Sunday 3 November 2013

MALALA YANG SEBENARNYA? (5)

Keterangan gambar: Malala dan kedua orang tuanya bertemu dengan Richard Helbrooke, pejabat zionis Amerika jauh sebelum penembakan yang menimpa Malala tahun lalu.




Saya (blogger) tentu tidak pernah bermimpi bahwa salah satu situs media terbesar di dunia seperti BBC akan melirik blog ini dan kemudian me-link salah satu tulisan di blog ini di situs mereka. Demikian juga puluhan juta blogger lain di dunia. Namun Malala, seorang bocah perempuan di tempat terpencil yang sulit akses internet, bisa menulis blog yang di-link oleh situs BBC dan bahkan menyediakan kolom khusus untuknya.

Suatu kebetulan atau keajaiban? Saya tidak mempercayai keajaiban, namun saya mempercayai perkataan mantan Presiden Amerika Rossevelt, bahwa dalam politik tidak ada sesuatu yang kebetulan, semuanya adalah rekayasa atau konspirasi. Dan konspirasi itu sudah tampak dari hubungan dekat Malala dengan Amerika dan negara-negara terkooptasi zionis lainnya seperti Inggris.

Selain BBC, Malala juga memiliki kedekatan dengan Adam B. Ellick dari New York Times. Lebih dari itu, Malala dan sekeluarga juga memiliki hubungan dengan Richard Helbrooke, utusan khusus Amerika di Pakistan dan Afghanistan. Kedekatan Malala dengan kedua orang itu terkonfirmasi dari foto-foto di atas.

Adam B. Ellick-lah yang turut berjasa membuat nama Malala semakin melambung di dunia dengan menulis laporan khusus di medianya tentang Malala. Dan siapa Ellick? Scott Creighton, seorang pengamat inteligen Amerika menulis di blog American Everyman tgl 17 Oktober lalu tentang Ellick: "Bertemu Adam Ellick, anggota Council on Foreign Relations dan agen CIA yang ditempatkan di New York Times. Ia-lah orang yang pertama kali membantu menciptakan program "Malala Psyop", dengan tujuan mempromosikan sistem sekolah swasta di Pakistan.”

Laporan New York Times tersebut kontan membuat nama Malala melambung ke seluruh dunia bahkan sebelum insiden "penembakan" yang dialaminya. Media-media Pakistan pun beramai-ramai ikut mempublikasikan ketokohan Malala. Sebagaimana media-media Indonesia, media massa "mapan" Pakistan umumnya tidak lebih dari kepanjangan tangan Amerika. Dari bocoran WikiLeaks yang dirilis tahun 2010 lalu terungkap bahwa "para jurnalis Pakistan sangat mudah dibeli dan akan melakukan apapun untuk bisa diundang ke kedubes Amerika."

Maka pada umur 11 tahun, Malala telah menjadi idola internasional. Pada saat itu ia telah diangkat sebagai Ketua "District Child Assembly" di Swat. Disusul kemudian peraih Nobel Uskup Desmond Tutu dari menominasikannya sebagai peraih hadiah International Children’s Peace Prize tahun 2011. Pemerintah Pakistan pun ikut latah dengan memberinya hadiah “National Youth Prize Award" kepada Malala, dan itu adalah hadiah pertama yang diberikan kepada pemuda-pemudi Pakistan.

Namun "skandal" terbesar tentu saja adalah pertemuan Malala dengan Richard Holbrooke, jauh sebelum semua ketenaran itu diraih Malala. Tidak ada sesuatu yang biasa jika orang sepenting Helbrooke menemui seseorang. 

CIA tahu benar bagaimana memanfaatkan Malala. Seorang gadis kecil dengan wajah tak berdosa, tentu akan mengundang simpati besar jika mendapat perlakuan kasar para "teroris", terutama jika dipublikasikan besar-besaran ke seluruh dunia. Dan Malala pun menjalankan tugasnya dengan baik. Secara terbuka dalam setiap wawancara yang dilakukan Malala menyerang kelompok-kelompok militan Pakistan, hal yang bahkan tidak akan dilakukan para politisi dan pejabat tinggi dengan pengamanan ketat sekalipun.

“Dalam situasi dimana larangan bersekolah dilakukan oleh para teroris, bangkit melawan adalah hal yang sangat penting, esensial," kata Malala dalam satu wawancara televisi.

Terpojok oleh "provokasi" Malala, Taliban pun bereaksi.

"Selama satu dekade terakhir Pakistan telah menjadi ajang pertempuran bagi CIA, MI6 Inggris, BND Jerman, dan Mossad Israel, yang agen-agennya menyusup ke seluruh penjuru negeri, sebagian besar dengan menyamar sebagai jurnalis, pekerja sosial, atau pengusaha. Maka tidak mengherankan jika Malala yang malang digunakan sebagai pion oleh monster-monster itu demi mencapai agenda-agenda mereka. Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui apa agenda Amerika-Inggris-Zionis dan sekutu-sekutu mereka di Pakistan: menjerumuskan pemerintahan dalam konflik bersenjata berkepanjangan  melawan rakyatnya sendiri demi memberi alasan bagi penguasaan senjata-senjata nuklir Pakistan." Demikian tulis Zafar Bangash di situs independen crescent-online.net dalam artikelnya berjudul "Was Malala Yousafzai used for a larger US plan?" akhir tahun lalu.


(BERSAMBUNG)

No comments: