Tuesday 11 November 2008

Jangan Berharap Banyak pada Obama


“Tuan-tuan, saya punya banyak orang yang telah mengawasi Anda sejak lama, dan saya diyakinkan bahwa Anda telah menggunakan dana-dana di bank Anda untuk mempermainkan harga bahan makanan negeri ini. Jika Anda untung, Anda membaginya di antara Anda sendiri. Dan jika kalah, anda membebankannya kepada masyarakat. Anda mengancam jika kami menarik dana kami dari bank-bank Anda dan menolak UU perbankan maka sepuluh ribu keluarga akan menderita karenanya. Itu mungkin saja benar, tapi itu adalah dosa Anda, bukan kami. Sebaliknya jika saya membiarkan Anda, maka 50 ribu keluarga Amerika akan menderita, dan itu akan menjadi dosa saya. Saya katakan kepada Anda, dan dengan rahmat Tuhan saya akan menghancurkan Anda."
(Presiden Andrew Jackson dalam sebuah acara diskusi dengan delegasi perbankan membahas Bank Renewal bill, 1832)

Pernyataan terkenal dari seorang negarawan Amerika di atas adalah untuk menunjukkan bahwa kondisi Amerika saat ini adalah sama persis dengan apa yang dikhawatirkan negarawan itu. Dengan hutang negara yang mencapai 11 triliun dolar dan ratusan ribu miliar dolar (ribuan triliun rupiah) bunga yang dibayar setiap tahun tanpa pernah mampu melunasi hutang pokoknya, rakyat dan pemerintah Amerika telah menjadi budak para kapitalis yang menguasai seluruh sendi ekonomi, politik, dan sosial Amerika dan Eropa, dan otomatis juga seluruh dunia (Indonesia hanya resultan ke-sekian sehingga kurang menarik untuk dianalisis).

Perlu dicatat bahwa Andrew Jackson, seorang mantan petualang legendaris yang religius, yang tidak pernah takut kehilangan nyawa, berhasil membendung ambisi para kapitalis untuk menguasai Amerika melalui sistem perbankan meski nyaris tewas karena diracun. Penggantinya, Abraham Lincoln, juga memiliki integritas yang sama hingga tewas secara tragis dengan ditembak kepalanya. Dua orang presiden lainnya, Garfield dan McKinley mengalami nasib yang sama dengan Lincoln karena penentangannya atas kekuasaan para kapitalis. (Tulisan terkait baca artikel di blog ini pada label sejarah dengan judul: Para Presiden yang Dibunuh).

Namun pada tahun 1913, saat pengaruh para bankir itu sudah sedemikian kuat dengan menguasai mayoritas kursi legislatif, media massa, universitas, bisnis, LSM, hingga aparatus pemerintah, seorang presiden yang kurang integritas, Woodrow Wilson, mengesahkan UU Bank Sentral yang memberikan otoritas moneter yang super eksklusif kepada sekelompok kapitalis swasta. Dengan kekuasaan itu mereka berhak yang mencetak uang kertas tanpa jaminan cadangan emas, menentukan suku bunga, menentukan inflasi/deflasi melalui mekanisme jumlah uang beredar. Kebijakan turunannya adalah menentukan berapa besar hutang dan bunganya yang harus disetor rakyat dan pemerintah Amerika kepada para bankir kapitalis, termasuk di dalamnya UU bailout yang baru disyahkan awal Oktober lalu.

Dengan dominasinya, para kapitalis menyetir kebijakan ekonomi-politik Amerika ke arah yang sedemikian rupa sehingga Amerika semakin tergantung kepada mereka. Peperangan-peperangan, defisit APBN dan bailout adalah sebagian kecil kebijakan politik ekonomi yang didiktekan para kapitalis tersebut kepada pemerintah Amerika untuk membuat pemerintah dan rakyat Amerika semakin tergantung sekaligus menjadi mesin uang yang tidak terbatas bagi mereka.

Inilah sebenarnya permasalahan mendasar bagi Amerika dan tata dunia global saat ini. Dominasi para kapitalis (orang-orang yang orientasi hidupnya hanya menumpuk uang tanpa peduli rakyat menderita) atas Amerika dan Eropa serta organisasi-organisasi internasional seperti PBB, Uni Eropa, NATO, NAFTA, WTO, telah membuat dunia selama 1 abad terakhir terus-menerus dilanda peperangan dengan intensitas dan ekstensitas yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah.

