Thursday 15 December 2011

CIA Akui Kekalahan di Lebanon


Keterangan gambar: para agen CIA Lebanon yang ditayangkan Al Manar baru-baru ini.



Minggu lalu media massa milik Hizbollah, "Almanar" mempublikasikan film tentang bagaimana dinas inteligen Amerika CIA beroperasi di Lebanon, termasuk nama-nama agen mereka yang bekerja sebagai diplomat di kedubes Amerika Lebanon. Beberapa hari sebelumnya Iran juga mengumumkan terbongkarnya jaringan mata-mata Amerika di Iran yang melibatkan 30 agen rahasia mereka. Dua pukulan telak yang dialami aparat inteligen Amerika dalam waktu berdekatan.

Para pejabat Amerika pun akhirnya mengakui terjadinya kemunduran di dua negara tersebut meski menolak membicarakan ditail kemunduran yang dimaksud, demikian sebagaimana ditulis koran terbesar Amerika "New York Times" hari Selasa lalu (14/12). Saat seorang agen rahasia diketahui identitasnya, mustahil mereka untuk tetap menjalankan misinya.

"Para pejabat CIA aktif merekrut agen-agen lokal yang berasal dari berbagai kalangan sosial: pegawai pemerintah, personil keamanan, agamawan, bankir, akademisi, dan lain sebagainya," demikian papar "Al-Manar" dalam laporannya.

Sementara itu koran besar Amerika lainnya, "Washington Post" menulis terbongkarnya jaringan mata-mata Amerika di Lebanon membuat para agen CIA menghadapi resiko keamanan serius. "Washington Post" menyinggung serangkaian penangkapan beberapa agen lokal CIA di Lebanon yang dilakukan Hizbollah dan aparat keamanan Lebanon beberapa waktu lalu.

Amerika secara resmi memasukkan Hizbollah dan Al Manar sebagai organisasi teroris karena dukungannya terhadap perjuangan Palestina dan permusuhannya kepada Israel. Hizbollah telah terlibat peperangan melawan Israel sejak tahun 1982. Organisasi ini, meski menolak disebut sebagai pelaku, diyakini kuat oleh Amerika sebagai pelaku serangan bom terhadap markas marinir Amerika dan Perancis di Lebanon tahun 1983 yang menewaskan ratusan personil militer dan menjadi faktor penentu mundurnya pasukan keamanan Amerika dan Perancis dari Lebanon. Karena serangan-serangan Hizbollah, Israel terpaksa meninggalkan satu demi satu wilayah Lebanon yang didudukinya sejak invasi Israel tahun 1982, dan puncaknya pada tahun 2000 Hizbollah berhasil memaksa Israel menarik seluruh pasukan pendudukannya dari Lebanon Selatan. Pada tahun 2006 Hizbollah berhasil memukul mundur invasi kedua Israel atas Lebanon dalam perang sengit selama 33 hari. Padahal pada invasi pertama tahun 1982 saat Hizbollah belum resmi terbentuk, Israel sukses menduduki sebagian besar wilayah Lebanon hanya dalam waktu seminggu dan mengusir semua pejuang Palestina dari Lebanon serta berhasil memaksa pemerintah Lebanon menandatangani perjanjian damai yang merugikan Lebanon.

Adapun mengenai Al Manar, para pejabat Amerika menyebutnya sebagai media massa yang "tidak kredibel", selain tuduhan sebagai organisasi teroris.

Mengenai laporan yang dibuat Al Manar tersebut di atas, jubir CIA Jennifer Youngblood menolak mengkonfirmasi kebenaran laporan tersebut. "Kami tidak boleh menanggapi klaim yang dibuat oleh organisasi teroris," katanya. "Saya rasa lebih berharga untuk mengingat kembali bahwa Hizbollah adalah organisasi yang berbahaya, dengan Al Manar sebagai alat propaganda mereka. Fakta-fakta itu saja sudah cukup untuk mempertanyakan kredibilitas klaim mereka," tambahnya.

Sebagai perbandingan, klaim bohong Amerika bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal sebagai dalih menyerang Irak, adalah buatan CIA. Jadi bisa dibandingkan mana yang lebih kredibel antara CIA dengan Hizbollah/Al Manar.

Hizbollah dan CIA secara "pribadi" juga telah terlibat dalam perang inteligen di Lebanon sejak tahun 1980-an, terutama setelah CIA terlibat dalam serangan bom yang ditujukan kepada pemimpin Hizbollah Ayatollah Mohammed Hussein Fadlallah, tahun 1984, yang menewaskan ratusan korban jiwa terutama warga sipil. Sayyed Fadlallah sendiri selamat dalam serangan tersebut. Ia meninggal tahun 2010.

Pernyataan Youngblood tidak mengubah fakta bahwa CIA telah menerima temparan keras di Lebanon. Sebagaimana ditulis "New York Times" mengutip seorang pejabat Amerika, "Membenarkan klaim Hezbollah hanya akan menguntungkan kelompok ini. Namun tidak bisa dibantah CIA mengalami kekalahan di Lebanon."

Sementara "Washington Post" mengutip seorang mantan pejabat CIA menyatakan bahwa setidaknya satu nama yang disebutkan Hizbollah, yaitu kepala operasi CIA di Beirut, adalah benar.

Dalam laporan tersebut Hizbollah tidak hanya menyebut nama, melainkan juga detil-detil lainnya seperti nama samaran, tempat pertemuan, cek pembayaran, dan informasi penting lainnya. Hal ini cukup untuk meyakini bahwa laporan Hizbollah sangat akurat seraya mengakui kerja kontra-inteligen mereka yang sangat canggih.

Pada bulan September lalu situs berita Al-Manar mempostingkan dua artikel bersambung berjudul “Is Lebanon Going to Be Theater for New US Tragedy?” yang memaparkan keagalan CIA di Lebanon dan Timur Tengah serta bukti-bukti terjadinya perang inteligen antara CIA melawan Hizbollah.



Sumber:
"CIA Acknowledges “Setbacks” in Lebanon"; Mohamad Shmaysani; almanar.com.lb; 13 Desember 2011

No comments: