Monday 23 December 2013

ERDOGAN MAKIN PANIK, MAIN TUDUH SEMBARANGAN

Menghadapi krisis politik yang tengah menderanya terkait aksi penangkapan besar-besaran terhadap kroni-kroni dekatnya oleh aparat keamanan karena tuduhan korupsi dan penyuapan, PM Turki Tayyep Erdogan tampak semakin panik. Pada hari yang sama aparat keamanan kembali menangkap belasan kroni Erdogan termasuk direktur Bank Halkbank dan anak-anak menteri dalam negeri dan menteri ekonomi, Sabtu (21/12), Erdogan mengeluarkan tuduhan yang tidak jelas kepada beberapa duta besar negara asing.

“Kami tidak memaksa Anda untuk tetap tinggal di negeri kami. Jika duta-duta besar kami di negeri Anda terlibat dalam kaus seperti ini, beritahu kami. Anda tidak perlu mengusirnya pergi, kami yang akan memanggilnya pulang," kata Erdogan tentang keterlibatan duta-duta besar asing dalam kasus penangkapan kroni-kroni Erdogan.

Pernyataan tersebut diberikan Erdogan hanya beberapa jam setelah beberapa surat kabar pro-pemerintah ramai-ramai menerbitkan laporan berisi tuduhan keterlibatan beberapa duta besar asing dalam krisis politik baru yang kini dihadapi Erdogan.

“Keluar dari negeri kami?" tulis salah satu headline media massa pro Erdogan hari Sabtu (21/12). Media lainnya menuduh Israel berada di balik "konspirasi kotor" mendeskreditkan Erdogan.


Tuduhan serupa namun juga tanpa menunjukkan sasaran yang jelas, juga dilakukan Erdogan dan kroni-kroninya ketika menghadapi aksi-aksi demonstrasi menentang Erdogan akibat aksi pembangunan Lapangan Thaksim pertengahan tahun lalu. Sangat nyata bahwa Erdogan sengaja menggunakan senjata "anti asing" dan "anti-Israel" sebagai andalan menghadapi persoalan domestik, meski pada dasarnya Erdogan adalah sahabat sejati Amerika dan Israel. Beberapa waktu lalu, misalnya, Erdogan menuduh Israel berada di belakang aksi kudeta penggulingan sekutu dekatnya presiden Mesir Mohammad Moersi. Namun setelah Israel dan Amerika marah atas tuduhan itu, Erdogan pun "ngeles" dengan mengatakan bahwa ia hanya menuduh adanya "semangat zionis" dalam kudeta Mesir, bukan Israel.

Demikian juga dalam kasus terakhir ini. Setelah Amerika menyatakan bantahannya melalui situs resmi kedubes Amerika di Turki, Turki pun buru-buru meyakinkan tidak ada rencana untuk mengusir duta besar asing, bahkan untuk sekedar memanggil mereka untuk konsultasi.

"Amerika Serikat tidak terlibat dalam penyidikan kasus korupsi yang tengah berlangsung. Semua pernyataan di media-media itu adalah kebohongan," tulis kedubes Amerika di Turki dalam akun resmi Twitter-nya, Sabtu (21/12).

Membalas pernyataan tersebut jubir kemenlu Turki menyebutkan bahwa pernyataan tersebut telah "cukup".

Terlepas dari tuduhan tanpa dasar tersebut, perhatian publik yang semakin terbuka tentang adanya konflik politik antara Erdogan dengan para pendukung gerakan Gulenis pimpinan tokoh spiritual Fethullah Gullen, telah memaksa Gullen yang tinggal di Amerika untuk "keluar dari persembunyian", meski sebelumnya ia telah mengeluarkan bantahan resmi tentang keterlibatannya dalam penangkapan kroni-kroni Erdogan, melalui tim pengacaranya. Dalam satu pesan yang disampaikan melalui rekaman video yang beredar hari Sabtu, Gullen terlihat sangat emosional.

"Mereka yang tidak melihat pencuri dan justru mengejar para penangkap pencuri, mereka yang tidak melihat pembunuh dan justru menuduh orang-orang tak bersalah sebagai pembunuh, semoga Tuhan membakar dan menghancurkan rumah-rumah mereka dan memecah belah persatuan mereka," kata Gullen.

Dalam upayanya "meredam" penyidikan terhadap kroni-kroninya, Erdogan telah memerintahkan pemecatan terhadap sejumlah besar pejabat kepolisian di Istambul dan Ankara, serta memasukkan 2 orang juri baru dalam tim penyidik perkara tersebut. Erdogan sendiri menuduh aksi penangkapan dan penyidikan terhadap kroni-kroninya tersebut sebagai "konspirasi kotor" dan bertekad akan menghukum dalangnya.

Namun Erdogan tidak mungkin mengubur kembali kebusukan yang telah terlanjur terbongkar. Apalagi karena pimpinan penyidikan kasus korupsi dan penyuapan ini adalah Zekeriya Oz, jaksa yang berhasil menjerat para terdakwa kasus Ergenoken ke penjara, sementara mereka semua adalah tokoh-tokoh sipil dan militer yang berpengaruh kuat. Semakin keras Erdogan berusaha menguburnya, kredibilitasnya akan semakin jatuh menjelang pemilihan parlemen dan presiden yang diincarnya tahun depan.

Zekeriya Oz dikenal publik Turki sebagai pengikut Gerakan Gullenis sebagaimana banyak tokoh politik, pengusaha, selebriti dan birokrat Turki lainnya seperti Presiden Abdullah Gul dan mantan pesepakbola yang menjadi politisi, Hakan Sukur. Bulan lalu, dalam satu langkah yang dianggap sebagai upaya mengikis pengaruh Fethullah Gullen, Erdogan berusaha menutup sekolah-sekolah swasta milik gerakan Gullenis. Rencana ini pun menimbulkan reaksi publik yang sangat keras. Hakan Sukur yang tidak lain adalah politisi partai AKP yang dipimpin Erdogan bahkan rela mengundurkan diri sebagai protes.



REF:
"Turkish Premier Blames Foreign Envoys for Turmoil"; TIM ARANGO; New York Times; 21 Desember 2013

1 comment:

abu bakar said...

kekuasaan adalah ujian kepada pemimpin sekejap lagi rakyat akan menolak diktator yang sombong,,meraka akan meraikankan kejatuhan sampah ini bersama rakyat suriah yang akan mengalahkan takfiris. ia