Thursday 27 September 2012

SADAT KHIANATI SYRIA DALAM PERANG YOM KIPPUR

Sesuai janji saya beberapa waktu lalu bahwa saya akan memaparkan sebagian dari fakta sejarah perjuangan bangsa Syria melawan kekuataan zionis Israel, berikut saya sampaikan fakta-fakta sejarah Perang Yom Kippur yang melibatkan Syria dalam perang hidup mati melawan Israel. Namun berbeda dengan versi "resmi", tulisan ini berdasarkan "edisi revisi", berasal dari file rahasia yang ditulis dubes Sovyet untuk Mesir Vladimir M. Vinogradov yang kemudian ditulis dalam sebuah artikel oleh penulis berdarah yahudi Israel Shamir yang dimuat di situs independen "Counterpunch" dengan judul "What Really Happened in the Yom Kippur War?".

Menurut tulisan itu Presiden Mesir Anwar Sadat telah mengkhianati Syria dalam Perang Yom Kippur tahun 1973 demi memenuhi ambisi pribadinya. Dalam pengkhianatannya terhadap Syria, Sadat bekerjasama dengan pemimpin Israel Golda Meir serta menlu Amerika Henry Kissinger.

Menurut versi "resmi" Perang Yom Kippur yang dimulai tgl 6 Oktober 1973 dimulai dengan aksi serangan dadakan Mesir dan Syria secara serempak terhadap Israel. Pasukan Mesir berhasil menerobos Sinai (wilayah Mesir yang diduduki Israel sejak Perang 6 Hari tahun 1967) sejauh beberapa mil dan pasukan Syria menerobos Dataran Golan (wilayah Syria yang direbut Israel tahun 1967). Kedua serangan terpisah namun terkoordinasi rapi itu menimbulkan kerugian besar bagi Israel sekaligus menjadi momen pertama kalinya dimana Arab berhasil mengalahkan Israel. Namun kemudian Israel melakukan serangan balik dan berhasil memukul mundur Syria dari Golan dan mengancam balik ibukota Damaskus. Disusul kemudian serangan balik Israel atas Mesir yang berhasil menerobos Mesir dan mengepung Tentara Ketiga Mesir. Perang akhirnya berakhir melalui gencatan senjata yang disponsori Amerika dengan posisi tidak ada pihak yang menang maupun kalah.

Menurut Vinograd aksi serangan Mesir dan Syria yang menjadi awal peperangan sama sekali bukan aksi dadakan. Aksi tersebut telah diketahui, bahkan dirancang bersama oleh Sadat, Golda Meir dan Kissinger. Perencanaan bahkan mencakup penghancuran tentara Syria dan pengepungan Tentara Ketiga Mesir (1 Tentara terdiri dari beberapa korps, 1 korps terdiri dari beberapa divisi, dan 1 divisi berkekuatan sekitar 10.000 personil militer. Satu Tentara berkekuatan sekitar 200-300 ribu personil).
Jalannya peperangan juga menimbulkan banyak pertanyaan. Misalnya saja, mengapa tentara Mesir berhenti melakukan serangan setelah menerobos Sinai dan membiarkan Tentara Ketiga terpencil sendirian tanpa penjagaan? Mengapa Mesir membiarkan divisi tank Ariel Sharon menerobos pertahanan Mesir dan mengepung Tentara Ketiga? Mengapa tidak ada pasukan cadangan Mesir di Tepi Barat Terusan Suez yang bisa mencegah pengepungan Tentara Ketiga?

Tentang hal ini Vinogradov menulis: "Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab selama kita menganggap Sadat sebagai seorang patriot bagi bangsa Mesir. Pertanyaan-pertanyaan itu baru bisa dijawab seluruhnya jika kita mempertimbangkan adanya kolusi antara Sadat dengan pemimpin-pemimpin Israel dan Amerika yang masing-masing dari mereka mencoba meraih tujuan masing-masing. Suatu konspirasi di mana masing-masing pemain tidak mengetahui sepenuhnya tujuan pemain lainnya. Suatu konspirasi dimana masing-masing pemain berusaha meraih hasil yang lebih besar dari kesepakatan semula."

Ketika Sadat mulai menduduki jabatannya sebagai Presiden Mesir sepeninggal Gamal Abdul Nasser, ia menanggung beban moral yang tidak tertanggungkan: sebagai pecundang besar Perang 6 Hari tahun 1967. Ia adalah komandan pasukan Mesir dalam perang yang memalukan itu. Hanya dalam waktu 6 hari Israel bisa mencaplok Gaza dan Sinai dari Mesir, Dataran Golan dari Syria, dan mengusir Yordania dari Al Quds (Jerussalem). Dan bahkan ketika Arab belum sempat melakukan serangan balik untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki Israel, mereka sudah menerima tawaran gencatan senjata. Tentu saja hal itu terjadi karena lemahnya kepemimpinan para pemimpin Arab, atau telah terjadi konspirasi untuk keuntungan Israel.

Sadat tidak saja menanggung malu di hadapan rakyat Mesir, namun juga di hadapan seluruh bangsa Mesir mengingat Mesir adalah "pemimpin" di antara bangsa Arab karena kekuatan militer dan jumlah penduduknya. Beban itu baru bisa hilang jika ia bisa menunjukkan sebagai pemimpin yang berani dan tangguh dengan menyerang Israel.

Namun untuk memulai perang, Sadat tidak mendapat dukungan Uni Sovyet. Sebaliknya, ambisi pribadinya yang besar tercium oleh Henry Kissinger, menlu Amerika sekaligus seorang zionis sejati. Kissinger pun menawarkan solusi: Bersama Israel, Amerika mengijinkan Mesir menyerang Israel dan merebut kembali sebagian Sinai. Namun pada akhirnya Israel akan memukul balik Mesir ke perbatasan sebelum perang. Terakhir Amerika akan campur tangan untuk menfasilitasi gencatan senjata.

Di sisi lain Mesir terjalin perjanjian militer dengan Syria yang mewajibkan setiap perang yang melibatkan Mesir otomatis juga melibatkan Syria. Syria dipimpin oleh Haffez al Assad, juga komandan perang dalam Perang 6 Hari. Seperti Sadat, ia pun memiliki obsesi untuk menyerang Israel dan merebut kembali Dataran Golan milik Syria. Bedanya dengan Sadat, Haffez benar-benar menjadikan Golan sebagai musuh pribadinya dengan Israel yang tidak akan ditukarnya dengan apapaun.

Maka Mesir dan Syria pun terlibat dalam perencanaan serangan bersama terhadap Israel. Namun diam-diam Sadat telah membuat kesepakatan dengan Kissinger dan Golda Meir untuk mengorbankan Syria. Sebenarnya tidak hanya Syria, namun juga pasukan penjaga perbatasan Israel sebagaimana juga Tentara Ketiga Mesir.

Selama masa dekolonisasi setelah berakhirnya Perang Dunia 2, Amerika kehilangan pengaruhnya di Timur Tengah dengan minyaknya yang melimpah, Terusan Suez yang vital dan menguntungkan, serta penduduknya yang padat sebagai pasar. Sekutunya, Israel, harus didukung, namun negara-negara Arab juga semakin kuat. Israel harus dibuat flexibel dan sikap kerasnya terhadap negara-negara Arab harus diredam. Maka Israel harus dilindungi sekaligus dihancurkan arogansinya. Hal itu hanya bisa terjadi jika Mesir bisa "memukul keras" Israel untuk kemudian diselamatkan Amerika.

Di sisi lain Amerika juga membutuhkan bantuan Israel untuk mengukuhkan kedudukannya di Timur Tengah karena saat itu Amerika hanya mempunyai 2 sekutu, yaitu Israel dan Saudi Wahabiah. Jika pengaruh Amerika menguat di Timur Tengah, maka Israel pun ikut "terangkat derajatnya". Sementara Sadat kurang menyukai Uni Sovyet dan kekuatan-kekuatan progressif di negerinya, ia bisa dibujuk untuk bergabung dalam poros Amerika-Israel-Saudi. Sementara Syria, kekuatan Arab progressif yang masih teguh memusuhi Israel, bisa diatasi secara militer dan dihancurkan.

