Indonesian Free Press -- Suriah mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat tempur dan drone Israel di selatan negara itu, Selasa kemarin (13 September). Penembakan terjadi setelah Israel melakukan serangan atas Suriah di Dataran Golan. Demikian sejumlah media internasional melaporkan kemarin.
"Pertahanan udara kami berhasil menahan serangan Israel dan menembak jatuh pesawat Israel di Provinsi Quneitra, dan juga sebuah drone Israel," demikian pernyataan Kemenhan Suriah, seperti dilaporkan Veterans Today kemarin.
Menurut Suriah, penembakan pesawat Israel itu terjadi pada pukul 01.00 waktu setempat pada hari Selasa, sebagai respon atas serangan Israel terhadap posisi-posisi Suriah di Dataran Golan.
Insiden ini terjadi hanya berselang beberapa jam setelah berlakunya gencatan senjata yang dimediasi oleh Rusia dan Amerika, sehari sebelumnya.
Israel membantah klaim Suriah tersebut, meski mengakui pesawatnya ditembak oleh rudal-rudal Suriah dalam misi militer di Suriah.
"Dua rudal anti-pesawat ditembakkan dari Suriah setelah misi dinihari terhadap posisi-posisi artileri Suriah. Tidak ada kerusakan apapun terhadap pesawat-pesawat tempur kami," kata militer Israel.
Beberapa jam sebelumnya, Israel mengklaim sebuah “projectile” atau bom artileri ditembakkan dari wilayah Suriah ke wilayah Israel. Sebagai respon, Israel pun melancarkan serangan udara ke posisi asal proyektil tersebut di wilayah Golan, Suriah.
Meski sebagian besar Dataran Golan telah diduduki Israel sejak perang tahun 1967, wilayah sisanya di Suriah menjadi ajang pertempuran sengit antara Suriah dan pemberontak, terutama dari kelompok Al Nusra yang kini mengubah nama menjadi Jabhat Fateh al-Sham.
Insiden tembak-menambak Israel-Suriah di Golan ini telah menjadi peristiwa ke-4 sejak 4 September lalu, demikian jubir militer Israel mengakui.
Suriah Bergerak Maju di Latakia, Pemberontak Menyerah di Idlib
Sementara itu Veterans Today juga melaporkan bahwa pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya berharil bergerak maju dengan menguasai sebagian besar wilayah yang diduduki pemberontak di Provinsi Latakia. Di sisi lain, pemberontak juga bersedia menyerahkan posisi terakhir mereka di Homs dengan diijinkan pergi ke wilayah lain di utara Homs.
"Pada 9 September, Syrian Arab Army (SAA), Brigade Elang Gurun, Marinir, dan milisi Syrian Social Nationalist Party (SSNP) memulai serangan penuh terhadap posisi Jabhat Fateh Al-Sham (sebelumnya bernama Jabhat Al Nusra) dan Jaish al-Fatah di Provinsi Latakia. Serangan itu didukung penuh oleh pesawat-pesawat pembom Suriah dan Rusia, menyusul laporan bahwa sebanyak 1.000 kadet marinir Suriah telah menyelesaikan pelatihan selama 6 bulan dengan bimbingan Rusia, dan telah dikirim ke garis depan di Latakia," tulis laporan itu.
Pada 12 September, pasukan loyalis pemerintah Suriah berhasil merebut sejumlah wilayah di utara Latakia dan mengusir para pemberontak dari Pegunungan Al-Ra’i yang stragegis. Dengan menguasai pegunungan ini, pasukan Suriah mendapatkan keleluasaan untuk mengawasi wilayah Provinsi Idlib dan kota Kabani yang penting posisinya.
Pasukan pemerintah juga menggempur wilayah pinggiran Kabani, Tal Haddadeh, dan Jabal Tufahiyah dan berhasil merebut Jabal Hassan Al-Ra’i dan Jabal Al-Tufahiyah. Namun mereka gagal menguasai penuh kota Kabani.
"Upaya-upahya lain akan dilakukan untuk merebut Kabani dalam waktu dekat ini," tambah laporan itu.
Sementara itu sejumlah laporan menyebutkan bahwa pemberontak bersedia meninggalkan pertahanan terakhir mereka di Distrik Homs, yaitu wilayah Al-Wa’er, dan menyerahkannya kepada pasukan pemerintah. Sebagai imbalan, sekitar 300 pemberontak diijinkan pergi dengan membawa keluarga dan senjata jinjing ke utara Homs.(ca)
No comments:
Post a Comment