Friday 3 July 2015

Koflik Suriah Makin Berbahaya, Turki Siapkan Intervensi

Indonesian Free Press -- Seperti telah ditulis dalam artikel terdahulu ('Pertempuran yang Sebenarnya di  Suriah Baru akan Dimulai'), bahwa ada kemungkinan Turki mengerahkan militernya ke Suriah setelah melihat milisi-milisi Shiah Iran dan Irak serta personil militer Iran masuk ke Suriah untuk membantu regim Bashar al Assad, hal ini kini telah mendekati kenyataan.

Sebagaimana dilaporkan kantor berita Turki Anadolu dan dikutip Hurriyet, dalam siaran persnya pada Minggu (28/6) Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Turki tengah mempertimbangkan untuk mengirimkan pasukan ke Suriah.

Ia membenarkan bahwa Dewan Keamanan Nasional Turki (MGK) telah membahas soal kemungkinan intervensi militer Turki di Suriah.

“Kami ada rapat MGK besok, kami akan membuat pengumuman yang diperlukan setelah itu,” katanya kepada para wartawan.

Hal ini dia nyatakan sebagai tanggapan atas laporan berbagai media Turki bahwa Turki tengah merencanakan operasi militer di wilayah Suriah, menyusul pidato Presiden Recep Tayyip Erdogan hari Jumat (26/6) yang mengungkapkan rencananya untuk melakukan intervensi militer di Suriah demi mencegah warga Kurdi membentuk negara baru di perbatasan Turki.

Kekhawatiran Erdogan itu muncul setelah milisi-milisi Kurdi berhasil memukul mundur pasukan ISIS dan Al Nusra dari posisi-posisi strategisnya dan mengepung 'ibukota' ISIS di Raqqa, Suriah.

“Saya mengatakan ini kepada dunia bahwa kita tidak akan membiarkan pembentukan sebuah negara baru (Kurdi) di utara Suriah. Kita akan terus berperang untuk itu, bagaimana pun besarnya biaya yang harus dikeluarkan,” kata Erdogan.

Menyusul pidato tersebut, sejumlah media melaporkan bahwa Erdogan dan Perdana Menteri Ahmet Davutoglu telah memerintahkan militer Turki untuk bergerak ke Suriah.

Media pendukung pemerintahan Erdogan Yeni Safak hingga media oposisi Sozcu pun ramai-ramai memberitakan bahwa militer Turki telah mendapat perintah untuk menggelar pasukan besar-besaran di sepanjang perbatasan Suriah.

Laporan-laporan itu menyebutkan bahwa sebanyak 18.000 pasukan akan dikerahkan untuk menduduki wilayah sepanjang 100 km dan lebar 30 km yang saat ini dikuasai oleh ISIS dan Al Nusra. Wilayah ini membentang dari dekat kota Kobani di sebelah timur hingga ke wilayah yang dikuasai kelompok Free Syrian Army (FSA) di sebelah barat perbatasan, di dekat kota Mare.

Wilayah itu akan diperkuat dengan pasukan darat, artileri dan sistem pertahanan udara. Yeni Safak melaporkan bahwa persiapan tengah dilakukan untuk penggelaran pasukan itu hingga hari Jumat (3 Juli).

Erdogan khawatir, kelompok Kurdi Suriah (Syrian Kurdish Party) dengan sayap militernya, YPG, yang berafiliasi dengan kelompok Kurdi Turki PKK, akan melakukan serangan ke wilayah Mare untuk menghubungkannya dengan wilayah Afrin yang dihuni oleh warga Kurdi. Sebelumnya YPG telah berhasil menguasai wilayah timur perbatasan, dari perbatasan Irak hingga kota Kobani.

Dengan menguasai Mare, maka secara efektif orang-orang Kurdi menguasai wilayah perbatasan sepanjang Turki dengan Suriah.

Sejak awal konflik Suriah Erdogan sangat berambisi untuk membentuk 'wilayah penyangga' di perbatasan Suriah demi memperkuat gerakan penumbangan regim Al Assad. Namun usulan ini ditolak oleh NATO karena resikonya terlalu besar bagi NATO.

Di sisi lain, militer Turki sendiri juga enggan untuk mewujudkan rencana ambisius ini, karena tidak saja akan . berhadapan dengan milisi-milisi Kurdi, langkah Turki tersebut akan memaksa pasukan Turki untuk berhadapan dengan kelompok-kelompok pemberontak ISIS dan Al Nusra yang selama ini didukungnya. Selain itu pasukan Turki juga berpotensi besar terlibat konflik dengan pasukan reguler Suriah dan milisi-milisi Shiah Irak dan Iran yang dikirim ke Suriah untuk membantu pasukan Suriah di sekitar Aleppo.

Sebagaimana telah ditulis di blog ini, ribuan milisi Shiah Irak, Iran hingga Afghanistan telah dikerahkan ke Suriah untuk membantu pasukan Suriah, menyusul jatuhnya beberapa wilayah strategis Suriah ke tangan pemberontak pada bulan Mei lalu.

Namun perkembangan terakhir di perbatasan Suriah telah membuat Erdogan 'gelap mata' untuk melibatkan langsung militer Turki dalam konflik di Suriah.


Dukungan Rusia

Sementara itu, pada saat yang hampir bersamaan, Rusia kembali menegaskan dukungannya kepada pemerintah Suriah. Hal itu disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menerima kunjungan Menlu Suriah Walid al-Muallem akhir bulan Juni lalu.

Hal ini tentu menegaskan bahwa konflik Suriah akan terus berkecamuk selama pihak-pihak yang memaksakan regim Bashar al Assad untuk mundur, yaitu Amerika dan sekutu-sektunya, tetap dengan tuntutannya.

"Kebijakan kami untuk mendukung kepemimpinan dan rakyat Suriah tidak berubah," kata Putin kepada al Muallem, Senin (29 Juni).

Tidak hanya itu, Putin juga membesarkan hati sekutunya itu dengan menyebutkan bahwa 'pada akhirnya rakyat Suriah yang akan keluar sebagai pemenang, setelah melalui banyak masalah dan kemunduran militer'.

Putin menyebut krisis di Suriah disebabkan oleh 'agresi kekuatan-kekuatan teroris internasional'.

Sebagaimana diketahui, Rusia adalah pemasok persenjataan utama Suriah, termasuk sistem pertahanan udara, yang dalam pertempuran di Suriah menjadi faktor penting yang mencegah Amerika dan sekutu-sekutunya untuk menerapkan zona larangan terbang yang bisa mempercepat kejatuhan Bashar Al Assad. Rusia, bersama Cina serta Iran juga menjadi kekuatan politik internasional yang mencegah Dewan Keamanan PBB menerapkan sanksi kepada Suriah.

"Rusia akan memberikan semua bantuan untuk meningkatkan kemampuan Suriah melawan kejahatan dan akan terus memberikan bantuannya," kata Putin.(ca)

1 comment:

Unknown said...

Turki di bawah pemerintah erdogan ini sebenarnya Turki yang Pengecut, Penakut, berani intervensi Suriah disaat militer suriah sedang "goyah" karena suriah dilanda perang saudara 5 tahun terakhir ini, coba saja Suriah pas keadaan Normal, mana berani tuh erdogan picik & licik,sikap Turki ini yang ingin intervensi militer mungkin sama seperti intervensi militer Turki ke wilayah Irak untuk tumpas PKK kurdi, coba ada Saddam Hussein masih berkuasa di Irak waktu itu, Erdogan nyali nya ciut, takut !!