Thursday 20 September 2012

PBB AKUI TERORIS ASING PERBURUK KONDISI SYRIA

Kelompok-kelompok militan asing yang jumlahnya semakin bertambah telah membuat krisis Syria semakin brutal. Demikian laporan yang dikeluarkan para penyidik dari Dewan HAM PBB, Senin (17/9).

Menurut laporan tersebut, kelompok-kelompok militan asing telah mengubah para pemberontak lokal menjadi lebih radikal. Namun sayangnya ketua tim penyidik yang juga mantan diplomat dan profesor dari Brazil, Paulo Sergio Pinheiro, tidak menjelaskan siapa para militan asing itu dan bagaimana mereka mempengaruhi konflik di Syria.

"Kelompok-kelompok itu mendorong para pemberontak anti-pemerintah untuk menjadi lebih radikal," kata Pinheiro dalam penjelasannya kepada pers.

Menurutnya ada indikasi-indikasi kuat yang menunjukkan para militan itu terlatih dalam membuat bom. Anggota tim lainnya, Karen Koning AbuZayd menambahkan bahwa aksi-aksi pemboman yang terjadi di Syria dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal Islam dari luar Syria.

Kelompok ahli yang dipimpin Pinheiro ditugaskan oleh Dewan HAM PBB untuk melakukan penyelidikan atas aksi-aksi kekerasan yang terjadi di Syria. Pada bulan Agustus lalu tim ini juga telah memberikan laporan yang menyebutkan bahwa semua pihak yang terlibat konflik di Syria terlibat dalam aksi-aksi terror.

Laporan menjelaskan bahwa tingkat kekerasan yang terjadi di Syria terus meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga tidak semua aksi kekerasan bisa diselidiki oleh tim.
"Pelanggaran-pelanggaran HAM telah meningkat dalam jumlah, intensitas, dan skalanya. Rakyat sipil, banyak dari mereka adalah anak-anak, telah menjadi korban aksi-aksi itu," kata Pinheiro.



RUSIA: BARAT DUKUNG TERORISME JIKA UNTUNGKAN MEREKA

Sementara itu menlu Rusia Sergey Lavrov sebelumnya telah menuduh bahwa barat mendukung aksi-aksi terorisme jika mentungkan mereka. Tuduhan itu dikeluarkan Lavrov setelah pemerintah negara-negara barat menolak untuk mengutuk aksi-aksi teror yang terjadi di Syria akhir-akhir ini.

"DK PBB selalu menyatakan bahwa aksi-aksi terorisme tidak bisa diterima. Namun untuk pertama kalinya negara-negara barat menjauhkan diri dari posisi ini setelah terjadinya aksi pemboman di Damaskus yang menewaskan beberapa pejabat keamanan," kata Lavrov.

Menurut Lavrov tidak hanya aksi terorisme di Syria yang disepelekan negara-negara, namun juga aksi-aksi serupa di Irak. Aksi pemboman di Aleppo, Syria, hari Minggu (16/9) menewaskan 27 orang dan melukai belasan orang lainnya. Sebagian dari mereka adalah aparat keamanan Syria dan lainnya adalah warga sipil. Menurut pejabat-pejabat barat, aksi tersebut tidak termasuk aksi teroris karena korbannya adalah aparat keamanan. Lavrov menyebut penjelasan seperti itu sebagai "kebodohan".

Pejabat senior Rusia lainnya, deputi menlu Gennady Gatilov, juga menuduh barat melakukan standar ganda atas terjadinya aksi teririsme di Syria.

"Jadi ada teroris-terotis jahat yang harus dikutuk, dan teroris-teroris baik yang bebas dari sanksi masyarakat internasional," sindir Gatilov dalam akun "Twitter"-nya.

Sebelumnya Rusia gagal menggoal-kan resolusi DK PBB untuk mengutuk aksi pemboman di Aleppo tgl 9 September yang menewaskan 50 orang dan melukai 100 orang. Draft resolusi yang gagal disetujui itu telah beredar di antara anggota DK PBB pada tgl 10 September bersama-sama dengan dokumen sejenis yang mengutuk aksi pemboman di Irak.



Ref:
"UN panel: Foreigners making Syrian rebels radical"; John Heilprin; Associated Press; 17 September 2012

"West accepts terrorism when it's politically expedient: Russian FM"; Russia Today, 12 September 2012

No comments: