Friday 10 June 2011
KEGEMBIRAAN TERAKHIR ROSULULLAH
Rosulullah sangat bergembira hari itu. Allah mengabulkan do'anya untuk menyelamatkan keluarganya dari api fitnah yang melanda umatnya kelak.
"Sesungguhnya Allah berkehendak untuk mensucikan kaliah wahai Ahlul Bait secusi-sucinya," demikian firman Allah yang disampaikan kepada Rosul saat beliau memohon keselamatan untuk keluarganya di bawah naungan kain kisa bersama keluarga yang disayanginya: sang putri tercinta Fathimah az-Zahra, dua cucu kesayangan Hasan dan Hussein, serta menantu paling setia sekaligus saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib.*
Wajar bila Rosul menyambut gembira kabar suci dari Allah tersebut. Sejak beberapa bulan terakhir berbagai gambaran menyedihkan tentang umat sepeninggalnya kelak disampaikan oleh jibril sang malaikat utama: Kepemimpinan umatnya yang bakal direbut Bani Ummayah musuh keluarga musuhnya, umatnya yang bertikai berebut kekuasaan, putrinya yang meninggal akibat sakit keguguran yang ditimbulkan oleh sebuah insiden perebutan kepemimpinan ummat sepeninggal Rosul, hingga fitnah yang menimpa keluarganya yang berujung pada kematian menyedihkan cucu kesayangannya, Hussein di ujung pedang musuh-musuh Allah.
Demikian sedihnya Rosulullah sehingga hampir tidak pernah lagi wajah beliau menunjukkan kegembiraan hingga para sahabat pun menanyakan hal itu. "Seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui, maka kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa," jawab Rosul.
Dalam satu mimpinya Rosulullah melihat sebagian dari sahabat yang dikenalnya diusir dari telaga Surga oleh malaikat. Rosul pun protes, "Jangan, mereka adalah sahabat-sahabatku." Namun jawaban malaikat lah yang membuat Rosul sedih. "Engkau tidak mengetahui apa yang dilakukan mereka sepeninggalmu," jawab malaikat Ridwan.
Rosul pun teringat dengan firman Allah dalam Al Qur'an terkait dengan apa yang dialami Nabi Isa. Saat dimintai kesaksian atas keimanan murid-muridnya, Nabi Isa pun menjawab, "Saya menjadi saksi atas mereka selama saya hidup bersama mereka. Namun setelah Engkau wafatkan aku, Engkau yang Maha Mengetahui."
"Aku tidak takut kalian akan kafir sepeninggalku kelak. Namun Aku khawatir kalian akan bertikai berebut kekuasaan dunia," kata Rosul kepada para sahabatnya suatu ketika. "Sesungguhnya kelak kalian akan sangat berambisi untuk menjadi pemimpin. Padahal di akhirat kelak hal itu akan menjadi penyesalan," kata Rosulullah pada kesempatan lain.
Kekhawatiran itu semakin nyata saat ia bermaksud untuk meninggalkan wasiat tertulis tentang kepemimpinan umat sepeninggalnya, beberapa sahabat menolaknya dengan kasar. Mereka tahu bahwa Rosul akan mewasiatkan kepemimpinan umat Islam pada Ali, hal yang tidak mereka inginkan sehingga mereka pun membangkang.
"Enyahlah kalian dari rumahku," hardik Rosul kepada para sahabat yang bertingkah polah kasar di rumahnya saat menolak perintah Rosul untuk menuliskan wasiat terakhir Rosul. Padahal Allah telah berulangkali memerintahkan dengan tegas kepada mereka untuk bersikap lembah-lembut kepada Rosul dan menuruti semua perintahnya tanpa kecuali, karena "semua perkataan Rosul adalah wahyu Allah" dan "Rosul menerangkan Al Qur'an".
Mereka menolak kepemimpinan Ali karena berbagai alasan. Yang pertama adalah usianya yang dianggap masih terlalu muda, tidak sesuai dengan budaya jahiliah yang masih melekat di hati mereka yang mengutamakan senioritas daripada kualitas meski dalam hal senioritas ke-Islaman Ali adalah yang paling senior karena beliaulah orang pertama yang sholat di belakang Rosul (yang pertama masuk Islam setelah istri Rosul Khadijah). Yang kedua adalah kebanggan keluarga (klan) mereka yang mereka anggap dilecehkan dengan kepemimpinan Ali, karena ia berasal dari klan Rosul sendiri yaitu Bani Thalib. Dengan kepemimpinan di tangan Bani Thalib lagi maka klan-klan lain tidak mendapat bagian.
"Bukankah sudah cukup kenabian dan kepemimpinan Bani Thalib oleh Rosulullah?" demikian pikir mereka.
Yang ketiga tentu saja adalah kedengkian kepada Ali, orang yang telah banyak membunuh kerabat mereka di berbagai peperangan. Meski ke-Islaman telah merasuki hati mereka keimanan belum sepenuhnya dimiliki mereka dan nilai-nilai jahiliah yang telah tertanam bergenerasi-generasi tidak mungkin dihilangkan begitu saja. Apalagi dengan kondisi kesehatan Rosul yang semakin menurun, mendorong nafsu keduniawian semakin bergejolak, sesuai dengan ramalan Rosulullah.
Lagipula sebagian besar dari para umat Rosul itu adalah orang-orang fasik atau munafik. Sebagian besar dari mereka baru menyatakan diri masuk Islam setelah kekuasaan Islam sudah tidak bisa dilawan lagi. Sebagian lainnya hanya berharap dengan masuk Islam akan mendapatkan kesempatan meraih harta rampasan perang yang tidak pernah mereka bayangkan bisa diraih selama masa kejahiliahan kecuali segepok kecil harta rampokan terhadap kabilah-kabilah padang pasir. Dengan munculnya kekuasaan Islam, mereka, orang-orang badui padang pasir kotor, kasar dan buta huruf itu mulai bisa membayangkan perbendaharaan harta kerajaan Parsi dan Romawi yang bisa direbut.
Mental jahiliah itu bahkan belum bisa sepenuhnya hilang, 15 abad setelah wafatnya Rosul, terlihat dari banyaknya kasus pemerkosaan dan tindak kekerasan keturunan mereka terhadap para TKW Indonesia.
Setelah turunnya firman Allah tentang Ahlul Bait itu Rosulullah tidak pernah sekalipun meninggalkan kebiasaan membangunkan keluarganya untuk sholat malam. Namun orang-orang munafik yang membenci keluarga Rosul kemudian mempelesetkan riwayat ini.
Menurut riwayat yang dipelesetkan itu suatu hari saat Rosul membangunkan keluarganya untuk sholat malam, mereka menjawab: "Tidak perlu repot-repot, jika Allah menghendaki kami sholat, tentu kami akan sholat." Riwayat jahil ini masih banyak beredar hingga sekarang.
*Hadits Shahih setidaknya oleh Muslim, Tabrani dll.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Dongeng yg bagus, terutama buat orang2 jahil...
Matan yg berantakan, sanad nggak ada... runtutan peristiwa nggak cocok tempat, waktu, dan pelakunya.
Beginilah agamanya orang jahil...
Beda sama agamanya orang 'alim.
Berilmu. Teguh, kokoh, jauh dari kerancuan.
Beraninya kamu bilang ini Riwayat Muslim... Pendusta kamu.
kalopun ada yg riwayat Muslim, itu hanya sepenggal, dan out of konteks, nggak cocok sikon ,tempat, waktu, keadaan, asbabul wurud, dsb... asal pasang aja di dongeng karanganmu ini...
persis nasrani... bercampur ucapan nabinya, bahkan tuhannya, dengan ucapan pendeta, paus, rahib,biarawan dan imam2nya.
Di kalangan ahlusunnah... dongeng antah berantah yg mencomot 1 hadist shohih seperti ini dan ditambahi 1 lembar kedustaan cuma dianggap sampah...
dan kami "sunni", tidak beragama berdasarkan "sampah2" seperti ini.
kami beragama diatas ilmu dan manjah yg haq...
nggak mungkin orang bodoh seperti kamu bisa membodohi kami...
nggak mungkin orang pandir membodohi ahlul ilmu...
Bukannya tanpa dalil. Bahkan dalil sekuat Shahih Muslim pun pasti anda debat. Seperti dalil ahlul bait misalnya. Ya nggak.
kutipan :"Seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui, maka kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa," jawab Rosul.
Ini yang saya maksud. Bukan yg ada tanda*(bintangnya)nya.
kalopun benar yg ada *nya itu ada di shahih muslim, tolong sebutkan ada di bab apa dan halaman berapa? biar saya crosscek.
debat ilmiah dalam ilmu hadist itu ada kaidah2nya. ada pakem2 &aturan2nya, ada standarnya. jadi bisa berhenti di satu titik yg ilmiah.
Hanya bisa dipatahkan dengan bukti ilmiah lain yg lebih valid. bukan dengan dongeng. Ini manhaj kami ahlusunnah...
kalo dongeng seperti ini ya nggak ilmiah, memperdebatkan suatu dongeng tanpa sanad adalah konyol dan sia2.
lihat nasrani, nggak bisa dibedakan mana yg shahih dan mana yg dongeng karangan dalam kitab mereka yg sekarang.
Nggak bisa dibedakan mana ucapan Yesus, Paulus, Paus, Rahib, Pendeta, dsb.
Nggak bisa dibedakan mana yg otentik, mana yg sisipan, mana yg tambahan, mana yg tafsiran, mana yg plesetan, mana yg dongeng, dst.
sama dengan agamamu SYI'AH yg sesat itu.
Lemah dan gampang dipatahkan... gampang dibongkar kedoknya...
Aku pun pernah seperti kamu yang asal tuduh Shiah kafir dan bodoh.
Yang bodoh kamu. Siapa kamu berani memaki-maki. Silakan berdebat setelah baca buku-bukunya Shiah. Sudah baca dialog Shiah-Sunnah belum? Komentarmu menunjukkan kau belum ngerti apa-apa soal Shiah. Kalau lebih ngerti sedikit saja kamu pasti akan bertingkah bijak.
Dasar wahabi salafi tengik kau
Post a Comment