Monday, 19 March 2012
LEBANON, NEGARA YANG TIDAK "BERSEJARAH"
"Negara yang tidak mempunyai sejarah tidak akan mempunyai masa depan," kata Perdana Menteri Lebanon Najib Miqati terkait penerbitan buku sejarah Lebanon baru resmi pemerintah baru-baru ini. Pada saat yang sama di berbagai tempat di Lebanon terjadi kerusuhan antara aparat keamanan dengan kelompok-kelompok yang menentang isi dalam buku sejarah tersebut.
Ya, menulis buku sejarah merupakan hal yang paling sulit dilakukan di Lebanon, negeri yang selama periode tertentu dipenuhi dengan kekacau-balauan, pembunuhan, pengkhianatan dan tindak kekerasan yang luar biasa. Negeri yang pernah dipimpin oleh orang-orang yang mencapai tujuan politiknya dengan melakukan pembunuhan brutal lawan-lawan politiknya. Sebut saja misalnya Presiden Bashir Gemayel yang membunuh rival politiknya, Tony Franjieh beserta anak dan istrinya dan kemudian membuat perjanjian damai dengan Israel setelah negeri zionis itu menduduki separoh wilayah Lebanon dan baru saja membunuhi ribuan rakyat Lebanon. Atau Samir Geagea yang membunuh PM Rashid Karami tahun 1987 dan politisi Dany Chamoun beserta anak-anak dan istrinya tahun 1978.
Bashir Gemayel memang telah tewas karena ledakan bom hampir 30 th lalu (diduga dilakukan oleh inteligen Syria yang kala itu terlibat perang melawan Israel di Lebanon), namun faksi politiknya, Phalangist, masih eksis sampai saat ini dan sempat menjadi bagian dari koalisi pemerintah sebelum pemerintahan sekarang. Samir Geagea bahkan masih hidup dan menjadi salah satu politisi berpengaruh di Lebanon saat ini. Ia pun menjadi bagian dari koalisi pemerintahan sebelum pemerintahan sekarang. Geagea telah divonis hukuman mati, namun sistem hukum yang lemah membuatnya tetap "eksis".
Perlu dicatat di sini bahwa politik benar-benar menjadi "panglima" di Lebanon dan opportunisme menjadi kebiasaan. Maka tidak heran jika Samir Geagea bisa menjadi bagian dari pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh perdana menteri dari kelompok muslim Sunni, meski ia adalah pembunuh dari Rashid Karami, seorang pemuka muslim Sunni. Sebaliknya Bashir Gemayel dan Geagea tidak peduli jika yang mereka bunuh (Tony Franjieh dan Dany Chamoun) adalah sesama orang Kristen sebagaimana mereka.
Beruntung di Lebanon kemudian muncul gerakan Hizbollah yang kini menjadi kekuatan politik dan militer paling tangguh dan suka atau tidak suka telah menjadi penjaga "keseimbangan politik" Lebanon, terutama berkat keberhasilannya "menendang pantat" Israel hingga harus hengkang dari Lebanon. Kini tidak ada faksi politik yang berani melakukan langkah radikal seperti pembunuhan dan aksi-aksi kekerasan lain tanpa memperhitungkan kekuatan Hizbollah. Sehingga Geagea pun tidak berani mengulangi aksi brutal menyerang Gereja "Our Lady of Deliverance" hingga menewaskan 11 jemaah tak berdosa tahun 1994, meski ia kini tengah terlibat pertikaian dengan pemimpin gereja Maronite Patriah Beshara al-Rahi terkait krisis Syria. Tidak seperti pendahulunya Patriah Nasrallah Sfeir yang anti-Syria, Rahi adalah pendukung presiden Bashar al Assad, sementara Geagea dalah musuh Syria.
Namun tetap saja Geagea masih bisa mengirim ratusan orang berdemo menentang buku sejarah yang menyebutkan lembaran hitam hidupnya.
Sebuah ironi. Lebanon, tempat berkembangnya kebudayaan-kebudayaan besar dunia, kesulitan menuiskan sejarahnya sendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment