Tuesday 22 October 2013

MALALA YANG SEBENARNYA? (2)

Keterangan gambar: Malala bertemu Ratu Elizabeth. Lihat baju merah hitam yang dikenakan Malala. Para pengamat Teori Konspirasi telah lama mencurigai baju dengan warna itu sebagai bentuk "inisiasi" seseorang ke dalam kelompok elit global.



Tidak lama setelah penembakan terhadap Malala Yousafzai pada bulan Oktober 2012, para politisi dan selebriti dunia pun secara serentak menyatakan dukungannya kepada Malala: Presiden Barack Obama, Menlu Hillary Clington, Sekjen PBB Ban Ki-moon hingga mantan PM Inggris Gordon Brown. Artis Hollywood Angelina Jolie bahkan mengusulkan Malala menjadi penerima hadiah Nobel Perdamaian sementara penyanyi paling top dunia Madonna membuat tato bertuliskan Malala di punggungnya. Namun itu semua belum seberapa, majalah Time memasukkan namanya dalam daftar tokoh paling berpengaruh di dunia.

Namun tidak ada satupun dukungan diberikan kepada 2 gadis Pakistan lainnya yang bersama-sama Malala menjadi korban penembakan Taliban. Kita bahkan tidak pernah mendengar nama-nama mereka.   

Lima hari setelah insiden penembakan Malala, tentara Amerika menembak mati 3 anak-anak Afghanistan di Distrik Nawa, Provinsi Helmand Province, yang tidak jauh letaknya dari lokasi penembakan Malala di Lembah Swat, Pakistan. Namun tidak banyak berita tentang penembakan itu, apalagi penyebutan nama anak-anak itu: Borjan (12 tahun); Sardar Wali (10 tahun) dan Khan Bibi (8 tahun). Dan pembunuhan bocah-bocah Afghanistan dan Pakistan oleh Amerika pun terus berlanjut. 11 hari setelah penembakan Malala, pasukan Amerika kembali membunuh 4 anak Afghanistan, dan tidak satu pun media massa dunia yang menyebutkan nama-nama mereka. Dan sudah barang tentu Barack Obama dan Hillary Clington juga bungkam tentang pembunuhan-pembunuhan bocah-bocah itu.

Jadi jika kemudian muncul kecurigaan bahwa Malala hanya menjadi obyek pengalih perhatian, messiah palsu atau teori-teori konspirasi lainnya, hal itu tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Saya sendiri memperkirakan tidak lama lagi foto-foto Malala akan muncul dalam pose aneh: pose "tanduk setan" seperti Agnes Monica dalam cover album CD terbarunya atau pose "mata dajjal" sebagaimana para tokoh Partai Demokrat, serta mengenakan jam tangan seharga Rp 600 juta sebagaimana tokoh spiritual Tibet Dalai Lama.

Lalu siapa sebenarnya Malala Yousufzai, remaja putri yang kini menjadi selebriti paling top dunia itu?

Malala yang lahir pada tgl 12 Juli 1997 itu berayahkan Ziauddin Yousufzai, pemilik sebuah jaringan sekolah swasta yang merupakan salah satu bisnis paling menguntungkan di Pakistan, terutama karena statusnya sebagai LSM menjadi penerima dana sumbangan asing.

Adalan reporter BBC Abdul Hai Kakkar yang telah "menemukan" Malala pada tahun 2009 setelah ditugaskan untuk mencari profil pelajar wanita yang berani menghadapi ancaman kelompok teororis Tehrik-e Taliban Pakistan pimpinan Mullah Fazlullah yang menentang anak perempuan bersekolah. Kakkar berhasil mendekati Ziauddin Yusufzai yang bersedia menjadikan putrinya, Malala, sebagai ikon perlawanan terhadap Taliban dan ekstremis Islam lainnya.

Maka rencana pun dibuat. Malala yang saat itu berumur 11 tahun menuliskan pengalaman-pengalaman hidupnya di Lembah Swat dalam buku harian yang selanjutnya dimuat pada situs online BBC World Service dengan judul “The Diary of a Pakistani School Girl.” Untuk menjamin keamanan, nama Malala disamarkan menjadi “Gul Makai” (bunga jagung).

Diari itu menceritakan secara detil kehidupan penduduk Pakistan di bawah kekuasaan Taliban serta pandangan-pandangan Malala tentang pendidikan wanita. Mirip dengan buku "Habis Gelap Terbitlan Terang" yang membuat saya juga mencurigai peran RA. Kartini sebagai agen kolonialisme Belanda, terutama ketika mereka menerapkan kebijakan "Politik Etis" di Hindia Belanda. Tentu saja pandangan Malala tentang pendidikan sejalan dengan kepentingan bisnis ayahnya.

Namun akhirnya identitas Malala akhirnya terbongkar yang berujung pada penembakan dirinya dan kemudian menjadi blessing in disguise bagi Malala dan keluarganya. Semuanya berkat Adam B. Ellick dari (lagi-lagi media barat) New York Times.


(bersambung)


1 comment:

Unknown said...

analisa yang bagus,
salut .!!
ada sedikit tambahan, ada kemungkinan itu bukan malala yang asli, malala yang asli mungkin saja telah mati.
dan itu digantikan oleh yang palsu buatan barat, lihat saja bahasa inggris yang ia gunakan.
logatnya.