Maka setelah tercapai kesepakatan rahasia antara Sadat, Kissinger dan Meier, disusunlah sebuah skenario. Mesir akan dibiarkan menerobos Sinai dengan menyeberangi Terusan Suez dan Israel hanya akan mempertahankan lembah menuju Mittla and Giddi. Sementara untuk Syria diputuskan untuk dihancurkan secara militer. Itulah sebabnya Israel lebih banyak mengkonsentrasikan pasukannya di perbatasan timur dengan Syria daripada perbatasan barat dengan Mesir meski yang terakhir ini memiliki kekuatan militer jauh lebih besar. Adapun beberapa ribu tentara Israel yang ada di perbatasan Suez, sengaja dikorbankan.

Namun sebagaimana aksi-aksi konspirasi lainnya, tidak semua aspek berjalan sesuai rencana. Demikian juga dalam konspirasi Perang Yom Kippur. Tidak seperti yang diperkirakan, Uni Sovyet dengan mengabaikan resiko terlibat konflik dengan Amerika, ternyata sangat antusias membantu Arab dengan gelontoran senjata yang dikirim langsung dengan pesawat-pesawat pengangkut militernya. Dan senjata-senjata itu adalah yang termodern pada masanya, khususnya rudal-rudal anti tank. Masalah lainnya adalah ternyata senjata-senjata yang dikirimkan Sovyet ternyata jauh lebih unggul dibanding senjata Israel yang dipasok Amerika.

Sebelum Perang Yom Kippur, Israel sering mengolok-olok tentara Arab yang kebanyakan menderita penyakit phobi atau ketakutan terhadap tank. Mereka berlarian dari posnya jika mendengar atau melihat tank-tank Israel menuju ke posisi mereka. Namun dengan senjata-senjata anti-tank "Sagger" yang akurat dan cukup dipanggul oleh seorang tentara, Mesir tiba-tiba saja menjadi kampiunnya perang tank. Senjata satu itu bertanggungjawab atas hancurnya 800 sampai 1200 tank Israel.

Maka pasukan Mesir dengan "lenggang kangkung" menerobos Sinai. Gema "Arab mengalahkan Israel!" menggema di seluruh Arab dan bahkan dunia, namun itu justru membuat Sadat bingung. Untuk mencegah skenario lebih melenceng dari rencana, Sadat pun memerintahkan pasukan Mesir untuk berhenti. Mereka hanya diperintahkan untuk menunggu tentara Israel.

Namun saat itu Israel masih sibuk menghadapi Syria di front timur. Merasa aman dari ancaman Mesir, Israel pun mengerahkan seluruh kekuatannya menghadapi Syria. Syria yang awalnya sukses menerobos Golan, akhirnya terdesak mundur. Haffez al Assad meminta pasukan Mesir untuk maju demi mengurangi tekanan atas Syria, namun Sadat menolak. Tentara Mesir tetap diam tidak bergerak meski tidak ada satu unit pun tentara Israel menghadang mereka. Saat itu juga Haffez al Assad (ayah dari Presiden Bashar al Assad) sadar kalau Sadat telah mengkhianatinya.

Sebagaimana Sadat, para pemimpin Israel pun terkejut dengan perkembangan perang. Syria memang mundur, namun setiap meter kemajuan Israel harus dibayar dengan mahal. Hanya pengkhianatan Sadat lah yang telah menyelamatkan Israel dari Syria. Skenario penghancuran total pasukan Syria gagal dilakukan, namun Syria juga tidak mampu lagi melakukan offensif baru.

Israel kemudian mengalihkan konsentrasinya ke barat. Kali ini Golda Meir, yang kecewa pada Sadat yang telah menghancurkan tentaranya dengan terlalu kejam, memutuskan untuk menghukum Sadat. Ia pun memindahkan sebagian besar pasukannya yang telah dilengkapi dengan senjata-senjata terbaru Amerika, ke barat.

Kala itu Yordania, yang terlibat dalam peperangan dengan mengirimkan pasukan ekspedisi ke pihak Syria, mendapat kesempatan untuk memotong jalur transportasi Israel dari Utara ke Selatan. Raja Yordania Hussein pun mengajukan usulnya ke Sadat dan Haffez. Haffez dengan gembira menerima usul itu, namun Sadat menolak.

Dalam pengakuannya kepada Vinogradov kemudian, Sadat memberikan jawaban yang tidak rasional menurut Vinogradov. Soal berhentinya tentara Mesir di Sina, Sadat berdalih ia tidak ingin pasukannya menghabiskan energi mencari tentara Israel. Sedang mengenai proposal Raja Hussein Sadat mengaku tidak percaya dengan kemampuan tempur pasukan Yordania. Jika Yordania diserang Israel maka Mesir terpaksa harus menyelamatkannya.

Padahal bahkan para pemimpin Israel bisa memastikan, jika saja pasukan Mesir maju, dengan mudah mereka akan membebaskan seluruh Sinai dan Gaza dari pendudukan Israel. Vinogradov menulis bahwa diamnya pasukan Mesir adalah karena Sadat menunggu Amerika turun tangan. Namun yang datang ternyata adalah hukuman Israel.

Kala itu Tentara Ketiga Mesir berada 40 km dari posisi pasukan pendukungnya, Tentara Kedua. Padahal seorang kadet militer yang masih hijau saja tahu, hal itu sangat membahayakan. Membiarkan satu pasukan besar tanpa pelindung di garis belakangnya sama saja dengan menghancurkan pasukan itu. Musuh bisa dengan mudah menerobos dan kemudian mengepung pasukan tersebut hingga hancur perlahan-lahan. Sebagaimana terjadi pada Tentara Ketiga Jerman dalam Perang Dunia II yang terkepung oleh pasukan Uni Sovyet justru ketika tengah mengepung kota Stalingrad. Seluruh pasukan berkekuatan lebih dari 300.000 tentara itu pun hancur dan hanya 90.000 tentara tersisa yang ditawan Uni Sovyet.

Maka pasukan Israel di bawah komando Ariel Sharon menerobos "pertahanan" Mesir sekaligus memotong jalur transportasi antara Tentara Kedua dengan Tentara Ketiga sekaligus secara efektif menjadikan Tentara Ketiga terkepung di Sinai. Tidak hanya itu, tank-tank Ariel Sharon bahkan menyebarangi Terusan Suez dan mengancam kota-kota utama Mesir. Pada saat ini Amerika baru bertindak untuk "menyelamatkan Mesir".

Gencatan senjata pun ditetapkan melalui Konperensi Genewa yang diboikot Syria. Dan sejak saat itu terjadi perubahan orientasi politik luar negeri Mesir yang sangat tajam. Sadat menjauhi Uni Sovyet dan mendekati Amerika, sikap politik yang selanjutnya ditiru oleh pemimpin-pemimpin Arab lainnya. Ia bahkan berkoar-koar bahwa Sovyet tidak serius membantunya dalam perang.

Selain Amerika yang menangguk keuntungan politis, Sadat juga demikian halnya. Ia muncul sebagai "pahlawan baru Arab" yang berhasil mengalahkan Israel. Kamun ia tidak bisa berlama-lama menikmati kemenangannya, peluru-peluru tajam tentaranya yang merasa dikhianati, menembus jantungnya dan menewaskannya tidak lama kemudian.


6 comments:

Unknown said...

jangan MENIPU sejarah dengan "dalil" penghianatan,..memang israel hebat dibanding 1,4 miliar umat muslim laknatuloh,..
umat islam pembenci israel adalah pengecut,paranoid,.......
1,4 miliar mengeroyok satu negara yang cuman "7 juta orang" ITUPUN KALAH TELAK!!!!!!! DAN TIDAK BANGKIT2 LAGI,..HA..HA....

Unknown said...

kalo israel paranoid itu hal yang wajar namun karena jumlah mereka sedikit,..
SEBENARNYA YANG LEBIH PARANOID ITU ADALAH 1,4 MILIAR KAUM LAKNATULOH,..
24 jam dalam benaknya cuman memusuhi yahudi,..
namun walaupun 1,4 miliar manusia laknatuloh ini berdoa 5 kali sehari untuk kejatuhan israel namun doanya tidak pernah dikabulkan,..itu karena "awloh itu gak ada alias fiktif" malahan KEBALIKAN LAGI,..ISRAEL TAMBAH SEJATERA DAN MODERN,JUSTRU 1,4 MILYAR INI DIKUTUK,..SEHINGGA HIDUPNYA SUSAH,BERANTEM DENGAN SESAMANYA SENDIRI,MISKIN,BODOH,TERKEBLAKANG,..TRORIST...

ketika ISRAEL MEMBOM PALESTINA DIKATAKAN BIADAB,NAMUN KETIKA ISRAEL MAU DAMAI,DIBILANG PENGHIANAT,PENAKUT,..trus mau kalian itu apa?????????????


HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

cahyono adi said...

To Luky. Silakan tertawa manusia keturunan manusia terkutuk sepanjang masa. Waktumu tinggal sedikit lagi sebelum berubah menjadi penyesalan seumur hidup. Kau dikutuk Tuhan, para nabi dan rosul dan umat manusia sepanjang sejarah. Silakan tertawa seperti iblis dan setan tertawa.

Hizbollah sudah membuktikan betapa rapuhnya kalian. Hanya karena berlindung di bawah ketiak Amerika dan pemimpin-pemimpin dunia pengecut seperti anwar sadat, kalian bisa selamat sampai saat ini.

Sebentar lagi, sebagaimana nubuwat Nabi kami, kami akan memburu kalian hingga ke liang tanah.

jack said...

dengan dalih apapun, israel gak bakalan bisa lu kalahin kecuali kalo Tuhan sendiri yang cabut sumpah-Nya buat ngejagain israel..

rio3n4 said...

To jack angel.
Tdk usah di perangin juga sbntr lagi Zionis Israel akan hancur sndiri, krna kelaparan? Kan dia makan tiap harinya dri subsidi rakyat amerika & sdgkan amerika skrg sdh gak kaya dulu, dia sdh bangkrut, bnyk hutangnya.. Jdi dia gak bisa ksh subsidi lg le israel donk..
Rakyat amerika bilang, ngapain gw bantuin lu (israel) gw sndiri aja kelaparan. Hahahaha..

Atau dripada duit gw bantu rakyat israel, duit tsb mending gw ksh ke si LUCKY MALIK aja, kan dia jg sma kelaparan makanya di ketawa mulu?
Kwak kwak kwak...
Dan gw yakin sntar lagi juga dia akan trus tertawa, trus dan terus, bahkan walau pun dia sdng sendirian..
Kwak kwak kwak....

rio3n4 said...

To jack angel.
Tdk usah di perangin juga sbntr lagi Zionis Israel akan hancur sndiri, krna kelaparan? Kan dia makan tiap harinya dri subsidi rakyat amerika & sdgkan amerika skrg sdh gak kaya dulu, dia sdh bangkrut, bnyk hutangnya.. Jdi dia gak bisa ksh subsidi lg le israel donk..
Rakyat amerika bilang, ngapain gw bantuin lu (israel) gw sndiri aja kelaparan. Hahahaha..

Atau dripada duit gw bantu rakyat israel, duit tsb mending gw ksh ke si LUCKY MALIK aja, kan dia jg sma kelaparan makanya di ketawa mulu?
Kwak kwak kwak...
Dan gw yakin sntar lagi juga dia akan trus tertawa, trus dan terus, bahkan walau pun dia sdng sendirian..
Kwak kwak kwak....