Dengan syarat presidential threshold 20 persen untuk bisa mengusung pasangan Capres-Cawapres 2019, maka Gerindra dan PKS wajib dan harus berkoalisi kalau ingin mewujudkan #2019GantiPresiden.
Gerindra dengan 73 kursi ditambah PKS 40 kursi = 113 kursi. Sudah memenuhi syarat 20% atau 112 kursi DPR RI.
Gerindra pada Rakornas pekan kemarin sudah memberi mandat kepada Prabowo Subianto untuk maju kembali sebagai kandidat calon Presiden di Pilpres 2019.
Namun menurut beberapa pengamat dan hasil survei, elektabilitas Prabowo semakin turun dan diprediksi bakal kembali kalah kalau head to head dengan petahana, Joko Widodo.
Berdasarkan survei Media Survei Nasional (Median) yang dilakukan pada 24 Maret-6 April 2018, elektabilitas Prabowo menurun. Elektabilitas Prabowo turun dari 21,2 persen (survei Februari) menjadi 20,4 persen (survei Maret-April).
Sementara kandidat dengan elektabiltas yang berpotensi terus naik adalah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Menurut salah seorang elit PKS, Prabowo akan menyerahkan tiket capres kepada eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
"Saya nggak yakin Prabowo maju. Saya punya analisa tiket itu akan diberikan ke orang lain. Yang paling berkesempatan untuk mendapatkan itu adalah Gatot Nurmantyo," ujar elite PKS Nasir Djamil di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/4/2018), seperti dikutip Detikcom.
Pengamat politik Universitas Syarif Hidayatullah Syarwi Pangi Chaniago secara tegas mengatakan, Prabowo Subianto sudah usang jika dimajukan kembali menjadi capres. Pasalnya, dengan kegagalan dua kali menjadi calon wakil presiden dan presiden, sosok mantan Danjen Kopassus itu dinilai sudah mentok dalam meraih dukungan pemilih di pemilu presiden mendatang.
"Saya nilai masyarakat juga sudah jenuh terhadap Prabowo. Elektabilitas Prabowo sudah klimaks. Ibarat film, Prabowo adalah film lama, sudah usang. Dan pastinya akan sulit mengalahkan Jokowi di pilpres 2019 nanti," kata Syarwi Pangi kepada INDOPOS, Minggu (15/4).
Pasangan yang pas untuk disandingkan dengan Gatot Nurmantyo adalah Gubernur DKI Anies Baswedan dengan pengalaman dan kompetensinya yang sudah teruji dan terbukti di pemerintahan. Disamping itu Anies Baswedan dikenal luas publik se tanah air.
Pasangan Gatot-Anies atau dibalik Anies-Gatot ini akan menjadi jalan tengah bagi koalisi Gerindra-PKS.
Gatot Nurmantyo bisa dijadikan kader Gerindra sebagai syarat dijadikan capres. Sehingga capres 2019 tetap dari kader Gerindra. Begitu juga dengan Anies Baswedan juga bisa dijadikan sebagai kader PKS sehingga cawapres 2019 tetap dari PKS.
Disamping itu ada keuntungan lain kalau Gerindra-PKS sepakat usung Gatot-Anies.
Keuntungan Gerindra PKS usung Gatot-Anies:
➡️Terwujud #2019GantiPresiden
➡️Prabowo the best king maker
➡️Kader Gerindra jadi Presiden RI (Gatot N)
➡️Kader Gerindra jadi Gub DKI (Sandiaga Uno naik dari Wagub jadi Gub)
➡️Kader PKS jadi wagub DKI (Posisi wagub diisi kader PKS, bisa Mardani Ali Sera)
➡️9 Tokoh capres/cawapres PKS jadi menteri-menteri (Aher Mendagri, Anis Matta Menlu, dll)
Tokoh-tokoh hebat bisa masuk Kabinet. Seperti Prof. Yusril bisa jadi Mensesneg, DR. Rizal Ramli Menko Ekonomi, Ustadz Abdul Somad bisa jadi Menteri Agama, Prabowo Habib Rizieq dll bisa jadi Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres).
Insya Alah NKRI "Maju Negaranya Bahagia Rakyatnya".
Wallahu a'lam.
2 comments:
bukan nuduh, tapi cuma khawatir GN "orangnya" taipan...UAS belum cocok menjadi Menag, pernyataanya sering aneh ustad yg satu ini: tentang rahmatan lil 'alamin nabi muhammad, menuduh syeikh ahmad hassoun sebagai syiah, singkatnya, ustad ini berbau wahabi
Jangan pak Anies, biarkanlah beliau selesaikan tugas 5 tahun pimpin Ibukota. Sebgai contoh tentang apa itu amanah dan komitmen..
Post a Comment