Saturday 7 September 2013

BILA OBAMA - PUTIN SALING EJEK

(DUKUNGAN PUBLIK UNTUK RENCANA SERANGAN SYRIA YANG RENDAH)


"Apakah saya harus takut pada orang kurus itu?"

Demikian kata Presiden Rusia Vladimir Putin menyindir Presiden Amerika Barack Obama dalam acara konperensi pers bersama di akhir pertemuan puncak negara-negara maju G-20 di St. Petersburg, Rusia, Jumat kemarin (6/9).

Perkataan Putin tersebut disampaikan sebagai tanggapan atas kecaman bernada kasar yang disampaikan Obama terhadap Putin sehubungan dengan konflik Syria di mana Amerika dan Rusia berada pada dua kubu yang saling bermusuhan. Di antara kecaman tersebut adalah sebutan yang diberikan Obama kepada Putin, yaitu jackass alias "bodoh".

“Semua orang disini menganggap Anda sebagai seorang jackass," kata Obama dalam konperensi pers tersebut, menunjuk pada Putin yang berdiri di sebelahnya.

Tidak hanya Putin yang terkesima, para awak media pun berdiri mematung mendengar perkataan bernada kasar yang disampaikan dalam keterangan pers yang berlangsung selama 10 menit tersebut. Putin yang bertindak sebagai tuan rumah hanya menyipitkan matanya mendengar ocehan Obama tersebut.

Tidak hanya tentang Syria, atau kasus mata-mata Amerika Snowden yang membelot ke Rusia, Obama juga mengejek Putin dengan kebijakan-kebijakan internal Rusia.

“Perhatikan, saya tidak hanya berbicara tentang Snowden dan Syria. Bagaimana dengan Pussy Riot? Bagaimana dengan undang-undang anti-homoseksual? Tindakan-tindakan yang bodoh, kawan!"

Sebagaimana diketahui, Rusia baru saja mensahkan UU anti-homoseksual yang di negara-negara barat justru berkebalikan, memberikan perlindungan kebebasan kepada para homoseksual, termasuk hak menikah sesama jenis. Sementara Pussy Riot adalah sekelompok wanita anarkis yang misinya menghancurkan nilai-nilai tradisional Rusia, terutama terkait dengan masalah agama di mana Rusia secara tradisi termasuk negara yang konservatif dengan mayoritas rakyatnya adalah pengikut Katholik yang ta'at. Beberapa aksi kontroversi Pussy Riot adalah melecehkan gereja-gereja dan mengadakan "pertunjukan seni" seks di dalam museum. Akibat aksi-aksinya tersebut beberapa personil Pussy Riot harus menjalani hukuman penjara.

“Jika Anda berfikir hanya saya yang berfikir demikian, Anda bergurau," kata Obama sembari menunjukkan jarinya ke arah Putin.

"Tanyakan pada Angela Merkel. Tanyakan pada David Cameron. Tanyakan pada orang Turki itu (Erdogan). Mereka semua berfikir bahwa Anda adalah orang bodoh (menggunakna istilah "dick", alat kelamin laki-laki)!"

Tidak lama setelah Obama mengakhiri pernyataannya dan meninggalkan podium, Putin pun memberi komentarnya.

"Apakah saya harus takut pada orang kurus itu? Saya bergulat melawan beruang-beruang!"

Dalam berbagai kesempatan, Putin, mantan perwira dinas inteligen Uni Sovyet KGB yang dianggap lebih "elit" daripada satuan komando militer, sengaja menampilkan dirinya sebagai seorang pria "jantan". Ia pernah berfoto bertelanjang dada menunjukkan otot-otot kekarnya, bertanding karate, atau berburu harimau Siberia. Sebaliknya Obama pernah menjadi pergunjingan nasional karena tubuhnya yang dianggap terlalu kurus.


DITOLAK G-20

Pertemuan puncak negara-negara G-20 yang berlangsung di St. Petersberg menjadi kesempatan bagi Presiden Barack Obama untuk meraih dukungan politik internasional. Namun sayangnya upaya itu gagal karena, selain Rusia, sebagian besar negara-negara peserta pertemuan menolak solusi militer. Negara-negara penolak aksi militer adalah Rusia, China, India, Indonesia, Argentina, Brazil, Italia, Jerman dan Afrika Selatan. Presiden Obama hanya mendapat dukungan dari Kanada, Perancis, Saudi Arabia, dan Turki.

Namun demikian penasihat keamanan Obama, Susan Rice, mengklaim Obama didukung oleh Australia, Inggris, Italia, Jepang, Spanyol, dan Korsel.

Kegagalan meraih dukungan internasional itu diperkirakan akan membuat Obama kesulitan untuk meyakinkan Congress untuk menyetujui rencana serangan militer atas Syria.

Obama sendiri mengakui bahwa upayanya untuk meraih dukungan akan mengalami kesulitan berdasarkan jajak pendapat publik yang menunjukkan rendahnya dukungan publik atas rencananya menyerang Syria. Obama akan menyampkaian pidato mengenai rencana tersebut di hadapan Congress hari Selasa (10/9), sebelum dilakukan pemungutan suara.

Menurut prediksi Think Progress, sebuah blog milik kelompok neo-konservatif yang berpengaruh, mayoritas anggota Congress cenderung untuk menolak rencana serangan tersebut.



DUKUNGAN PUBLIK YANG RENDAH

Rakyat Inggris melalui wakil-wakilnya di parlemen telah menyatakan penolakannya terhadap rencana serangan militer atas Syria yang tengah dikampanyekan pemerintah Amerika. Rakyat Perancis, sebagaiman jajak pendapat media berpengaruh La Firago juga menolak rencana tersebut. Demikian juga halnya dengan rakyat Amerika yang menolak rencana tersebut.

Menurut jajak pendapat yang diorganisir lembaga pemeringkat Gallup, mayoritas penduduk Amerika (51%) menolak rencana serangan militer ke Syria, sementara yang mendukung hanya 36%. Sebanyak 13% sisanya tidak berpendapat.

Angka itu masih lebih tinggi dibandingkan hasil jajak pendapat yang diorganisir oleh media The Washington Post dan ABC News yang menunjukkan sebanyak 60% penduduk Amerika menolak aksi serangan militer. Ini adalah dukungan publik paling rendah atas semua aksi militer yang dilakukan Amerika.



REF:
"G20 Ends Abruptly as Obama Calls Putin a Jackass"; newyorker.com; 6 September 2013;
"Gallup poll: Americans' support for war lowest in 20 years"; Press TV; 7 September 2013
"Obama fails to rally international support for his war plans"; Press TV; 7 September 2013

No comments: