Wednesday 13 July 2016

Perang Aleppo Masih Jauh dari Akhir

Indonesian Free Press -- Penarikan sebagian kekuatan militer Rusia di Suriah karena 'tipuan' blok Amerika-Turki-Saudi dengan dalih menghormati gencatan senjata dan perundingan damai, harus dibayar mahal oleh blok Suriah-Rusia-Iran.

Pada saat Rusia mengurangi intensitas serangan, Amerika, Turki, Saudi, Qatar, Yordania hingga Inggris dan Perancis diam-diam menggelontorkan senjata-senjata canggih dan ribuan teroris untuk para pemberontak. Akibatnya, selain jatuhnya korban di pihak Rusia, pasukan Suriah, Iran, Hizbollah dan milisi-milisi Irak, Afghanistan dan Pakistan pendukung regim Suriah harus menanggung beban hebat di medan perang.

Seperti dilaporkan Robert Fisk di the Independent, Selasa (12 Juli), kerugian besar harus dialami oleh pasukan Garda Revolusi Iran dan sekutu-sekutunya dalam pertempuran di Aleppo.

"Anda tidak lagi bisa tidur nyenyak di Aleppo saat ini. Tembakan-tembakan tank dan artileri di sekitar kota ini sudah seperti di medan perang sesungguhnya. Dua tahun lalu bagian barat kota ini dikepung oleh kelompok al Nusra dan Isis. Kini, sebaliknya para pemberontak itulah yang terkepung oleh pasukan Mayor Jendral Suheil al-Hassan yang telah bertempur selama tiga minggu untuk memotong jalur suplai pemberontak ke Turki. Dengan tank-tanknya yang hanya berjarak kurang dari setengah mil dari Jalan Castello, sehingga bisa memotong jalan raya dengan tembakan-tembakan artileri, Brigade “Tiger” yang dipimpinnya terlibat pertempuran brutal melawan Isis dan al Nusra di sekitar Desa Malah.

Namun di tempat lain di utara Aleppo, al Nusra telah membuktikan ketangguhannya melawan pasukan Assad dan sekutu-sekutunya. Di barat-daya Aleppo, pasukan Garda Revolusi Iran dipukul mundur dari garis depan medan perang memperebutkan jalan raya Aleppo-Hama , kehilangan 13 personilnya. Sekutu Iran, milisi Hazara dari Afghanistan juga kehilangan 6 personilnya dan sisanya melarikan diri dari pertempuran. Sekitar 26 orang Irak yang bertempur bersama Iran juga tewas bersama sejumlah milisi Irak yang tertangkap.

Kehilangan lebih besar dialami pasukan Suriah yang telah kehilangan hingga 62.000 prajurit selama 5 tahun peperangan, ada sejumlah laporan di Aleppo bahwa seratus kadet Suriah tewas dalam satu pertempuran di Khan Touman, Eiees dan Al-Hader," tulis Fisk dalam laporannya itu.

Menurut Fisk, kelompok al Nusra kini tampak jauh lebih tangguh, bahkan melebihi kelompok ISIS, berkat gelontoran bantuan senjata canggih dari Amerika dan kawan-kawan khususnya Qatar.

Sementara itu Fisk juga melaporkan tentang offensif yang dilancarkan oleh pasukan Jendral Mohamed Dib ke wilayah provinsi Raqqa ke pangkalan udara Tabqa di selatan kota Raqqa yang menjadi ibukota kelompok ISIS. Dua tahun lalu pangkalan ini jatuh ke tangan ISIS diikuti dengan 'pertunjukan' eksekusi terhadap 160 prajurit Suriah yang mempertahankan pangkalan ini.

Ketika baru saja berhasil menguasai ladang minyak Fayan, tiba-tiba saja pasukan Jendral Dib mendapat serangan mengejutkan dari segala arah dari Deir ez-Zour, Mansoura, Atnan dan Tabqa. ISIS menggunakan pembom-pembom bunuh diri yang berusaha menabrakkan kendaraan-kendaraan lapis baja yang berisi bom ke arah pasukan Dib.

"Prajurit-prajurit saya menghancurkan 15 kendaraan, tank-tank dan BMP (pengangkut pasukan) berisi bom-bom di dalamnya. Dalam situasi ini kami harus mempertahankan diri dari tiga arah serangan. Mereka berusaha mengepung kami,” kata Jendral Dib.

Kehilangan 32 prajuritnya, Jendral Dib berhasil menewaskan puluhan gerilyawan pemberontak, sebagian berasal adalah orang-orang Uighur Cina.

Setelah pertempuran sengit ini, Fisk menyimpulkan bahwa Suriah akan meninggalkan rencana merebut Raqqa dan mengalihkannya ke Deir Azzour dimana pasukan Suriah tengah bertahan dari kepungan musuh. Namun ia terkejut karena Jendral Dib berkata tegas:

"Kami akan merebut keduanya (Raqqa dan Deir Azzour)!"(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Selma sponsor pemberontak msh ad, Suriah akn trus membara..