Saturday 23 November 2013

AFGHANISTAN TOLAK JADI BAWAHAN PERMANEN AMERIKA

Mengikuti tetangganya, Irak, yang menolak menjadi negara 1/2 jajahan Amerika, Afghanistan akhirnya menolak menandatangani perjanjian keamanan dengan Amerika (Bilateral Security Agreement) yang memberikan hak-hak istimewa kepada Amerika.

Dalam pernyataan di hadapan sidang para tetua agama dan masyarakat Lora Jirga yang digelar hari Kamis (21/11) Presiden Hamid Karzai mengatakan bahwa perjanjian keamanan akan ditandatangani oleh pemerintah mendatang setelah pemilu. Sehari kemudian jubir Karzai Aimal Faizi mengulang kembali pernyataan Karzai, "Keamanan, perdamaian dan pemilu yang baik adalah kunci untuk menandatangani perjanjian keamanan.”

“Mari kita tunggu apa keputusan Loya Jirga atas dokumen itu. Jika disetujui, sebagai presiden, dokumen itu akan ditandatangani setelah pemilu," kata Faizi.

Padahal pada hari Kamis Amerika sudah menyatakan bahwa Amerika menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani pada akhir tahun ini.

Jubir pemerintahan Amerika Josh Earnest, mengatakan, “kegagalan menandatangani perjanjian ini tahun ini akan mencegah Amerika dan sekutu-sekutu menetapkan rencana masa depan setelah tahun 2014.”

Loya Jirga adalah dewan rakyat Afghanistan yang beranggotakan 2.500 ketua suku dan pemimpin politik di seluruh Afghanistan. Mereka berkumpul di Kabul untuk membahasa perjanjian keamanan tersebut. Adapun pemilu presiden Afghanistan akan dilaksanakan tgl 5 April 2014.

Di bawah perjanjian keamanan yang dirancang Amerika berbulan-bulan itu sebagian pasukan Amerika diijinkan tetap tinggal di Afghanistan setelah tahun 2014. Selain itu tentara-tentara Amerika itu diberikan hak immunitas dari hukum Afgahistan. Namun kebencian terhadap Amerika sudah mendarah daging bagi sebagian besar rakyat Afghanistan terkait dengan banyaknya aksi-aksi biadab pasukan Amerika. Berbagai aksi demonstrasi juga telah digelar rakyat Afghanistan menentang perjanjian keamanan tersebut.

Jika Afghanistan benar-benar monolak perjanjian keamanan dengan Amerika, maka hal ini merupakan pengulangan dari apa yang terjadi di Irak sebelum penarikan pasukan Amerika tahun 2011. Kala itu pun Amerika memaksa pemerintah Irak menandatangani perjanjian yang memberi hak keberadaan pasukan Amerika dan kekebalan hukum bagi para personilnya. Namun karena penolakan rakyat Irak serta adanya jaminan keamanan dari Iran, maka Irak pun menolak perjanjian tersebut, dan Amerika terpaksa hengkang dengan tangan hampa setelah menghabiskan triliunan dolar biaya perang dan ribuan personil militernya yang tewas sia-sia.



REF:
"Afghanistan rejects US demand on bilateral security agreement"; PRESS TV; 22 November 2013

No comments: