Sunday 2 August 2009

Bisnis Kotor Para Rabbi Amerika


Baru-baru ini kepolisian federal Amerika, FBI, menangkap satu jaringan kriminal yang melibatkan para pejabat (termasuk tiga orang walikota, satu orang wakil walikota dan dua anggota DPR) dan beberapa orang rabbi (pemimpin agama yahudi) yang beroperasi di negara bagian New York dan New Jersey. Kejahatan mereka meliputi perdagangan barang-barang palsu dan pencucian uang haram. Namun yang mencengangkan adalah mereka juga memperdagangkan organ tubuh manusia.

Keberhasilan ini merupakan buntut investigasi selama bertahun-tahun para penyidik FBI. Namun perlu menjadi catatan bahwa keberhasilan ini juga berkat informasi yang diberikan oleh Solomon Dwek, seorang yahudi orthodok yang bangkrut dan membutuhkan perlindungan hukum pemerintah.

Perlu menjadi catatan bahwa meski yahudi telah menginfiltrasi seluruh institusi strategis Amerika dan de facto menjadi penguasa Amerika, namun kebanyakan aparat dan birokrat institusi-institusi tersebut bukanlah yahudi sehingga dalam banyak kasus orang-orang yahudi dapat dijerat oleh hukuman. Dalam berbagai kasus sentiman anti-yahudi yang masih cukup kuat di antara aparat negara Amerika menjadi pendorong terbongkarnya kasus-kasus kejahatan yang melibatkan orang-orang yahudi. Namun begitu yahudi menguasai sepenuhnya institusi kehakiman sehingga pada akhirnya kejahatan-kejahatan yahudi, kalaupun terbongkar, hanya mendapat hukuman ringan.

Solomon Dwek, pengusaha real-estate yang bangkrut, menjalani tuntutan hukum pada tahun 2006 karena "menipu" PNC Bank senilai $50 juta. Dwek yang terancam hukuman 30 tahun penjara bersedia menjadi informan FBI untuk membongkar kejahatan para rabbi yahudi, dengan imbalan pengurangan hukuman.

Dwek memulai operasi penyamarannya dengan menjadi investor yang ingin mencuci uangnya melalui yayasan-yayasan yahudi di New York dan New Jersey. Selama dua tahun Dwek menyalurkan dana (milik FBI) hingga $3 juta ke beberapa yayasan yahudi. Dengan dalih demi "menyelamatkan hidupnya" Dwek berhasil meyakinkan para rabbi untuk mencuci uangnya melalui yayasan-yayasan yahudi dengan imbalan beberapa persen dari dana yang dicuci.

Menurut para rabbi yang ditemuinya, Dwek disarankan untuk menyebarkan uangnya ke sebanyak mungkin yayasan yahudi. "Semakin banyak disebarkan, semakin baik," demikian kata rabbi Nahum, salah satu rabbi yang ditemui Dwek.

Beberapa rekaman video yang dikumpulkan penyidik memperlihatkan negosiasi yang dilakukan Dwek dengan para rabbi berlangsung di berbagai tempat, dari tempat parkir hingga dapur pabrik. Dalam satu transaksi, ribuan dollar uang kas yang terbungkur kotak sereal dipindah tangankan.

Selain Dwek, para rabbi melakukan bisnis yang sama dengan sejumlah besar investor lain. Uang dari bisnis illegal penjualan barang palsu merek Gucci misalnya, adalah salah satu bisnis tersebut.

Tuduhan pencucian uang haram yang dikenakan terhadap para rabbi termasuk juga melibatkan pengiriman uang haram ke Israel. Rabbi Kassin, salah satu rabbi yang terlibat transaksi pencucian uang haram dengan Dwek senilai $200.000 misalnya, menggunakan perbankan Israel dan Swiss sebagai terminalnya. Sementara Rabbi Eli Ben Haim bekerjasama dengan warga Israel dalam praktik pencucian uang haram tersebut. Ia mengaku dalam satu tahun dapat mencuci uang senilai $8 juta dengan komisi yang didapatkan mencapai $1 juta.



BISNIS ORGAN TUBUH

Selain membongkar bisnis pencucian uang haram, Dwek juga berhasil membongkar bisnis perdagangan organ tubuh ilegal yang dilakukan para rabbi tersebut.
Kasus ini terbongkar pada tgl 13 Juli lalu saat Dwek menemui Rabbi Levy Izhak Rosenbaum di Brooklyn New York dengan keperluan membeli organ tubuh.

Ditemani seorang agen wanita FBI yang mengaku sebagai sekretaris Dwek, Dwek mengatakan kepada rabbi Rosenbaum bahwa paman si sekretaris menderita penyakit polycystic, dan membutuhkan organ tubuh untuk transplantasi cepat. Rabbi Rosenbaum mengaku bahwa dirinya telah melakukan bisnis jual beli organ tubuh ilegal selama 10 tahun dan menyatakan sanggup menyediakan organ tubuh yang dibutuhkan.

"Saya adalah agen handal dan saya telah melakukan bisnis ini sejak lama. Namun saya ingin menjelaskan satu hal kepada Anda. Adalah melanggar hukum memperdagangkan organ tubuh. Jadi Anda tidak bisa membelinya. Yang Anda bisa lakukan adalah Anda hanya harus menyediakan kompensasi untuk saya atas waktu yang saya berikan."

Rabbi Rosenbaum kemudian menawarkan untuk mendapatkan organ tubuh yang dicari dari Israel dengan harga $160,000 dengan DP 50%. Menurut rabbi sebagian uang itu dibayarkan ke pemilik organ dan sisanya untuk beberapa dokter di Israel. "Satu alasan mengapa harganya begitu mahal adalah karena kita harus memberi uang pelicin untuk beberapa orang yang terlibat dalam bisnis ini,” kata rabbi.

Sebagaimana juga pernah dilaporkan oleh Washington Post, Israel adalah salah satu sumber dari bisnis organ tubuh internasional. Hal ini tidak lain karena Israel adalah negeri dengan jumlah tahanan politik terbesar di dunia, yaitu orang-orang Palestina. Mereka juga punya stok melimpah, yaitu penduduk Palestina warga Jalur Gaza dan Tepi Barat yang tidak beda dengan kamp konsentrasi terbesar di dunia.

Bisnis ilegal ini bahkan melibatkan institusi resmi pemerintah Israel, L Greenberg Institute of Forensic Medicine, salah satu lembaga di bawah kementrian kesehatan Israel. Lembaga ini bekerjasama dengan Tel Aviv University selama setahunnya menggunakan 2.500 mayat untuk penelitian.

Bukti-bukti keterlibatan pemerintah Israel dalam bisnis organ tubuh manusia mendapat konfirmasi dari pengakuan seorang mantan perwira AD Israel yang tertangkap di Brazil tahun 2004 saat melakukan kegiatan bisnis ini. "Pemerintah Israel menfasilitasi bisnis ini melalui lembaga-lembaga departemen kesehatan," kata mantan perwira tersebut.

No comments: