by Zeng Wei Jian
Indonesian Free Press -- Ada yang ngga beres dari badai karangan bunga galau Ahoker. Penulis Trijon Aswin mensinyalir ada proyek membenturkan TNI vs Polri. Ngeri bila itu benar. Ngeri banget. Polisi bukan tandingan TNI. Sekali sapu, berantakan.
Ahoker memang rada edan. Mereka ngga sadar sedang dijadikan umpan. Upaya memberangus TNI pernah dirilis PKI. Mereka hendak mendirikan militer versi sendiri. Buruh Tani dipersenjatai. Jadi angkatan kelima. Minimal mereka ingin gantikan TNI dengan Red Army ala Soviet atau People's Liberation Army (PLA) seperti di Tiongkok.
Peta modern, komunis bersetubuh dengan taipan. Bersekutu dengan liberalis, sekular, minoritas tamak, aliran sesat, parpol merah, klub moderat, oknum aparatus kekerasan negara dan preman. Rame-rame mereka pro Ahok.
Mereka ingin dirikan negara versi mereka. Minimal bubarkan NKRI. Koyak persatuan dengan kedok kebhinekaan. Sandungan mereka adalah TNI dan Umat Islam.
Batu sandungan ini mesti dilemahkan. Islam diadu-domba. Dipecah jadi Islam Moderat vs Radikal. Hantu ISIS dibawa. Supaya masyarakat dan minoritas takut. Fenomena tumbangnya Ahok diacak, diblur, dan direkayasa sebagai antagonisme Islam terhadap minoritas. Mereka dihipnotis sehingga percaya Ahok kalah karena SARA. Padahal, Ahok kalah disebabkan keliru stratak, kalkulasi dan metodologi.
Kaum myopic terpengaruh. FPI jadi target. Kyai Sobri Lubis diserang di Kalbar.
Proyek pelemahan TNI semakin kebaca. Secara simultan, mereka hendak adu domba TNI-Polri. Mereka tau tiang utama keutuhan negara sekarang ini adalah TNI-Polri. Mereka mau kerdilkan TNI. Caranya mudah, serang Panglima TNI. Bertubi-tubi. Tersistematis dan masif. Pake isue sok akademis dan ngawur. Impartial dan Hendardi dipasang.
Mereka ingin Panglima TNI yang ganas dan bersedia menghabisi kekuatan Islam. Seorang panglima yang bisa distir dan dikontrol. Karena itu mereka mencari Panglima TNI "anak mama" atau Panglimanya partai politik.
Itu tidak mereka lihat pada Jenderal Gatot Nurmantyo. Mereka kecewa. TNI tetap kompak dengan Polri. TNI tetap bersatu dengan rakyat.
Guna menjaga suhu panas, mereka dorong aksi ngawur karangan bunga. Ada dua target yang hendak mereka raih.
Pertama, mereka tau aksi ini bikin masyarakat muak. Itu yang mereka inginkan. Provokasi. Memancing amarah publik muslim dan Pro Anies Sandi. Kedua, memantapkan kepercayaan diri minoritas. Mereka semakin merasa benar dan jago ketika Mabes Polri tidak keberatan dibanjiri karangan bunga. Polri semestinya netral. Bunga itu, suka atau tidak, telah jadi simbol politik.
Pengusiran Kyai Sobri Lubis merupakan imbas dari kepedean ngawur sekaligus provokasi.
Disintegrasi bangsa akan terjadi. Bila muslim terpancing menyerang balik. Kebetulan Gubernur Cornelis non muslim. Perang Dayak-Melayu bisa pecah. Islam vs Non Muslim. Mayoritas mengganyang minoritas. NKRI bisa bubar. Bila Borneo konflik, daerah lain akan ikut. Tionghoa ahoker akan ditumpas. Minoritas kocar-kacir. Indonesia jadi historis.
Itukah yang mereka inginkan via karangan bunga?
THE END
No comments:
Post a Comment