Beberapa elemen masyarakat telah mereka jadikan kontraktor politik kekuasaan..Isu yang mereka gunakan tetap tidak berubah dari skenario awal kekuatan hegemoni internasional, yaitu "bahaya Islam Radikal", "Intoleran", "Negara Islam", dan lainnya. Lebih kekinian mereka isukan dalam kontek kita "Indonesia akan disuriahkan"..
Beberapa elemen itu mereka tanam di kalangan, NU Gus Durian untuk menjadi liberal dan di Syiah, misalnya untuk menjadi syia pahlevi..
Ciri-ciri gus durian liberal dan syia Pahlevi itu ;
- Bukan ngurusin masalah rakyat tetapi adu domba mereka soal isu mazhab dan bahaya radikalisme agar yang untung penjajah/ kekuasaan.
- Memberi jalan terpenuhinya kepentingan hegemoni penjajah/kekuasaan..
Kita harus waspada, karena isu bahaya radikalisme agama ini akan diperkuat operasi intelijen "bendera palsu" dengan target "penguatan isu"..Di Suriah, Irak, Lebanon terbukti..
Terbunuhnya Rafiq Hariri, Perdana Menteri Lebanon (tokoh Sunni) tidak lepas dari skema memunculkan gerakan perlawanan "tuntut balas" dan akhirnya gerakan tuntut balas ini sengaja disusupi elemen kontraktor politik yang bekerja untuk menguatkan adu-domba sektarian di Lebanon.
Peristiwa 9/11 adalah contoh terbaik tentang betapa mahalnya investasi teror untuk menciptakan framing dan profiling. Hasilnya sesudah itu, dunia lalu lintas keuangan dikendalikan oleh Barat dan Proxynya China, sementara Muslim di'ikat' sehingga tidak leluasa dalam perdagangan dan transaksi keuangan baik nasional maupun internasional.
Usai peristiwa 9/11 dunia perdagangan dan keuangan di Indonesia dibajak dan diambil alih setelah 'serikat dagang Islam' mengalami kemunduran dan kebangkrutan. Itulah yang menjelaskan sejarah lahirnya Pakto di bidang keuangan yang memfasilitasi raibnya asset negara antara lain melalui perampokan BLBI. Perampokan besar besaran itu terjadi setelah dunia perbankan dan keuangan relatif dikuasai asing. sementara pribumi yang Islam tersingkir dari dunia ekonomi dan perdagangan sistemik di Indonesia.
Setelah Mulimin terikat dan lumpuh, asset nasional berpindah ke asing dan aseng, kemudian mereka ingin rebut pusat pusat kendali politik.
Kemudian ketika Habib Rizieq Shihab memasuki wilayah itu dengan bahasa keadilan, maka mereka panik, karena Habib Rizieq Shihab tidak lagi 'bermain' di wilayah agama syariah yang mereka inginkan, tetapi sudah masuk menggedor dinding dinding bangunan kepongahan dan dominasi materialisme mereka.
Pernyataan Habib Rizieq Shihab di Masjid Sunan Ampel, dan di beberapa tempat dengan lantang menyebutkan, bahwa perjuangan kami, bukan sekedar Pilkada DKI, namun perjuangan melawan konglo hitam dan "master mind" di belakangnya..
Posisi Habib Riziek itulah yang membuat mereka panik dan kemudian mengerahkan semua sumberdaya caci maki dan pembunuhan karakter terhadap Habib Rizieq.(***)
Keterangan: dicopas dari status A Uwais Alatas di Facebook.
No comments:
Post a Comment