Lalu lihatlah bagaimana rakyat Amerika dan dunia mengelu-elukan Barrack Obama, bagaikan seorang messiah pembawa keadilan dan kesejahteraan yang telah lama ditunggu kedatangannya. Obama pun menyambut harapan itu dengan membuat retorika yang menghanyutkan impian masyarakat. Katanya dalam salah satu kampanye: “kita tidak akan membiarkan Wall Street (merujuk para pelaku bisnis keuangan) untung sementara Main Street (merujuk rakyat kebanyakan) menderita.” Dalam kampanye lainnya ia mengatakan: “Besok Anda semua dapat menghentikan kebijakan yang memihak kepada ketamakan dan ketidakpedulian Wall Street.”

Namun bagaimana mungkin orang yang untuk kampanye saja sudah harus berhutang kepada para kapitalis sektor keuangan dapat diharapkan melalukan perubahan berarti? (Para pengusaha sektor keuangan Amerika menyumbang $11 juta untuk kampanye Obama, Kompas 9 November 2008). Untuk isu-isu luar negeri yang sangat krusial seperti isu terorisme, Perang Irak dan Afghanistan serta hak-hak rakyat Palestina saja Obama tidak memiliki visi yang jelas. Dalam hal ini jauh-jauh hari Obama bahkan telah mendeklarasikan dukungannya tanpa reserve kepada Israel. Dan kebijakan pro-Israel semakin kukuh setelah ia menunjuk Rahm Emanuel sebagai kepala staff Gedung Putih. Rahm memiliki kewarganegaraan ganda Amerika-Israel (meski secara resmi dibantah oleh pemerintah kedua negara), veteran angkatan bersenjata Israel dan anak seorang anggota kelompok teroris Israel Irgun. Namanya me-refer kepada seorang teroris Yahudi yang membunuh utusan PBB untuk Palestina Count Bernadotte pada masa perang pembentukan negara Israel.

Kemudian dalam masalah isu senjata nuklir Iran, Obama, hanya beberapa hari setelah pemilihannya, menyatakan akan menghentikan program senjata nuklir Iran. Saya tekankan disini bahwa masalah ini hanyalah isu karena Iran adalah anggota IAEA yang program nuklirnya tidak ditujukan untuk membuat senjata dan selalu dalam pengawasan organisasi. Selain itu dinas-dinas inteligen Amerika sendiri sudah menyatakan bahwa Iran tidak terbukti tengah berupaya membuat senjata nuklir. Berbeda dengan masalah senjata nuklir ilegal Israel yang bukan lagi sekedar isu namun sebuah fakta yang lucunya justru diabaikan Obama dan presiden pendahulunya yang gila perang, George W. Bush.

Dan dalam masalah ekonomi Barack tampak semakin jauh dari harapan rakyat. Alih-alih mengedepankan sektor riel sebagai tulang-punggung dan darah bagi ekonomi Amerika yang hancur akibat krisis keuangan akhir-akhir ini, Barack justru mengandalkan para pelaku bisnis keuangan yang telah menyebabkan krisis. Lihat saja orang-orang yang ditunjuk Barack sebagai penasihat ekonomi dan bakal pejabat ekonomi Amerika: Lawrence Summer, Paul Volker, Timothy Geithner, John Corzine, Jamie Dimon, Warren Buffet, semuanya para “pemain lama” bisnis keuangan, para spekulan dan rentenir. Orientasi hidup mereka semuanya adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya, tanpa kerja. Tidak ada pakar ekonomi pertanian, ahli administrasi publik, CEO industri manufaktur, aktivis hak-hak buruh, pakar hukum perdata, aktivis lingkungan, dan aktivis hak-hak konsumen dalam tim ekonomi Obama.

