Tuesday 12 April 2011

SANG TERPILIH (27)


Kapolri baru Timbul Prahoro merasa bagai mendapat durian runtuh setelah seorang anak buahnya di pedalaman Pulau Selebes menjadi buah bibir masyarakat setelah rekaman video dirinya yang tengah menyanyi india menjadi video paling banyak dilihat di situs internet youdube!

"Ini bisa menjadi pengalih perhatian yang efektif," demikian pikir Timbul.

Timbul pun langsung memanggil Briptu AB Normal ke markas besar kepolisian negara untuk mendapatkan briefing langsung darinya. Kepada AB Normal Timbul memberikannya tugas mulia: menjadi badut, ngamen di sana-sini sembari tetap mengenakan seragam kepolisian negara.

Yah, Timbul memang tengah dilanda stress yang luar biasa karena tekanan publik untuk memecahkan beberapa kasus besar. Bukan karena kemampuan aparatnya yang lemah untuk memecahkan kasus-kasus itu, melainkan karena kendala politis yang dihadapinya terkait kasus-kasus itu. Jika ia mengungkap kasus ini, tidak saja karier dan keamanan jiwanya yang terancam, konstelasi politik negeri ini juga akan goyah karena kasus-kasus tersebut terkait dengan banyak figur penting negeri ini, termasuk pendahulunya, Karso Dhemit, Wapres Budiloyo maupun Presiden Subagyo sendiri. Timbul tentu tidak bisa lupa dengan nasib mantan ketua komisi pemberantasan korupsi yang kariernya berakhir di penjara setelah berani memenjarakan besan Subagyo dan berupaya membongkar korupsi di komisi pemilihan umum yang bisa membongkar kecurangan lembaga tersebut dalam pemilu terakhir yang dimenangkan Subagyo.

Kasus pertama adalah skandal Bank Centurion yang sudah setahun lebih proses hukumnya berhenti tanpa kejelasan. Kasus kedua adalah kasus Mafia Pajak. Dalam kedua kasus ini tentu saja ia pun dapat bagian, tapi tentu saja hanya "recehan" karena saat peristiwa itu terjadi ia belum menjadi kepala kepolisian negara. Lagipula ia tidak tahu bahwa "recehan" yang ia terima itu ada kaitannya dengan kedua kasus tersebut. Oleh karenanya pada mulanya ia berniat membongkar tuntas kasus-kasus tersebut. Namun begitu mengetahui hal yang sebenarnya, ia langsung mengurungkan niatnya. Maka untuk selanjutnya ia lebih dipusingkan pada mencari cara untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari kasus-kasus tersebut. Dan Briptu AB Normal adalah solusi yang tepat, untuk sementara tentunya.

Selain AB Normal yang kini menjadi bahan pemberitaan masyarakat, masyarakat tengah tertarik perhatiannya pada masalah pembangunan gedung parlemen yang sangat kontroversial. Kontroversial dalam hal ini adalah menyangkut biaya yang dibutuhkan untuk pembangunannya yang sangat fantastis, serta kepatutan pemberian fasilitas super mewah bagi pejabat publik di tengah-tengah rakyat Indungsia yang tengah dilanda berbagai kesulitan hidup, mulai dari bencana alam yang terus mengguncang, masalah-masalah sosial yang sebagian daripadanya justru direkayasa inteligen pemerintah sendiri, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan tingkat korupsi para pejabat yang justru semakin meningkat.

Tarik ulur pembangunan gedung ini menunjukkan dengan gemblang mental oportunis para anggota parlemen Indungsia. Awalnya mereka semua setuju dengan rencana pembangunan tersebut. Namun setelah banyak diprotes masyarakat, sebagian anggota parlemen berbalik menentangnya, berlagak seolah-olah sebagai pejuang pembela hak-hak rakyat. Namun karena "kontrak bawah tangan" sudah ditandatangani, termasuk uang muka komisi yang diterima para pemimpin parlemen, rencana tersebut tetap jalan terus. Ketua parlemen bahkan dengan gagah berani mengecam para pengkritik rencana pembangunan gedung tersebut.

Subagyo sendiri menunjukkan jatidirinya yang lemah. Berusaha mencitrakan diri berpihak pada rakyat dengan melakukan pernyataan menolak pembangunan gedung parlemen, justru tampak sebagai seorang pemimpin yang tidak berwibawa. Karena bahkan partainya sendiri di parlemen, termasuk ketua parlemen yang tidak lain adalah anggota partainya, tetap ngotot meneruskan rencana pembangunan gedung.

No comments: