Indonesian Free Press -- Pada 31 Agustus lalu pasukan koalisi Suriah yang didukung angkatan udara Rusia berhasil merebut wilayah Qarasi, sebagian besar wilayah Al Amiriya dan bukit stategis Tal Al Sanoubrat, mengusir kelompok Jaish al-Fatah yang berada di antara Khan Tuman dan perkampungan Ramouseh Neighborhood di Aleppo. Sehari kemudian jalan yang menghubungkan Khan Tuman dan perkampungan Ramouseh itu berhasil dikuasai sepenuhnya oleh Suriah hingga ke bukit Um Qara.
Dalam operasi itu pasukan Suriah bersama Hezbollah menghancurkan sekitar 20 kendaraan perang pemberontak yang hendak memberikan bantuan suplai dan amunisi ke Ramouseh. Demikian seperti dilaporkan South Front-Veterans Today kemarin (2 Agustus). Menurut laporan itu sebanyak 50 pasukan koalisi pemerintah Suriah tewas, sementara pihak lawannya mencapai 100 militan tewas. Sebagian korban pemberontak yang tewas itu disebabkan oleh pemboman pesawat-pesawat Rusia.
Pasukan pemerintah Suriah dan koalisinya juga berhasil merebut kembali wilayah Souq al-Jibs sehingga memungkinkan pasukan pemerintah memberikan ancaman terhadap posisi pemberontak di proyek pembangunan Apartmenet 1070. Pada saat yang sama pasukan Suriah dan Hizbollah juga berhasil merebut Pangkalan Teknik Angkatan Udara. Menyusul keberhasilan itu, pasukan pemerintah bergerak maju ke arah Pangkalan Artileri Ramouseh.
Pembebasan Pangkalan Teknik Angkatan Udara memiliki arti penting karena memberikan menambah daya pemutus hubungan jalur yang menghubungkan Khan Tuman dan mengancam setiap upaya pemberontak untuk memberikan bantuan ke posisi-posisi mereka yang terkepung.
"Secara umum, perkembangan terakhir di Aleppo ini bisa disebut sebagai keberhasilan taktis pasukan pemerintah yang bisa mengarah pada kemenangan strategis di wilayah ini," tulis laporan itu.
Sementara itu pesawat-pesawat tempur Rusia terus melancarkan pemboman terhadap posisi pemberontak kelompok Jaish al-Fatah di Provinsi Idlib, yang menjadi basis pemberian bantuan bagi pemberontak di Aleppo. Serangan Rusia itu menghancurkan perlengkapan dan sumber daya manusia pemberontak di Taftanaz, Binnish, Sarmeen, Ariha, Saraqib, dan Jisr Al-Shughour dan sepanjang jalan antara Saraqib ke Aleppo. Sejumlah saksi mata menyebutkan setidaknya 2 konvoi pemberontak dihancurkan oleh pesawat-pesawat Rusia dan menewaskan sekitar 50 militan.
Di sisi lain, pemberontak melakukan offensif baru di wilayah Hama, terutama di kota Ma’an. Pertempuran sengit dikabarkan terjadi di kota ini.
Pemberontak Tinggalkan Daraya-Damaskus
Sementara itu media independen Voltaire.net melaporkan, 30 Agustus lalu, bahwa para pemberontak disertai 4.000 warga sipil di kota Daraya di Provinsi Damascus, telah menerima kesepakatan rekonsiliasi, dimana para pemberontak harus meninggalkan kota ini dan menyerahkan senjatanya.
Para anggota militan dan keluarganya diangkut dengan bus ke Provinsi Idlib, sementara warga sipil lainnya bersama 700 pemberontak yang memilih amnesty, ditempatkan di wilayah Damaskus. Ini menyusul keberhasilan pasukan Suriah memasuki kota ini pada 27 Agustus silam.
"Para pemberontak menyerahkan senjata berat dan menengah mereka, sedang yang dipindahkan ke Idlib hanya dibolehkan membawa senjata jinjing," tulis Voltaire.net.
Sejak serangan besar-besaran pemberontak ke Damaskus pada bulan JUli 2012, Daraya menjadi basis penting pemberontak di Provinsi Damaskus. Namun setelah pasukan Suriah mengepung Moadamiyyat al-Cham pada bulan Juli lalu, para pemberontak dan para penasihat militer dari negara-negara barat menjadi terancam dan memaksa mereka menerima tawaran amnesty dan penyerahan senjata.
Jatuhnya Daraya ke tangan pemerintah sekaligus mengakhiri Perang Ghouta Timur, yang pernah diwarnai insiden serangan senjata kimia yang menggemparkan dunia.(ca)
No comments:
Post a Comment