Saturday 23 January 2016

Suriah Makin Panas: Amerika Duduki Pangkalan Udara, Rusia Kirim Kapal Penjelajah Kedua

Indonesian Free Press -- Situasi di Suriah semakin panas setelah dua negara terkuat secara militer yang tengah berebut pengaruh di Suriah, mengambil langkah-langkah yang kontradiktif. Amerika dikabarkan telah menduduki sebuah pangkalan udara di Provinsi Hasakah, di dekat perbatasan Turki dan Irak. Sementara itu Rusia telah mengirim kapal penjelajah (cruiser) Varyag ke Suriah, memperkuat armada lautnya di Suriah yang sebelumnya telah diperkuat dengan kapal penjelajah 'maut' Moskva.

Meski Amerika membantah kabar tentang pendudukan pangkalan udara Rmeilan, gambar-gambar satelit mengkonfirmasi keberadaan militer Amerika di pangkalan udara milik militer Suriah yang ditinggalkan akibat perang.

Mengutip laporan lembaga pengamat konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), editor The National Interest, Dave Majumdar, menulis laporan bahwa pasukan khusus Amerika telah menduduki pangkalan itu sejak beberapa minggu lalu. Menurut laporan itu, Amerika bahkan telah memperluas infrastruktur pangkalan udara itu, dan sejumlah helikopter Amerika diketahui berada di pangkalan itu.

"Pasukan Amerika yang saat ini beroperasi di pangkalan udara Rmeilan mungkin mencakup pasukan US Air Force Special Tactics Squadron," tulis Majumdar dalam artikelnya.

Menurut laporan itu, satuan tersebut biasa dioperasikan untuk membantu pasukan khusus Baret Hijau dan Navy SEAL. Adapun helikopter yang terlihat diperkirakan berasal dari satuan US Army's 160th Special Operations Aviation Regiment, yaitu unit khusus yang ditujukan untuk mendukung operasi-operasi khusus.


SOHR bukan satu-satunya pihak yang melaporkan keberadaan militer Amerika di Rmeilan. Pada 20 Januari, Diana Al Rifai dari Al Jazeera melaporkan bahwa pasukan Amerika telah berada di pangkalan udara Rmeilan untuk mendukung para pejuang Kurdi Suriah memerangi kelompok ISIL.

"Di bawah kesepakatan dengan YPG (kelompok Kurdi Suriah), Amerika diberikan kontrol terhadap pangkalan udara itu. Tujuan dari kesepakatan itu adalah untuk mendukung pejuang Kurdi Suriah, dengan menyediakan senjata dan sebuah pangkalan udara untuk pesawat-pesawat Amerika," kata jubir kelompok Kurdi-Suriah.

Pada hari Jumat (22 Januari), jubir United States Central Command (CENTCOM), atau komando militer Amerika di kawasan Timur Tengah dan |Asia tengah, membantah laporan itu. Namun, pada hari yang sama sebuah perusahaan penyedia jasa inteligen geopolitik Stratfor, yang dikenal sebagai 'bayang-bayang CIA", merilis gambar satelah yang menunjukkan pembangunan pangkalan udara Rmeilan.

?"Sebelum perang, pangkalan udara itu digunakan oleh pemerintah Suriah bagi keperluan pertanian. Landas pacu pangkalan itu hanya awalnya hanya 700 meter. Panjang landas pacu itu tampak sudah tertambah dua kali lipat," tulis Stratfor's dalam laporannya.


Kapal Jelajah Varyag

Sementara itu Rusia dikabarkan telah mengirim kapal penjelajah Varyag ke lepas pantai Suriah, setelah sebelumnya telah mengirim kapal jelajah Moskva. Kehadiran 'duet maut' kapal perang Rusia ini, di tengah persiapan Suriah dan sekutu-sekutunya merebut kota strategis Aleppo, mengindikasikan keseriusan Rusia membantu operasi militer terbesar yang bakal dilakukan Suriah.

Varyag dan Moskva adalah dua dari tiga kapal jelajah kelas Slava (berat standar 11.000 ton) yang merupakan kapal perang terbesar ketiga Rusia setelah kapal induk Admiral Kuznetsov (berat standar 43.000 ton) dan kapal 'battlecruiser' kelas Kirov (berat standar 24.000 ton). Karena persenjataannya yang secara teori mampu menenggelamkan kapal induk, kapal ini dijuluki 'pembunuh kapal induk' atau 'carrier killer'.

Persenjataan utama kapal perang ini adalah sistem pertahanan udara S-300 yang sudah terkenal kehandalannya. Namun yang membuat kapal ini semakin ditakuti adalah rudal jalajah P-500 Bazalt. Mampu terbang hingga kecepatan 2,5 kecepatan suara dan daya jangkau hingga 550 km, beberapa rudal ini ditembakkan secara serentak. Sebuah rudal akan bertindak sebagai pemandu sasaran dengan terbang lebih tinggi. Jika rudal pemandu ini rusak atau jatuh karena serangan lawan, rudal lainnya secara otomatis akan menggantikannya.

Ketika sasaran sudah 'terkunci', tiap rudal-rudal ini akan menghantam sasarannya secara beruntun hingga nyaris tidak bisa dicegah oleh sitem pertahanan udara apapun. Inilah sebabnya Varyag dan Moskwa serta kapal penjelajah kelas Slava lainnya disebut-sebut sebagai 'pembunuh kapal induk'.(ca)

2 comments:

Unknown said...

Saya rasa Rusia tidak cuma mengirim satu kapal "maut" Battle Cruiser. Kapal besar butuh pengawal handal. Pengawal handal tersebut adalah Kapal selam Kilo Proyek 636 (NATO:Black Hole in the Ocean) yang pernah meluncurkan rudal jelajah Kalibr di laut Mediterania.

Unknown said...

Semakin jelas saja kalau Amerika & sekutu sekutunya itu adalah biang kerok/teror di dunia ini, termasuk negara kita pun di jajahnya.
Freeport adalah kekayaan kita, kenapa negara anjing seperti amerika yg menikmatinya & saya yakin dia tidak semudah fikiran kita untuk menyerahkanya kembali walau masa kontraknya habis.
Lantas apakah kita hanya tinggal diam?