Tuesday, 19 December 2017

PBB Kecam Pembunuhan Warga Disabilitas Palestina

Rusia Bertekad Pulihkan Prospek Perdamaian Palestina-Israel


Indonesian Free Press -- Komisi HAM PBB mengecam pembunuhan warga disabilitas Palestina oleh tentara Israel dalam aksi demo menolak klaim Jerussalem sebagai ibukota Israel. Sementara Rusia bertekad untuk membawa proses perdamaian Palestina-Israel ke jalur yang benar setelah gagalnya Amerika sebagai penengah.

Sebagaimana dilaporkan media Lebanon Al Manar, 19 Desember, Komisioner HAM PBB Zeid Ra’ad Al Hussein, mengungkapkan kemarahannya oleh pembunuhan Ibrahim Abu Thuraya, warga disabilitas Palestina, oleh tentara Israel pada hari Jumat (15 Desember). Al Hussein mendesak dibentuknya penyelidikan yang independen dan imparsial atas insiden tersebut. Ia juga mengecam keputusan Presiden Donald Trump mengakui Jerussalem sebagai ibukota Israel sebagai langkah yang provokatif dan berbahaya dan menjadi penyebab kematian Abu Thuraya.


Ibrahim Abu Thuraya (29 tahun) kehilangan kedua kakinya oleh serangan Israel 10 tahun yang lalu. Ia tewas bersama empat warga Palestina lainnya dalam bentrokan dengan aparat keamanan Israel.

Dalam pernyataannya, PBB menyebut Abu Thuraya bersama ratusan warga Palestina lainnya tengah menggelar aksi demonstrasi dengan berpawai menuju pagar pemisah antara Gaza dan wilayah yang diduduki Israel. Saat itu ia ditembak kepalanya oleh pasukan Israel.

“Fakta-fakta yang dikumpulkan staff saya di Gaza sejauh ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Ibrahim Abu Thuraya adalah berlebihan,” kata Zeid.

Dalam video yang beredar pada hari Jumat, Abu Thurayeh tampak membawa bendera Palestina dan mengacungkan tanda kemenangan kepada prajurit Israel.

Sementara itu Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia akan berusaha sekuat tenaga untuk membawa proses perdamaian Palestina-Israel ke jalur konstruktif. Pernyataan ini disampaikan sehari setelah Amerika memveto resolusi DK PBB untuk membatalkan keputusan Amerika soal Jerussalem, Senin (18 Desember).

Dalam pertemuan dengan Penasihat Presiden Palestina Nabil Shaath, Selasa (19 Desember), Lavrov mengatakan bahwa Rusia prihatin dengan situasi yang berkembang paska pengakuan Amerika atas Jerussalem.

“Sikap kami dalam hal ini telah berulangkali disampaikan oleh Presiden Rusia (Vladimir Putin) dan memastikannya dalam percakapan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas,” kata Lavrov.

Pada hari Senin (18 Desember) 14 dari 15 anggota DK PBB mendukung resolusi untuk menganulir keputusan Amerika atas Jerussalem yang diajukan Mesir. Namun Amerika memveto resolusi tersebut. Langkah Amerika itu langsung mendapat kecaman Palestina dengan menyebutnya sebagai tindakan yang 'tidak bisa diterima'. Sementara Rusia menyebut langkah Amerika itu sebagai 'harus disesalkan' dan menuduh Amerika telah bertindak 'menentang aspirasi dunia'.

Lavrov, dalam pertemuan dengan pejabat Palestina itu mengatakan bahwa Moscow akan 'mempromosikan dimulainya negosiasi antara Palestine dan Israel dan akan memastikan tidak ada pihak yang melakukan langkah unilateral sebelum tercapai perdamaian. Rusia, sebut Lavrov, juga akan meneruskan bantuan kemanusiaan ke Palestina dan akan mendukung langkah-langkah PBB berkaitan dengan Palestina-Israel.

Kesiapan Rusia untuk menjadi mediator perundingan damai Palestina-Israel juga disampaikan Dubes Rusia di PBB, Vladimir Safronkov, setelah sidang DK PBB yang diveto Amerika.

“Kami siap untuk menjadi mediator yang jujur,” katanya seperti dilaporkan Press TV.(ca)

No comments: