley Manning, seorang prajurit yang karena kesadaran politiknya menolak melakukan aksi militer terhadap rakyat sipil. Di bawah Obama bangsa Amerika telah sampai pada titik dimana kesadaran moral seorang warganya dianggap sebagai "terorisme".

Obama dan pendahulunya, George "Dubya" W Bush dan Dick Cheney serta gerombolan neocons-zionis telah melakukan kejahatan kemanusiaan secara telanjang. Bahkan setelah terbukti tuduhan "senjata pemunah massal" yang digunakan untuk menjadi dalih penyerbuan Irak adalah palsu, serta kebohongan klaim Al Qaida dan Osama bin Laden sebagai pelaku serangan terorisme WTC 9-11 2001, Obama masih tetap meneruskan aksi perang illegal-nya di Afghanistan dan Irak. Bahkan perang tersebut semakin intensif dengan melebarnya operasi militer Amerika ke negara muslim berdaulat Pakistan.

Perang di Irak saja, menurut ekonom terkenal Joseph Stiglitz menelan biaya tidak kurang dari $3 triliun atau sekitar 30 x APBN Indonesia, dengan kerugian akibat kematian dan luka-luka yang tidak bisa dinilai. Obama juga secara "antagonistis vulgar" menalangi para pebisnis sektor keuangan yang korup setelah mereka merampok dana masyarakat, sementara membiarkan industri dan sektor riel Amerika hancur meninggalkan jutaan orang yang kehilangan pekerjaan. Dan kini, dengan nilai yang tidak pernah dibayangkan, Obama mengajukan rencana kebijakan defisit APBN sebesar $1,5 triliun yang dibiayai dengan menjual surat hutang dan pencetakan uang. Cepat atau lambat hal itu akan mengakibatkan hiperinflasi dan penurunan nilai mata uang dolar yang semakin menghancurkan ekonomi Amerika. Sebaliknya jika bank sentral menghentikan pencetakan uang, krisis finansial akan terulang dengan dampak jauh lebih hebat dari krisis tahun 2008.

Tidak pernah memikirkan ekonomi tengah dilanda kehancuran ekonomi? Datanglah ke pinggiran kota-kota besar Amerika. Dalam beberapa tahun terakhir jutaan orang yang tadinya berasal dari kalangan kelas menengah dengan mobil mercy dan BMW miliknya, kini menjadi tuna wisma dan gelandangan yang harus tinggal di tenda-tenda kumuh.

Adalah sesuatu yang "gila", pemerintah negara sekaya Amerika dengan pendapatan pajak yang mencapai triliunan dolar, harus bangkrut. Ini tidak lain karena mereka menganut kebijakan anggaran yang "gila": besar pasak daripada tiang. Padahal manusia dengan kecerdasan minimal sekalipun tahu, hal itu akan membawa kehancuran. Seorang ibu rumah tangga atau pengusaha kecil sekalipun tahu, jika pengeluaran mereka selalu lebih besar dari pengeluaran, maka mereka akan berakhir sebagai gelandangan.

Obama dengan kebijakan perangnya saat ini, tidak bisa tidak akan mengantarkan Amerika ke kahancuran. Stiglitz menganalisis bahwa biaya perang Irak jika dialihkan untuk untuk hal yang baik akan bisa menalangi para debitur kredit perumahan yang macet sehingga tidak harus kehilangan rumahnya dan memberikan layanan kesehatan untuk setiap anak-anak Amerika, serta mencegah terjadinya pengangguran.

Namun pemerintahan Obama, sebagaimana pendahulu dan mungkin penerusnya kelak, lebih memilih membunuhi warga muslim untuk keuntungan para pengusaha dan "penguasa belakang layar", sekaligus menghancurkan ekonomi dan membunuhi rakyat Amerika sendiri.

Dan perang di Libya telah membuat Obama membawa Amerika semakin jatuh ke dalam jurang. Setidaknya George "Dubya" W Bush tidak pernah secara terbuka mengakui telah melanggar konstitusi sebagaimana Obama. Obama dengan pongah mengatakan bahwa kesadaran moralnya untuk "menolong rakyat Libya" mengalahkan kewajiban mentaati konstitusi saat ia memerintahkan penyerangan atas Libya.

Richard Nixon, presiden "anti-semit" Amerika telah diimpeach karena ketahuan melakukan tindakan ilegal sepele berupa penyadapan. Namun Obama yang secara terang-terangan melanggar konstitusi masih bisa duduk tenang di kursi kekuasaan. Terima kasih pada jutaan orang-orang liberal idiot Amerika yang tetap mendukungnya, sebagaimana juga orang-orang idiot Indonesia yang mengelu-elukan kedatangannya tempo hari.


Ref:
"Obama Raises American Hypocrisy To A Higher Level"; Paul Craig Roberts; Global Research; 29 Maret 2011; dalam truthseeker.co.uk; 1 April 2011.

No comments: