Saturday 9 July 2016

Diduga Kuat Saudi Pelaku Serangan Madinah

Indonesian Free Press -- Pemerintah kerajaan Saudi diduga kuat menjadi pelaku serangan di Madinah dan dua kota penting lainnya di Saudi Arabia awal pekan ini. Demikian analisa wartawan senior Palestina Abdel Bari Atwan.Seperti dilaporkan Press TV, Sabtu (9 Juli), dalam editorial media yang dipimpinnya, 'Rai al-Youm' Atwan menuduh Saudi merancang dan melakukan sendiri serangan di Madinah, Qatif dan Jeddah, hari Senin (3 Juli), Sabtu 9 Juli untuk mengesankan Saudi sebagai korban keganasan ISIS.

Hal ini sekaligus untuk membungkam pandangan publik dunia yang percaya bahwa Saudilah yang menjadi sponsor utama teroris ISIS. Dengan alasan ini, Saudi memiliki alasan untuk menjalankan agenda politiknya bersama sekutu utamanya, Amerika.

Sejumlah orang, terutama aparat keamanan, tewas akibat serangan bom di dekat markas keamanan Masjid Nabawi di Madinah, Senin (3 Juli). Serangan terjadi menyusul serangan lainnya di sebuah masjid Shiah di Qatif dan konsulat Amerika di Jeddah.

Sementara pemerintah Saudi menuduh ISIS sebagai pelaku serangan, kelompok ini tidak mengklaim sebagai pelakunya sebagaimana serangan-serangan teroris lain yang dilakukannya, seperti serangan di Belgia, Perancis dan Bangladesh. Hal ini memperkuat tuduhan tersebut.

"Sehingga, demi membantah kritikan dan untuk menggambarkana dirinya sebagai pihak yang tidak bersalah, Riyadh kemungkinan telah merancang serangan-serangan bom ini agar bisa berkata, sebagaimana negara-negara lainnya, telah menjadi korban serangan teror Daesh (ISIS),” tulis Atwan.

Jurnalis senior Palestina itu lebih jauh menyinggung kunjungan Menlu Saudi Adel al-Jubeir ke Washington, segera setelah terjadi serangan. Di Amerika, Jubeir pun menawarkan 'pasukan darat' kepada Amerika untuk memerangi ISIS di Suriah.

Riyadh telah berkali-kali membujuk Amerika untuk mendukung rencananya mengerahkan pasukan darat ke Suriah untuk menumbangkan pemerintahan Bashar al Assad, namun dengan dalih memerangi ISIS. Namun sejauh ini tawaran itu ditolak Amerika. Dengan serangan ini, Saudi memiliki tambahan alasan untuk membujuk Amerika.

Atwan menyebutkan bahwa Menlu Amerika John Kerry mengatakan kepada Jubeir bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan tawaran Saudi itu.

Spekulasi kuat lainnya yang beredar adalah bahwa serangan tersebut dirancang oleh Deputi Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Pangeran Mohammad bin Salman untuk menyingkirkan saingannya, Putra Mahkota Pangeran Nayef yang menjadi Mendagri dan penanggungjawab keamanan internal Saudi Arabia. Serangan itu telah mendelegitimasi Pangeran Nayef secara telak, sekaligus menjegal peluangnya menjadi Raja Saudi mendatang dan membuka jalan bagi Pangeran Mohammad bin Salman untuk melenggang sebagai raja.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Saudi tak pernah kapok mengorbankan rakyat sendiri? Tk kapok dipermalukan pejuang Yaman? Tak kapok dituding sbg dalang Isis. Dan kini ttp ngotot menyerbu Suriah. Allah Maha Adil