Laurence Summers misalnya, ia adalah mantan pejabat IMF dan Menkeu era Presiden Bill Clinton yang “berhasil” menggolkan UU Modernisasi Jasa Keuangan (Financial Service Modernization Act) tahun 1999 yang melegalkan praktek inside trading dan praktek-praktek kotor bisnis keuangan lainnya. UU itu sekaligus juga mengakhiri peran UU Glass Stagall pada masa krisis (UU yang berhasil mengakhiri Depresi Besar tahun 1930 melalui kebijakan fiskal yang tepat) dan menggantinya dengan kebijakan moneter yang merupakan domainnya para pelaku bisnis keuangan. Padahal UU Glass-Steagall dibuat untuk mencegah korupsi dan praktek-praktek kotor sektor finansial yang berujung pada bangkrutnya ribuan bank menyusul kolapsnya Bursa Saham New York tahun 1929 yang membawa dunia pada Depresi Besar pada tahun 1930-an. Bersama program kebijakan fiskal Presiden FD Rossevelt yang cemerlang, New Deal, UU ini berhasil mengatasi krisis ekonomi yang disebabkan para pelaku bisnis keuangan.
Laurence Summers dikenal sebagai konspirator krisis moneter yang melanda Indonesia dan negara-negara Asia Timur tahun 1997-1998 saat menjadi pejabat IMF, serta musuh para aktifis lingkungan karena mengkampanyekan pembuangan limbah negara maju ke negara berkembang.

Selanjutnya Paul Volker adalah mantan Gubernur Bank Sentral Amerika (The Fed) tahun 1980-an yang memainkan peran penting dalam kebijakan deregulasi sektor keuangan yang mendorong terjadinya kebangkrutan massal perbankan, merger-merger dan akuisisi yang berujung pada krisis keuangan tahun 1987.

Timothy Geitner adalah CEO Bank Central Amerika Cabang New York (institusi keuangan swasta paling berpengaruh di Amerika), mantan pejabat IMF dan staff Kissinger Associates, yang telah banyak berperan dalam kebijakan keuangan Amerika dan dunia.
John Corzine adalah mantan CEO Goldman Sach (sejawat Menkeu Paulson dan Gubernur The Fed Bernanke) yang sekarang menjabat Gubernur New Jersey. Jamie Dimon adalah CEO JP Morgan-Chase. Dan terakhir Warren Buffet adalah bos Berkshire Hathaway, salah satu orang terkaya di dunia karena bisnis spekulasi para uang.

Dan integritas macam apa yang bisa diharapkan dari orang yang latar belakang keluarganya membuat orang yang berakal dan bermoral berkerut keningnya? Baiklah saya jelaskan maksud saya tanpa motif apapun kecuali kebenaran. Obama adalah orang yang lahir dari hubungan gelap seorang wanita kulit putih Amerika dengan seorang laki-laki kulit hitam Kenya. Saat itu ibu Obama masih berumur 17 tahun (dan karena itu perkawinan yang syah tidak mungkin dilakukan di Amerika karena melanggar UU) dan ayah kandung Obama sudah memiliki istri dan anak di kampungnya di Kenya. Kemudian saat Obama masih anak-anak “petualangan” sang ibu terus berlanjut. Ia kawin dengan Soetoro, orang Indonesia yang tengah belajar di Amerika dan melahirkan anak perempuan (saudara tiri Obama), Maya Soetoro.

Orang kristen seperti ibu Obama tentu tidak mengenal kawin siri. Sebagai muslim ayah kandung Obama mestinya juga faham bahwa kawin dengan wanita non-muslim adalah sebuah pilihan terakhir yang buruk. Lalu agama apa yang dianut kedua orang tua dan diri Obama? Dan dalam hal agama Obama memiliki catatan kelam lainnya. Ia pernah menjadi anggota sebuah gereja kristen kulit hitam radikal yang mengajarkan kebencian kepada orang-orang kulit putih.

Konstitusi Amerika memang tidak mempermasalahkan seorang “anak haram” menjadi Presiden, meski di masa lalu pasti menjadi masalah serius. Namun dalam hal tempat kelahiran, Obama sempat menemui masalah. Sebagian publik Amerika meragukan tempat kelahiran Obama (Amerika atau Kenya) sebagaimana disyaratkan konstitusi bahwa presiden Amerika harus lahir di Amerika atau wilayah administrasi Amerika di luar negeri (lawan Obama dari Partai Republik, McCain lahir di Panama yang dahulu masih menjadi wilayah administratif Amerika).

Penulis tidak memiliki pretensi apa pun terhadap Obama. Namun karena Obama telah mendeklarasikan diri sebagai pendukung Israel, maka penulis menganggap Obama sebagai …...bukan teman.

No comments: