Friday 9 December 2011

KEBOHONGAN BESAR KAMPANYE ANTI-NARKOBA


Hampir semua negara di dunia terlibat dalam pertempuran sporadis, sebagian lainnya sistematis, melawan narkoba. Indonesia pun tidak ketinggalan dalam peperangan itu dengan membentuk lembaga khusus anti-narkoba setingkat kementrian. Amerika jauh-jauh hari telah membentuk DEA (Drugs Enforcement Agency), lembaga yang dalam film-film Hollywood digambarkan sangat "super". Pemerintah Mexico kini bahkan terlibat dalam perang brutal melawan kartel-kartel narkoba yang selama beberapa tahun terakhir telah menewaskan ribuan warganya termasuk ratusan aparat keamanan terbaik mereka.

Namun semua itu seolah tidak berpengaruh banyak. Produksi dan distribusi obat-obatan terlarang justru semakin tinggi dari tahun ke tahun. Dari itu saja kita seharusnya sudah bisa bertanya: ada apakah gerangan kalau tidak karena konspirasi global? Dan inilah faktanya.

Sebelum Amerika menyerbu dan menduduki Afghanistan tahun 2001, Afghanistan sama sekali bukan negara produsen opium, bahan dasar heroin, morphin dan berbagai obat terlarang lainnya. Meski tanahnya subur sebagai penghasil opium dan Afghanistan telah lama dikenal sebagai penghasil utama opium global, regim Taliban telah berhasil menumpas produksi opium ini hingga ke titik nyaris nol. (Baca di sini: http://news.google.com/newspapers?n…)

Namun kondisi terbalik 180 derajat setelah kedatangan Amerika. Afghanistan kini menghasilkan 92% produksi opium dunia. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata aparat keamanan dan inteligean Amerika-lah yang menjadi distributor utama bisnis bernilai ratusan miliaran dollar setahun ini.

Menurut laporan United Nations Drug Control Program (UNDCP), dalam waktu setahun saja setelah dikuasai Amerika, produksi opium Afghanistan meningkat 657 persen pada tahun 2002.

Sementara itu The New York Times pernah melaporkan bahwa saudara kandung presiden Hamid Karzai yang bernama Ahmed Wali Karzaihad, adalah agen bayaran CIA selama setidaknya 8 tahun sebelum laporan tersebut muncul ke publik tahun 2009. Wali Karzai-lah yang menjadi tangan kanan Amerika dalam mengembalikan produksi opium ke Afghanistan.

“Perdagangan obat terlarang di Afghanistan, dilancarkan oleh CIA sejak awal dekade 1980-an, terus berlanjut dengan perlindungan inteligen Amerika dengan bekerjasama dengan pasukan NATO dan militer Inggris,” tulis Prof. Michel Chossudovsky dalam laporan tahun 2007 report, sebelum terbongkarnya kedok Wali Karzai sebagai agen CIA. "Keuntungan dari bisnis miliaran dolar ini didepositokan pada beberapa bank Amerika dan Eropa.(www.thirdworldtraveler.com/A…).

Namun seperti biasa, media memainkan peran sebagai "pengalih perhatian" atau "penyesatan informasi". FOX News, sebagai contoh, pada tahun 2010 menyiarkan program dokumenter yang mengklaim para personil militer Amerika telah bertindak sebagai "pelindung" bisnis obat terlarang untuk "membuat warga lokal senang" dan "menghindari resiko keamanan". Tidak lupa Fox mengklaim bahwa para produkdi dan perdagangan obat terlarang itu dilakukan oleh Taliban.

Maka beginilah ironi yang terjadi di Amerika. Saat ribuan warganya meregang nyawa, atau ribuan lainnya yang tumbuh menjadi "manusia tak berguna", dan ribuan rumah tangga berantakan karena obat-obatan terlarang, aparat militer dan inteligen mereka, tentu saja atas perintah atasan tertingginya, menjadi produsen dan distributor opium Afghanistan.


Ref:
"War on drugs revealed as total hoax"; Ethan A. Huff; Natural News; 30 November 2011

No comments: