Sunday 30 December 2012

ANTARA ANWAR IBRAHIM DAN HABIBIE (4)

Seorang pengunjung blog ini baru-baru ini menegur saya melalui komentarnya pada postingan "ANTARA ANWAR IBRAHIM DAN HABIBIE". Menurutnya saya tidak boleh menyalahkan Habibie atas terjadinya fenomena penguasaan negeri ini oleh kaki tangan "para penguasa global jahat yang berada di balik tirai" (merujuk pada para kapitalis global berdarah yahudi peyembah berhala seperti keluarga Rothschild, Rockefeller, dll.), karena Habibie tidak memahami hal-hal seperti itu.

Saya teringat dengan satu ayat dalam Al Qur'an yang saya lupa nama surat-nya dan ayat ke berapa (mohon ma'af karena saya memang bukan ahli agama). Ayat itu menceritakan suatu dialog antara manusia, setan dan Tuhan pada saat dilakukan "pangadilan akhir" di alam akhirat kelak. Dalam dialog tersebut digambarkan seorang manusia pendosa yang mengeluh kepada Tuhan bahwa dirinya hanya mengikuti apa yang diperintahkan setan kepadanya, dan karenanya ia meminta untuk diampuni dosa-dosanya. Ia meminta agar Tuhan menjatuhkan hukumannya hanya kepada setan yang telah menipunya. Sang setan pun mengejek manusia pendosa itu dengan mengingatkan bahwa manusia telah dibekali dengan akal dan pikiran, mengapa masih bisa tertipu oleh bujuk rayu setan. Akhirnya Tuhan pun memerintahkan manusia dan setan untuk bersama-sama menjalani hukuman di neraka.

Dalam konteks Habibie dan "para penguasa global jahat yang berada di balik tirai", Habibie seperti manusia pendosa dalam ayat Al Qur'an tersebut di atas. Beliau tidak bisa lepas dari tanggungjawab atas ketidak tahuannya (kalau memang beliau tidak tahu) tentang konspirasi jahat yang telah menjerat Indonesia selama dan setelah gerakan reformasi tahun 1997-1998. Apalagi kalau ternyata beliau sebenarnya tahu adanya konspirati itu, tentu dosanya lebih besar lagi.


Bagi yang tidak memahami hubungan gerakan reformasi dengan konspirasi jahat para kapitalis global, silakan menanyakan langsung kepada Amien Rais, Bapak Reformasi Indonesia. Mengapa beliau pada bulan April 1998, saat gerakan reformasi tengah mencapai momentum, pergi ke Amerika. Apa agenda beliau dan bertemu siapa beliau? Jika beliau menjawab: "memberi kuliah di almamaternya di Chicago University", itu pun sudah cukup mengundang kecurigaan. Chicago University adalah kawah candradimukanya para pemikir dan praktisi neo-liberalisme. Di sanalah tempat mengajar seorang ekonom besar neo-liberal Milton Friedman. Di sanalah juga lahirnya geng "Chicago Boys", padanannya "Mafia Barkeley" Indonesia yang telah menjerumuskan bangsa Chili ke dalam cengkeraman kekuasaan para kapitalis asing. Lalu tanyakan mengapa beliau diam membisu saat kontrak karya "Freeport" diperpanjang ketika kontrak lamanya belum berakhir? Lalu mengapa beliau juga diam ketika Blok Cepu diserahkan pengelolaannya kepada Exxon Mobile? Padahal dulu beliau bersafari dari kampus ke kampus memprovokasi mahasiswa untuk demo dengan dalih pemerintah telah menggadaikan kekayaan negeri dengan murah dengan membei contoh kasus "Freeport".

Indonesia adalah pelopor dari gerakan reformasi yang marak terjadi di seluruh penjuru dunia pada era tahun 2000-an dan kini bahkan tengah bergejolak di Arab dengan istilah "Arab Spring". Gerakan ini bisa dilihat dari pola pergerakannya: digerakkan oleh kelas menengah atas berpendidikan barat dan media massa-media massa terafiliasi kepemilikan pada pemodal barat, dengan gelontoran dana dari "Open Society"-nya George Soros, dan dengan hasil akhirnya berupa liberalisasi seluruh aspek ekonomi, politik, sosial, hukum hingga agama sehingga memungkinkan kekuasaan asing semakin kuat mencengkeram.

Selain Indonesia, Mesir (dan juga Tunisia dan Libya) merupakan contoh gamblang gerakan semacam itu. Meski kini dikuasi oleh kelompok-kelompok "Islamis", Mesir telah berubah menjadi negara liberal dengan menjadi debitur IMF. Padahal ketika masih di bawah Mubarak, Mesir mendapatkan dana bantuan cuma-cuma dari Amerika sebesar $3 miliar setiap tahunnya demi kesetiannya pada perjanjian damai dengan Israel. Kini dana itu tidak ada lagi dan Mesir harus berhutang untuk mendapatkannya.

Dan lihatlah bagaimana liberal-nya sosok Presiden Mursi, ketika bertemu Direktur IMF Lagerde. Mursi yang dikenal alim sebagai tokoh Ihwanul Muslimin Mesir, harus menerima Lagerde, seorang lesbian dari Perancis, yang berpakaian seksi dengan rok "mini"-nya dan kaki yang disilangkan di depan Mursi. Saya jadi teringat Tifatul Sembiring, tokoh alim dari PKS yang anti jabat tangan dengan wanita bukan muhrim, namun tidak tahan untuk menjadi liberalis ketika bertemu Michelle Obama. Sebaliknya saya harus  menunduk hormat pada sosok Ahmadijenad yang kokoh pada keyakinannya dengan tidak pernah menjabat tangan wanita bukan muhrim-nya, namun tetap tampak terhormat dan berwibawa.

Ketika melihat Agnes Monica ber-make up "mata satu" (all seeing eye, mata dajjal, dewa rha) dalam salah satu iklan minuman energi, saya langsung berkata kepada istri saya bahwa karier Agnes bakal meroket tajam. Dugaan saya betul. Kemudian ketika melihat Jokowi melambai-lambaikan simbol "tanduk setan" saya pun berkata kepada istri saya bahwa ia bakal menang pilkada. Dugaan saya pun benar. Kini saya melihat Dede Yusuf pun melakukan hal yang sama, melambaikan simbol "tanduk setan". Dugaan saya sama, Dede bakal menang pilkada Jabar, apalagi setelah melihat gambar saingannya, Gubernur Jabar, menghilang dari iklan promosi pariwisata daerahnya di televisi.

Kemarin, dalam sehari saya melihat banyak simbol "tanduk setan" di mana-mana: billboard layanan masyarakat Polda Sumut, foto majalah kelompok band cilik "Cowboy Junior", hingga foto salah seorang kandidat Walikota Padangsidempuan. Tampaknya setan telah berkuasa di segala lini. Tidakkah para pengikutnya itu tahu bahwa kelak mereka akan dimintai pertanggungjawabannya?


(BERSAMBUNG)

1 comment:

Unknown said...

mungkin lewat illuminati orang orang kan percaya..!!!
sekarang yang benar,dengan pandangan yang di anggapa baru,mgkin baru sadar,setiap mereka yang berfikir kritis di anggap musuh..!!!!