Tuesday 17 April 2012

SANG TERPILIH RELOADED (2)


Heloh S Namidub (nama aslinya adalah kebalikannya, Budiman Sholeh) akhirnya mendapatkan apa yang pernah dijanjikan "organisasi" atas loyalitas dan dedikasinya kepada "organisasi", yaitu menjadi seorang menteri. Meski selama menjadi direktur perusahaan listrik negara ia tidak pernah melakukan suatu perbaikan mendasar (ia bahkan tidak pernah melakukan audit internal untuk mengetahui efisiensi perusahaan yang amburadul. Yang dilakukannya hanya kebijakan-kebijakan sensasional tanpa banyak memberikan arti bagi perusahaan dan masyarakat seperti wacana "listrik gratis" yang ia sendiri tahu tidak mungkin terealisasi), ia diangkat oleh Subagyo untuk mengurusi kementrian BUMN.

Pada tahap ini ia mulai percaya pada "jalan hidupnya" untuk menjadi pemimpin tertinggi di Indungsia. Keyakinan itu ia peroleh setelah memperhatikan bahwa semua tingkah polahnya ternyata mendapatkan porsi pemberitaan yang luar biasa oleh media-media massa lokal. Misalnya saja ketika ia naik MRT, atau ketika makan siang di warung tegal. Media-media massa langsung mengelu-elukannya sebagai "pemimpin yang sederhana merakyat", meski di rumahnya terdapat koleksi belasan mobil mewah. Apalagi setelah ia mengajak beberapa wartawan mantan anak buahnya untuk meliput aksinya tidur di rumah petani miskin dengan alas kasur kumal, Indungsia dibuat gempar. Tidak ada tokoh lain yang lebih populer darinya.

"Organisasi" memang sengaja membiarkan kader-kadernya untuk bersaing memperebutkan kedudukan. Teori Darwin tentang persaingan alam benar-benar diterapkan organisasi untuk mendapatkan kader terbaiknya. Namun tentu saja dukungan diam-diam diberikan kepada kader yang punya potensi tertinggi, seperti Heloh.

Tanpa saran konsultan politik maupun pakar komunikais publik Heloh telah bisa melakukan kalkulasi. Rakyat Indungsia saat ini membutuhkan pemimpin yang menjadi antitesa Subagyo, yaitu pemimpin yang tegas dan sederhana. Maka ia pun mulai malakukan peran aktif. Dan ketika ia melintas jalan tol ibukota, tiba-tiba kesempatan itu muncul saat dilihatnya terjadi antrian panjang sementara beberapa pintu tol justru tertutup. Tanpa berfikir panjang ia langsung turun dari mobilnya, memeriksa pintu-pintu tol yang tertutup dan membuka palang pintu tol hingga kendaraan-kendaraan bebas masuk ke jalan tol tanpa bayar.

Dan benar saja, media-media massa langsung mengelu-elukannya sebagai "pemimpin yang berani dan tegas".

Namun itu semua masih dirasakan kurang oleh Heloh. Cap yang melekat pada dirinya masih terbatas pada seorang profesional, bukan politisi. Maka tindakan drastis berikutnya pun diambil, yaitu dengan mengangkat direksi BUMN tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR, tindakan yang terang-terangan telah melanggar peraturan.

2 comments:

onez said...

bener juga ya, ngurus "listrik" aja kagak bener apalagi ngurus negara.. tapi politik pencitraan c bapak satu ini kayanya berhasil narik simpati orang banyak, bisa gawat nih kalo c bapak satu ini ampe nyalonin 2014 n berhasil, bisa2 negara makin terpuruk. "oh god help us"

Dyzone said...

coba buka ---> http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/05/m1zwvm-bersama-dahlan-iskan-pln-ternyata-merugi